tag:blogger.com,1999:blog-81972941702353169852024-03-12T21:49:28.728-07:00My Live PUBLIC HEALTHENVIRONMENT STUDYDebhy blog'shttp://www.blogger.com/profile/10133196045600410778noreply@blogger.comBlogger22125tag:blogger.com,1999:blog-8197294170235316985.post-45386934315312356822010-11-13T21:30:00.001-08:002010-11-13T21:31:43.253-08:00respirasi dispress syndromeBAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
1.1 LATAR BELAKANG<br />
Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang paling sering dan penting pada anak, terutama pada bayi, karena saluran pernafasannya masih sempit dan daya tahan tubuhnya masih rendah. Disamping faktor organ pernafasan , keadaan pernafasan bayi dan anak juga dipengaruhi oleh beberapa hal lain, seperti suhu tubuh yang tinggi, terdapatnya sakit perut, atau lambung yang penuh. Penilaian keadaan pernafasan dapat dilaksanakan dengan mengamati gerakan dada dan atau perut.<br />
Neonatus normal biasanya mempunyai pola pernafasan abdominal. Bila anak sudah dapat berjalan pernafasannya menjadi thorakoabdominal. Pola pernafasan normal adalah teratur dengan waktu ekspirasi lebih panjang daripada waktu inspirasi, karena pada inspirasi otot pernafasan bekerja aktif, sedangkan pada waktu ekspirasi otot pernapasan bekerja secara pasif. Pada keadaan sakit dapat terjadi beberapa kelainan pola pernapasan yang paling sering adalah takipneu.<br />
Ganguan pernafasan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh berbagai kelainan organic, trauma, alargi, insfeksi dan lain-lain. Gangguan dapat terjadi sejak bayi baru lahir. Gangguan pernapasan yang sering ditemukan pada bayi baru lahir (BBL) termasuk respiratory distress syndrome (RDS) atau idiopatic respiratory distress syndrome (IRDS) yang terdapat pada bayi premature.<br />
Sindrom gawat nafas pada neonatus (SGNN) dalam bahasa inggris disebut respiratory disstess syndrome, merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispeu atau hiperpneu. Sindrom ini dapat trerjadi karena ada kelainan di dalam atau diluar paru. Oleh karena itu, tindakannya disesuaikan sengan penyebab sindrom ini. Beberapa kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini adalah pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit membram hialin (PMH), pneumonia, aspirasi, dan sindrom Wilson- Mikity (Ngastiyah, 1999).<br />
RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena produksi surfaktan, yang dimulai sejak kehamilan minggu ke 22, makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadi RDS dan kelainan ini merupakanpenyebab utama kematian bayi prematur.<br />
Banyak teori yang menerangkan patogenesis dari syndrom yang berhubungan dengan kerusakan awal paru-paru yang terjadi dimembran kapiler alveolar.<br />
Adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan akibat masuknya cairan ke dalam ruang interstitial, seolah-olah dipengaruhi oleh aktifitas surfaktan. Akibatnya terjadi tanda-tanda atelektasis. Cairan juga masuk dalam alveoli dan mengakibatkan oedema paru. Plasma dan sel darah merah keluar dari kapiler-kapiler yang rusak, oleh karena itu mungkin perdarahan merupakan manifestasi patologi yang umum.<br />
1.2 TUJUAN PENULISAN<br />
Adapun yang menjadi tujuan penulisan adalah:<br />
1. Untuk mengetahui pengertian RDS.<br />
2. Untuk mengetahui penyebab RDS.<br />
3. Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbukhan oleh RDS pada Neonatus dan juga perjalanan penyakit tersebut.<br />
4. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan dan perawatan pada bayi dengan RDS.<br />
5. Untuk memenuhi tugas praktek Program Profesi Ners Stase Keperawatan Anak.<br />
1.3 MANFAAT PENULISAN<br />
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah:<br />
1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa praktikan dalam penetalaksanaan RDS pada Neonatus.<br />
2. Sebagai bahan masukan bagi lahan praktek untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya penatalaksanaan kegawatan nafas pada Neonatus.<br />
3. Sebagai sumber reperensi untuk kemajuan perkembangan ilmu Keperawatan, khususnya Keperawatan anak.<br />
1.4 METODE PENULISAN<br />
Metode Penulisan yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:<br />
1. Studi literatur yaitu mengambil referensi dari berbagai sumber yang sesuai dengan topik penulisan berdasarkan kaidah ilmiah yang berlaku.<br />
2. Studi kasus yaitu aplikasi materi yang didapat dan langsung dipraktekan terhadap kasus yang sesuai pada topik penulisan.<br />
BAB II<br />
TINJAUAN TEORITS<br />
1.1 DEFINISI<br />
Adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA (Stark,1986).<br />
Sindrom distres pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai Hyaline Membrane Disesae (Suryadi dan Yuliani, 2001).<br />
2.2 PATOFISIOLOGI<br />
Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas disebut sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai max pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein (10%). Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir expirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis.<br />
Hipoksia akan menyebabkan terjadinya :<br />
1. Oksigenasi jaringan menurun>metabolisme anerobik dengan penimbunan asam laktat asam organic>asidosis metabolic.<br />
2. Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris>transudasi kedalam alveoli>terbentuk fibrin>fibrin dan jaringan epitel yang nekrotik>lapisan membrane hialin.<br />
Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantun, penurunan aliran darah keparum, dan mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan, yang menyebabkan terjadinya atelektasis.<br />
Sel tipe II ini sangat sensitive dan berkurang pada bayi dengan asfiksia pada periode perinatal, dan kematangannya dipacu dengan adanya stress intrauterine seperti hipertensi, IUGR dan kehamilan kembar.<br />
2.2.1 Pathway<br />
3.3 GAMBARAN KLINIS<br />
RDS mungkin terjadi pada bayi premature dengan berat badan 15 %.<br />
Muntah (-)<br />
Bayi dapat minum dengan baik 7. Observasi intake dan output.<br />
8. Observasi reflek menghisap dan menelan bayi.<br />
9. Kaji adanya sianosis pada saat bayi minum.<br />
10. Pasang NGT bila diperlukan<br />
11. Beri nutrisi sesuai kebutuhan bayi.<br />
12. Timbang BB tiap hari.<br />
13. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.<br />
14. Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diit bayi<br />
4. Kecemasan Ortu b.d kurang pengetahuan tentang kondisi bayinya. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….Kecemasan berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan.<br />
Kriteria hasil :<br />
Orang tua mengerti tujuan yang dilakukan dalam pengobatan therapy.<br />
Orang tua tampak tenang.<br />
Orang tua berpartisipasi dalam pengobatan. 1. Jelaskan tentang kondisi bayi.<br />
Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan penjelasan tentang2. penyakit dan tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan penyakit yang diderita bayi.<br />
3. Libatkan orang tua dalam perawatan bayi.<br />
4. Berikan support mental.<br />
5. Berikan reinforcement atas pengertian orang tua.<br />
5. Resiko infeksi tali pusat b.d invasi kuman patogen. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama..Infeksi tali pusat tidak terjadi.<br />
Kriteria hasil :<br />
Suhu 36-37 C<br />
Tali pusat kering dan tidak berbau.<br />
Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat. 1. Lakukan tehnik aseptic dan antiseptic pada saat memotong tali pusat.<br />
2. Jaga kebersihan daerah tali pusat dan sekitarnya.<br />
3. Mandikan bayi dengan air bersih dan hangat.<br />
4. Observasi adanya perdarahan pada tali pusat.<br />
5. Cuci tali pusat dengan sabun dan segera keringkan bila tali pusat kotor atau terkena feses.<br />
6. Observasi suhu bayi.<br />
6. Devisit volume cairan b.d metabolisme yang meningkat. Volume cairan terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan.<br />
Kriteria hasil :<br />
Suhu 36-37 C<br />
Nadi 120-140 x/mnt<br />
Turgor kulit baik. 1. Observasi suhu dan nadi.<br />
2. Berikan cairan sesuai kebutuhan.<br />
3. Observasi tetesan infus.<br />
4. Observasi adanya tanda-tanda dehidrasi atau overhidrasi.<br />
5. Kolaborasi pemberian therapy.<br />
BAB III<br />
TINJAUAN KASUS<br />
A. Identitas<br />
1. Identitas Bayi<br />
Nama bayi : By. C<br />
Jenis Kedlamin : Laki-laki<br />
Tanggal Lahir : 09 November 2008<br />
Berat Badan Lahir : 2400 gram<br />
APGAR : 4 – 6<br />
2. Identitas Penanggung Jawab<br />
Nama Ibu : Ny.C Nama Ayah : Tn. D<br />
Umur ibu : 34 tahun Umur ayah : 39 tahun<br />
Jenis kelamin : Perempuan Jenis Kelamin : Laki- laki<br />
Agama : Islam Agama : Islam<br />
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA<br />
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : POLRI<br />
Alamat : Perumnas Gria Intan<br />
B. Keluhan Utama<br />
Klien sesak nafas disertai dengan sianosis pada ektrimitas pada saat lahir.<br />
C. Riwayat Penyakit Sekarang<br />
Bayi datang diantar keluarga pukul 13.45 WIB, ibu melahirkan di bidan Ny. Hj. I. Bayi lahir pada tanggal 09 November 2008 pukul 16.00 WIB, bayi sianosis,retraksi dinding dada berlebihan, nafas 78 x/ menit, disertai badan panas suhu tubuh 37.7 o C.<br />
D. Riwayat Persalinan<br />
Ibu klien melahirkan di bidan dengan partus normal, usia kehamilan 29 minngu dan ststus kehamilan G3 P3 Ao, ketuban jernih, ketuban pecah dini tidak terjadi. Lama persalinan 2 jam dari pembukaan I sampai keluarnya janin.<br />
E. Riwayat Perinatal (ANC)<br />
Jumlah kunjungan : 2 x<br />
Bidan/Dokter ; Bidan 1x dan dokter 1x<br />
HPHT ; Tidak diketahui, kehamilan baru diketahui pada saat kehamilan 16 minggu, karena pada saat kehamilan masih keluar darah sedikit tiap bulan sampai usia tiga bulan<br />
Kenaikan berat badan : 10 kg<br />
Obat-obatan : Obat penambah darah, imunisasi TT 1 x.<br />
Kehamilan direncanakan: Tidak direncanakan<br />
Status Kehamilan : G3 P3 Ao<br />
F. Pengkajian Fisik<br />
a. Refleks<br />
1. Refleks moro<br />
Refleks moro adalah reflek memeluk pada saat bayi dikejutkan dengan tangan. Pada By. C reflek moro (+) ditandai dengan ketika dikejutkan oleh bunyi yang keras dan tiba – tiba bayi beraksi dengan mengulurkan tangan dan tungkainya serta memanjangkan lehernya.<br />
2. Refleks menggenggam<br />
Reflek menggenggam pada By. C (+) tapi lemah, ditandai dengan membelai telapak tangan, bayi menggenggam tangan gerakan tangan lemah.<br />
3. Refleks menghisap<br />
Reflek menghisap (+) ditandai dengan meletakan tangan pada mulut bayi, bayi menghisap jari, hisapan lemah.<br />
4. Refleks rooting<br />
Reflek rooting (-) ditandai dengan bayi tidak menoleh saat tangan ditempelkan di pipi bayi.<br />
5. Refleks babynsky<br />
Reflek babynsky (+) ditandai dengan menggerakan ujung hammer pada bilateral telapak kaki.<br />
b. Tonus otot<br />
Gerakan bayi sangat lemah tetapi pergerakan bayi aktif ditandai dengan bayi sering menggerek-gerakan tangan dan kakinya.<br />
c. Keadaan umum dan TTV<br />
Keadaan umum : Lemah<br />
Kesadaran : Letargi<br />
Lingkar kepala : 33 Cm<br />
Lingkar dada : 30 Cm<br />
Panjang badan : 45 Cm<br />
Berat badan : 2400 Gram<br />
Suhu : 37,1 oC<br />
Respiratory : 78 x/menit<br />
Nadi : 154 x/menit<br />
d. Kepala<br />
Bentuk kepala Normochepal, lingkar kepala 33 cm, pertumbuhan rambut merata, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, fontanel anterior masih lunak, sutura sagital datar dan teraba, gambaran wajah simetris terdapat larugo disekitar wajah dan badan.<br />
e. Mata<br />
Mata simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, mata bersih tidak terdapat sekret, mata bisa mengedip, bulu mata tumbuh, reflek kornea (+) reflek terhadap sentuhan, reflek pupil (+) respon terhadap cahaya, replek kedip (+)<br />
f. Telinga<br />
Letak telinga kanan dan kiri simetris, lubang telinga bersih, tidak terdapat serumen, tidak ada lesi, bentuk telinga baik, lunak dan mudah membalik, ( Cartilago car ) baik, terdapat rambut larugo.<br />
g. Hidung<br />
Hidung bentuk simetris, terpasang O2 binasal 2 liter/menit, keadaan hidung bersih tidak terdapat peradangan atau pembengkakan hidung, pernafasan cuping hidung (PCH) (+).<br />
h. Mulut<br />
Bentuk bibir simetris, bibir terdapat bercak putih pada membran mukosa, Stomatitis (-), refleks hisap (+),reflek rooting (-).<br />
i. Dada dan Paru-paru<br />
Dada simetris ( Sama antara kiri dan kanan ), bentuk dada menonjol, PX terlihat jelas, bentuk dada burung ( pektus karinatum) pergerakan dada sama antara dada kiri dan kanan, retraksi dinding dada (+), retraksi dinding epigastrium (+), frekuensi nafas 78 x/menit, mamae bentuk datar, suara nafas rales (+)<br />
j. Jantung<br />
Nadi apikal 154 x/menit, bunyi jantung reguler BT1 + BT2, palapasi nadi brakhialis (+) lemah, radialis (+) lemah, femoralis lemah dan nadi karotis (+)<br />
k. Abdoment<br />
Bentuk abdomen dan cekung pada bagian px, bising usus dapat terdengar 4x/menit, tali pusay belum putus, keadaan kering, tidak terdapat kemerahan, tidak terdapat haluaran nanah, perut diraba lunak, lingkar perut 38 cm tidak ada pembengkakan hepar.<br />
l. Genitalia<br />
Lubang penis terdapat di gland penis, kedua testis dapat teraba pada scrorum.<br />
m. Anus<br />
Anus paten, ditandai dengan bayi sudah BAB, mekonium sudah keluar berwarna hitam dan lembek<br />
n. Punggung<br />
Terdapat banyak rambut larugo, bentuk simetris, tidak terdapat ruam kemerahan atau rush.<br />
o. Ekstrimitas<br />
Ekstrimitas dapat bergerak bebas, ujung jari merah muda/tidak sianosis, CRT dalam waktu 2 detik, jumlah jari komplit, kaki sama panjang, lipatan paha kanan dan kiri simetris, pergerakan aktif<br />
p. Kulit<br />
Warna kulit merah seluruh tubuh, sianosis (-), tidak terdapat tanda lahir, Skin Rush (-), Ikterik (-), turgor kulit jelek, kulit longgar disebabkan karena lemak subkutan berkurang, terdapat larugo.<br />
q. Eliminasi<br />
Eliminasi BAK 6-8 x/hari, BAB 2-4 x/hari<br />
r. Suhu<br />
Suhu tubuh 37,1 oC, Setting Inkubator 32 oC<br />
G. Hubungan Psikososial Orang tua dengan Bayi<br />
a. Budaya<br />
Keluarga klien memiliki budaya sunda, akan tetapi bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa indonesia. Ibu klien pada saat masa kehamilan dan setelah melahirkan tadak ada suatu pantanganan yang dilakukan ibu klien.<br />
b. Agama<br />
Agama yang dianut keluarga klien yaitu agama islam, ibu klien selalu melaksanakan shalat dan berdo’a bagi kesembuhan anaknya.<br />
c. Psikologis<br />
Psikologis ibu klien sangat labil dikarenakan kondisi yang dialami anaknya saat ini, dia selalu menangis hal itu dapat terlihat pada saat ibu klien datang ke RS untuk menjenguk anakanya.<br />
H. Hubungan Orang tua dengan Bayi<br />
Tingkah laku Ibu Anak<br />
Menyentuh<br />
Memeluk<br />
Berbicara<br />
Berkunjung<br />
Memanggil nama<br />
Kontak mata -<br />
-<br />
√<br />
√<br />
√<br />
√ -<br />
-<br />
-<br />
√<br />
-<br />
-<br />
I. Pemeriksaan Penunjang<br />
Pemeriksaan Laboratorium 11 November 2008<br />
Jenis Pemeriksaan Hasil Normal<br />
Hematologi<br />
WBC<br />
RBC<br />
HGB<br />
HCT<br />
PLT<br />
20,4 ……………….<br />
5,91 106/mm3<br />
16,6 L<br />
49,5 L<br />
337 103/mm3<br />
Photo Thorax 11 November 2008<br />
Gambaran :<br />
Cor : besar dan bentuk baik<br />
Pulmo : Infiltrat di perikardia bilateral dengan gambaran air Bronchogram<br />
Air diafraghma baik<br />
Hasil : HMD grade II<br />
J. Therapy<br />
Aminoppillin 2 x 0,2 cc/hari<br />
Ulcumet 2 x 0,15 cc/hari<br />
K. Analisa Data<br />
No Data Fokus Etiologi Masalah<br />
1 Ds : -<br />
Do :<br />
RR 78 x/menit<br />
Retraksi dinding dada (+)<br />
Retraksi dinding efigastrium (+)<br />
bayi tampak lemah Surfaktan menurun<br />
Fungsi paru menurun<br />
Atelaksasis<br />
Menurunnya ventilator<br />
Co2 meningkat<br />
Perfusi perifer jaringan<br />
Sulfaktan menurun<br />
Gangguan pola nafas<br />
2 Ds : -<br />
Do :<br />
Reflek hisap lemah<br />
Retensi lambung 0,5cc<br />
Bayi puasa.<br />
Bising usus 4x/mnt<br />
Bayi tampak lemah Reflek bayi lemah<br />
Bayi puasa<br />
Kebutuhan nutrisi dibatasi<br />
Kebutuhan nutrisi kurang<br />
dari kebutuhan tubuh<br />
Gangguan kebutuhan nutrisi<br />
3 Ds : -<br />
Do :<br />
Turgor kulit jelek<br />
Pada bibir terdapat keputihan pd mukosa bibir<br />
Bayi sering BAK<br />
Bayi terpasang infus Reflek bayi lemah<br />
Bayi puasa<br />
Kebutuhan cairan dibatasi<br />
BAB dan Bak sering<br />
Kebutuhan cairan kurang dari kebutuhan Resiko tinggi gangguan kebutuhan cairan kurang dari kebutuhan<br />
4 Ds : -<br />
Do :<br />
Suhu bayi 37,10 C<br />
Bayi didalam inkubator dengan suhu 320 C<br />
Bayi tidak menggunakan baju Lapisan lemak subkutan<br />
berkurang matabolisme menurun<br />
Bayi tidak bisa memproduksi panas tubuh sesuai kebutuhan<br />
Panas tubuh mudah hilang<br />
Resiko tinggi hipotermi<br />
Resiko tinggi gangguan termoregulasi: hipotermi<br />
5 Ds : ibu klien mengatakan kapan anaknya bisa pulang.<br />
Do :<br />
Ibu tampak cemas<br />
Ibu menangis Anak sakit<br />
Hospitalisasi<br />
Kurangnya pengetahuan<br />
cemas Gangguan rasa aman cemas<br />
L. DIAGNOSA KEPERAWAT<br />
1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan belum terbentuknya zat sulfaktan dalam tubuh<br />
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.<br />
3. Resiko tinggi gangguan kebutuhan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan seringnya BAB dan BAK<br />
4. Resiko tinggi gangguan termoregulasi: hipotermi berhubungan dengan belum terbentuknya lapisan lemak pada kulit.<br />
5. Kecemasan ortu berhubungan dengan kurang pengetahuan ortu tentang kondisi bayi<br />
M. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NEONATUS DENGAN RDS<br />
Nama : By. C No Medrek : 561148<br />
Umur : 10 Hari Diagnosa : RDS<br />
No Diagnosa Keperawatan Tujuan intervensi Rasional<br />
1<br />
2<br />
3<br />
4<br />
5 Gangguan pola nafas berhubungan dengan belum terbentuknya zat sulfaktan dalam tubuh. Ditandai dengan :<br />
Ds : -<br />
Do :<br />
RR 78 x/menit<br />
Retraksi dinding dada (+)<br />
Retraksi dinding efigastrium (+)<br />
bayi tampak lemah<br />
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. Ditandai dengan :<br />
Ds : -<br />
Do :<br />
Reflek hisap lemah<br />
Retensi lambung 0,5 cc<br />
Bayi puasa.<br />
Bising usus 4x/mnt<br />
Bayi tampak lemah<br />
Resiko tinggi gangguan kebutuhan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan seringnya BAB dan BAK. Ditandai dengan :<br />
Ds : -<br />
Do :<br />
Turgor kulit jelek<br />
Pada bibir terdapat keputihan pd mukosa bibir<br />
Bayi sering BAK<br />
Bayi terpasang infus<br />
Resiko tinggi gangguan termoregulasi: hipotermi berhubungan dengan belum terbentuknya lapisan lemak pada kulit. Ditandai dengan :<br />
Ds : -<br />
Do :<br />
Suhu bayi 37,10 C<br />
Bayi didalam inkubator dengan suhu 320 C<br />
Bayi tidak menggunakan baju<br />
Kecemasan ortu berhubungan dengan kurang pengetahuan ortu tentang kondisi bayi. Ditandai dengan :<br />
Ds :<br />
Ibu klien mengatakan kapan anaknya bisa pulang.<br />
Do :<br />
Ibu tampak cemas<br />
Ibu menangis Tupan :<br />
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan gangguan pola nafas dapat teratasi<br />
Tupen :<br />
RR 60 x/menit<br />
Sesak (-)<br />
Sianosis (-)<br />
Retraksi dinding dada (-)<br />
Reaksi diafragma (-)<br />
Tupan :<br />
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.<br />
Tupen :<br />
Reflek hisap (+)<br />
Retensi lambung (-)<br />
Bayi puasa.<br />
Bising usus 8x/mnt<br />
Tupan :<br />
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan resiko tinggi gangguan kebutuhan cairan tidak terjadi.<br />
Tupen :<br />
Tupan<br />
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan suhu tubuh tetap normal.<br />
Tupen<br />
Suhu 37 oC<br />
Bayi tidak kedinginan<br />
Tupan<br />
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan cemas keluarga klien berkurang<br />
Tupen<br />
Ibu tidak menangis<br />
Mimik verbal tidak cemas Observasi pola nafas<br />
Observasi TTV<br />
Monitor SPO2<br />
Atur posisi semi ekstensi<br />
Tempatkan bayi pada tempat yang hangat<br />
Atur suhu dalam inkubator<br />
Berikan terapy O2 sesuai dengan kebutuhan<br />
Kolaborasi pemberian terapy obat Bronchodilator<br />
Pertahankan pemberian cairan melalui IVFD, Glukosa 10%<br />
Kaji kesiapan bayi untuk minum<br />
Retensi cairan lambung<br />
Berikan minum sesuai jadwal<br />
Timbang BB<br />
Kaji turgor kulit<br />
Pertahankan pemberian cairan IVFD<br />
Beri minum sesuai jadwal<br />
Pantau frekuensi BAB + BAK<br />
Tempatkan bayi pada tempat yang hangat<br />
Atur suhu inkubator<br />
Pantau suhu tubuh setiap 2 jam<br />
Kaji tingkat kecemasan<br />
Berikan penjelasan tentang keadaan klien saat ini<br />
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk mengungkapkan perasaan<br />
Anjurkan keluarga untuk tetap mengunjungi bayinya Mengetahui frekuensi nafas<br />
Mengetahui keadaan umum bayi<br />
Mengetahui kadar O2 dalam darah<br />
Memudahkan paru-paru mengembang saat ekspansi<br />
Mempertahankan suhu tubuh<br />
Membantu memenuhi suplai O2<br />
Membantu kemudahan dalam bernafas<br />
Obat Bronchodilator berfungsi untuk membuka broncus guna memudahkan dalam pertukaran udara<br />
Mempertahankan kebutuhan cairan dalam tubuh<br />
Mengetahui reflek hirup<br />
Mengetahui cairan lambung dan konsistensinya<br />
Memberikan cairan tambahan melalui oral<br />
Mengetahui status nutrisi<br />
Mengetahui tanda dehidrasi<br />
Mempertahankan kebutuhan cairan tubuh<br />
Untuk mencegah terjadinya kekurangan cairan<br />
Untuk mengetahui out put tubuh<br />
Mencegah terjadinya hipotermi<br />
Menjaga kestabilan suhu tubuh<br />
Memonitor perkembangan suhu tubuh bayi<br />
Mengetahui koping individu<br />
Meningkatkan pengetahuan orang tua<br />
Membina hubungan saling percaya<br />
N. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN<br />
No DX Tgl / hari Implementasi keperawatan Respon hasil<br />
I Selasa<br />
11 Nov 2008<br />
Pukul 14.00 WIB 1. Mengobservasi pola nafas<br />
2. Mengobsevasi TTV<br />
3. Memonitor SPO2<br />
4. Mengatur posisi semi ekstensi<br />
5. Menempatkan bayi pada tempat yang hangat<br />
6. Mengatur suhu dalam inkubator<br />
7. Memberikan terapy O2 sesuai dengan kebutuhan<br />
8. Melakukan kolaborasi pemberian terapy obat Bronchodilator<br />
1. R: klien menangis<br />
H: retraksi dinding dada berlebihan Respirasi : 78 x/menit<br />
2. R : Klien Tampak lemah<br />
H : Suhu: 37. 1 o C<br />
Nadi: 154 x/menit<br />
Respirasi : 78x/menit<br />
3. R : Klien menangis<br />
H : SpO2: 98%<br />
4. R : klien tertidur<br />
H : Posisi kepala semi<br />
ektensi.<br />
5. R : klien tampaklemah<br />
H : lien berada dalam<br />
inkubator<br />
6. R : Suhu inkubator 35 0C<br />
H.: Suhu Bayi 37.1 0C<br />
7. R : Klien menangis pada<br />
saat selang O2<br />
dipasang<br />
H : O2 telah dipasang 1<br />
liter/menit<br />
8. R : Klien menangis kuat<br />
H : Obat bronkodilator<br />
telah diinjek melalui<br />
IV Aminopilin<br />
2 x 0.2cc.<br />
II Selasa 11 November 2008 pukul 15.00 WIB 1. Mempertahankan pemberian cairan melalui IVFD, Glukosa 10%<br />
2. Mengkaji kesiapan bayi untuk minum<br />
3. Meretensi cairan lambung tiap 2 jam<br />
1. R : Klien tampak lemah<br />
H : Kebutuhan cairan<br />
240 cc/hari atau<br />
10tts/menit<br />
2. R : Klien tampak lemah<br />
H : Reflek hisap lemah<br />
3. R : Klien lemah<br />
H : Cairan lambung 0,5<br />
cc berwarna kuning<br />
terang<br />
III 1. Mengkaji turgor kulit<br />
2. Mempertahankan pemberian cairan IVFD sesuai kebutuhan<br />
3. Memantau frekuensi BAB + BAK 1. R : Klien tampak tertidur<br />
H : Turgor kulit jelek<br />
pada saat dicubit<br />
dinding perut kembali<br />
> 1 detik<br />
2. R : Infus telah terpasang<br />
Dextros 10%<br />
H : Kebutuhan cariran<br />
240 cc/hari atau<br />
2tts/menit<br />
3. R : Klien tampak lemah<br />
H : Klien BAB 2-4 x/hari<br />
sebanyak 4 cc dan<br />
BAK 6-8x/hari<br />
sebanyak 6 cc.<br />
IV 1. Menempatkan bayi pada tempat yang hangat<br />
2. Mengatur suhu inkubator<br />
3. Memantau suhu tubuh setiap 2 jam<br />
1. R : Klien tampak lemah<br />
H : Klien sudah berada<br />
pada inkubator<br />
2. H : Suhu inkubatator<br />
35 0C Suhu tubuh<br />
klien 37.1 0C.<br />
3. R : Klien menangis<br />
H : Suhu : 37.1 0C<br />
V 1. Mengkaji tingkat kecemasan<br />
2. Memberikan penjelasan tentang keadaan klien saat ini<br />
3. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengungkapkan perasaan<br />
4. Menganjurkan keluarga untuk tetap mengunjungi bayinya 1. R : Orang tua klien mau<br />
menjawab pertayaan<br />
perawat<br />
H : Orang tua klien<br />
tampak cemias dan<br />
tingkat<br />
kecemasannya<br />
sedang<br />
2. R : Keluarga bertanya<br />
mengenai keadaan<br />
bayinya<br />
H : Keluarga mengetahui<br />
keadaan bayinya.<br />
3. R : Keluarga mau<br />
mengungkapkan<br />
perasaannya<br />
H : Keluarga khawatir<br />
dengan keadaan<br />
bayinya saat ini dan<br />
berharap bayinya<br />
cepat dibawa pualng<br />
4. H : Orang tua tampak<br />
mengunjungi<br />
bayinya tiap hari<br />
pada pagi dan sore<br />
hari.<br />
I Rabu<br />
12 November 2008<br />
Pukul 14.00 WIB 1. Mengobservasi pola nafas<br />
2. Mengobsevasi TTV<br />
3. Memonitor SPO2<br />
4. Memberikan terapy O2 sesuai dengan kebutuhan<br />
5. Melakukan kolaborasi pemberian terapy obat Bronchodilator<br />
1. R : Klien bergerak aktif<br />
H : Retraksi rongga dada<br />
berkurang Frekuensi<br />
nafas 68x/menit<br />
2. R : Klien menangis<br />
H : Suhu 36.6 0 C<br />
Nadi 140x/menit<br />
Respirasi : 68x/menit<br />
3. R : Klien bergerak aktif<br />
H : SpO2 97 %<br />
4. R : Klien menangis saat<br />
selang 02 dibetulkan<br />
H : O2 tetap terpasang<br />
1 liter/ menit<br />
5. R : Klien menangis saat<br />
obat diinjekan<br />
H : Aminofilin telah<br />
diinjekan sebanyak<br />
0.2 cc per IV.<br />
II Rabu<br />
12 November 2008<br />
Pukul 14.00 WIB 1. Mempertahankan pemberian cairan melalui IVFD, Glukosa 10%<br />
2. Mengkaji kesiapan bayi untuk minum<br />
3. Melepas NGT 1. R : Klien tampak<br />
bergerak aktif<br />
H : Cairan diberikan<br />
melalui Infus,<br />
kebutuhan cairan<br />
264 cc/hari atau 11<br />
tetes/ menit<br />
2. R : Klien berespon saat<br />
jari ditempelkan pada<br />
mulut bayi<br />
H : Replek hisap ada tapi<br />
masih lemah.<br />
3. R : Bayi menangis<br />
H : NGT telah dilepas<br />
III Rabu<br />
12 November 2008<br />
Pukul 14.00 WIB 1. Mengkaji turgor kulit<br />
2. Mempertahankan pemberian cairan IVFD sesuai kebutuhan<br />
3. Memantau frekuensi BAB + BAK 1. R : Bayi bergerak aktif<br />
H : Turgor kulit jelek<br />
2. H : Infusan tetap<br />
terpasang Dextros<br />
10%<br />
3. R : Klien menangis saat<br />
diganti popok<br />
H : Klien BAB dan BAK<br />
IV Rabu<br />
12 November 2008<br />
Pukul 14.00 WIB 1. Menempatkan bayi pada tempat yang hangat<br />
2. Mengatur suhu inkubator<br />
3. Memantau suhu tubuh setiap 2 jam<br />
1. H : Klien berada pada<br />
inkubator.<br />
2. H : Suhu inkubator 34<br />
0C, suhu tubuh klien<br />
6.6 0C<br />
3. H : Suhu tubuh klien<br />
36.6 0C<br />
V Rabu<br />
12 November 2008<br />
Pukul 14.00 WIB 1. Mengkaji tingkat kecemasan<br />
2. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengungkapkan perasaan<br />
3. Menganjurkan keluarga untuk tetap mengunjungi bayinya 1. R : Keluarga tampak<br />
tenang<br />
H : Kecemasan keluarga<br />
berkurang<br />
2. R : Kelarga tampak<br />
senang dengan<br />
perubahan status<br />
kesehantan bayinya<br />
H : Keluarga menyatakan<br />
senang dan ingin<br />
segera bayinya<br />
dibawa pulang<br />
O. EVALUASI<br />
No Diagnosa Evaluasi Kepeawatan<br />
1 I Tanggal 13 November 2008/pukul 15.00 WIB<br />
S : -<br />
O : Keadaan Bayi aktif, klien menangis kuat, retraksi<br />
dinding dada sedikit berkurang, nafas cepat<br />
2 x / menit<br />
A : Gangguan pola nafas belum teratasi<br />
P : Intervensi dilanjutkan<br />
I :<br />
o Kaji pola nafas klien<br />
o Observasi TTV tiap 2 jam<br />
o Monitor SpO2 tiap 3 jam<br />
o Atur posisi bayi semiekstensi<br />
o Terapi O2 sesuai kebutuhan<br />
o Kolaborasi pembererian obat bronckodilator sesuai kebutuhan.<br />
2 II Tanggal 13 November 2008/Pukul 15.30<br />
S : -<br />
O : Reflek hisap (+), Klien minum 5 cc/3jam, Minum<br />
menggunakan dot<br />
A : Gangguan kebutuhan nutrisi ; kurang dari<br />
kebutuhan teratasi sebagian<br />
P : Lanjutkan intervensi<br />
I :<br />
o Tingkatkan frekuensi minum<br />
o Pertahankan cairan infus<br />
3 III Tanggal 13 November 2008/pukul 14.00<br />
S :<br />
O : IVFD terpasang 11 tetes/menit<br />
A : Resiko tinggi kebutuhan cairan ; kurang dari<br />
kebutuhan cairan teratasi sebagian<br />
P : Lanjutkan intervensi<br />
o Pertahankan cairan infus<br />
4 IV S :<br />
O : Suhu tubuh 37,1 oC, badan bayi hangat, suhu<br />
inkubator 32 oC<br />
A : Resiko tinggi Gangguan termoregulasi<br />
Hypotermoregulasi teratasi<br />
P : Lanjutkan intervensi<br />
I :<br />
o Kaji suhu tubuh setiap hari<br />
o Atur suhu inkubator<br />
5 V S : Ibu klien mengatakan senang melihat kondisi<br />
anakanya<br />
O : Ibu klien tersenyum, ibu tidak menangis<br />
A : Gangguan rasa aman cemas teratasi<br />
P : Tingkatkan pengetahuan keluarga<br />
BAB IV<br />
PEMBAHASAN<br />
Pada bab pembahasan ini penulis mencoba membahas kasus yang penulis laporkan. Dalam hal ini akan diuraikan pula keterkaitan antara landasan teori dengan asuhan keperawatan secara langsung pada By.C dengan diagnosa medis HMD grade II ( hialin Membran Desease ) yang dirawat diruang NICU RSUD Gunung jati Cirebon.<br />
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan, pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan klien dengan memekai norma-norma kesehatan keluarga maupun social yang merupakan system integritasi ( Nasrul Effendi, 1995 )<br />
Dalam faktor yang mendukung dalam pelaksanaan pengkajian diantaranya, adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan pihak keluarga. Kerja sama yang dilakukan melalui komunikasi terapeutik dengan tujuan untuk menjalin rasa saling percaya antara penulis dengan klien, dalam pengkajian ini penulis menggunakan metode observasi dan pemeriksaan fisik.<br />
Untuk menguatkan pengkajian data permasalahan, penulis memperoleh data tambahan atau penunjang yaitu dari hasil pemeriksaan laboratorium hematology dan pemeriksaan foto thoraks dan juga menemukan tanda dan gejala adanya retraksi dinding dada, adanaya pernafasan cuping hidung, pernafasan takipneu, pernafasan lebih dari 60 x/menit. Oleh karena itu diagnosa HMD ini akan dibahas oleh penulis lebih lanjut.<br />
Adanya hasil pengkajian yang dilakukan pada By.C selama 4 hari penulis memunculkan 5 diagnosa, yaitu :<br />
1. Gangguan Pola nafas.<br />
Menurut Carpenito, 2002. Gangguan pola nafas adalah suatu pernyataan kondisi tentang seseorang beresiko mengalami ancaman terhadap system pernafasan baik pada saluran nafas maupun pertukaran gas CO2 dan O2 diantara paru-paru dan system pembuluh darah. Diagnosa ini menjadi prioritas utama karena nafas merupakan suatu kebutuhan utama dalam tubuh. Jika kekurangan suplai O2 dalam tubuh bisa menyebabkan kematian pada jaringan atau yang lebih parah lagi bias menyebabkan kematian secara klinis. Masalah gangguan Pola nafas dapat teratasi pada hari ke 4. setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam ditemukan criteria hasil klien dapat bernafas secara spontan, O2 binasal dilepas, SPO2 100, retraksi dinding dada berkurang.<br />
Intervensi untuk mengatasi masalah :<br />
a. Mengobservasi pola nafas<br />
b. Memonitor saturasi O2<br />
c. Mengatur posisi semi retraksi<br />
d. Memberikan therapy O2 sesuai dengan kebutuhan<br />
e. Memberikan therapy obat bronchodilator<br />
2. Gangguan Kebutuhan Nutrisi<br />
Menurut Carpenito, 2002. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan adalah suatu keadaan dimana individu yang tidak puas mengalami atau beresiko mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan tidak adequatnya asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolistik. Diagnosa ini diangkat sebagai diagnosa ke 2 karena kebutuhan nutrisi sangat berperan penting dalam proses tumbuh kembang pada neonatus. Masalah gangguan kebutuhan nutrisi dapat teratasi pada hari ke 3. setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam ditemukan criteria hasil klien dapat minum susu 15 cc setiap 2 jam<br />
Intervensi yang dilakukan :<br />
a. Memberikan cairan IVFD<br />
b. Memberikan minum sesuai jadwal<br />
c. Menimbang berat badan<br />
3. Resiko Tinggi gangguan Kebutuhan cairan Kurang dari Kebutuhan Tubuh<br />
Berdasarkan konsep dari pengkajian yang di peroleh prioritas diagnosa tersebut dirumuskan sebagai diagmosa ke tiga karena menurut penulis diagnosa tersebut hanya merupakan suatu resiko dan belum terjadi secara actual.<br />
Intervesi yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa di atas :<br />
a. mempertahankan cairan infus<br />
b. mengkaji intake dan output.<br />
c. Mengkaji tanda-tanda dehidrasi<br />
d. Memberikan minum sesuai dengan jadwal yang diberikan<br />
4. Resiko Tinggi Gangguan Thermoregulasi ; Hipotermi<br />
Pada neonatus pada HMD biasanya terjadi pada bayi prematur sehingga kulitnya sangat tipis dan jaringan lemaknya belum terbentuk dan pengaturan suhu belum sempurna, maka hal ini akan menyebabkan resiko hilangnya panas tubuh<br />
5. Gangguan Rasa Aman Cemas ; Keluarga<br />
Gangguan rasa aman cemas biasanya terjadi pada keluarga dikarenakan melihat kondisi anaknya, hal ini dikarenakan koping individu/keluarga yang labil dan ketidak tahuan tentang kondisi penyakit yang dialami anaknya.<br />
BAB V<br />
KESIMPULAN DAN SARAN<br />
5.1 KESIMPULAN<br />
Sindrom distres pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai Hyaline Membrane Disesae (Suryadi dan Yuliani, 2001).<br />
Pada saat pemilihan kasus yang sesuai dengan bahasan di atas, untuk menguatkan pengkajian data permasalahan, penulis memperoleh data tambahan atau penunjang yaitu dari hasil pemeriksaan laboratorium hematology dan pemeriksaan foto thoraks dan juga menemukan tanda dan gejala adanya retraksi dinding dada, adanaya pernafasan cuping hidung, pernafasan takipneu, pernafasan lebih dari 60 x/menit. Oleh karena itu diagnosa RDS ini akan dibahas oleh penulis lebih lanjut yaitu:<br />
6. Gangguan pola nafas berhubungan dengan belum terbentuknya zat sulfaktan dalam tubuh<br />
7. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.<br />
8. Resiko tinggi gangguan kebutuhan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan seringnya BAB dan BAK<br />
9. Resiko tinggi gangguan termoregulasi: hipotermi berhubungan dengan belum terbentuknya lapisan lemak pada kulit.<br />
10. Kecemasan ortu berhubungan dengan kurang pengetahuan ortu tentang kondisi bayi.<br />
a. SARAN<br />
Adapun saran yang penulis tujukan kepada:<br />
i. Mahasiswa Praktek<br />
Seorang mahasiswa praktikan haruslah mampu mengetahui pengertian dan penyebab dari penyakit RDS mengenai pengertian, penyebab, patofisiologi dan penatalaksanaan yang akan di lakukan dan resiko yamg akan mungkin terjadi.<br />
ii. Lahan Praktek<br />
Sebagai bahan masukan bagi lahan praktek untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terama pada penyakit RDS pada Neonatus, guna menurunkan angka kegawatan dan kematian bayi akibat RDS.<br />
iii. Institusi pendidikan<br />
Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan khususnya disiplin ilmu keperawatan anak, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan<br />
http://icoel.wordpress.com/askep-anak-2/askep-anak/respiratory-distress-syndrome/Debhy blog'shttp://www.blogger.com/profile/10133196045600410778noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8197294170235316985.post-86594779150654557832010-11-13T21:28:00.001-08:002010-11-13T21:28:46.724-08:00cerebral palsy pada anakMemahami Cerebral Palsy<br />
Perasaan Lanneke Alexander campur aduk antara sedih, frustasi, dan putus asa saat tahu putra pertamanya, Anthony, terkena cerebral palsy. Sampai usia enam bulan, dokter masih menyatakan Anthony normal. Gejala kelainan mulai terlihat saat Anthony sering demam dan kejang-kejang. Tak seperti bayi seusianya, Anthony hanya mampu tidur terlentang dan lumpuh total, ia seperti tak punya tulang belakang. <br />
Anthony tidak sendirian. Menurut Dr.Dwi P.Widodo, Sp.A (K), MMed, dari divisi neurologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI-RSCM, jumlah anak Indonesia yang menderita cerebral palsy mencapai seribu anak per satu juta kelahiran.<br />
Cerebral palsy (CP) adalah gangguan kontrol terhadap fungsi motorik karena kerusakan yang terjadi pada otak yang sedang berkembang. “Bisa terjadi saat masih dalam kandungan (75 persen), saat proses kelahiran (5 persen) atau setelah dilahirkan (15 persen),” kata Dwi. <br />
Penyebab CP sampai saat ini belum diketahui, diduga terjadi karena bayi lahir prematur sehingga bagian otak belum berkembang sempurna, bayi yang lahir tidak langsung menangis sehingga otak kekurangan oksigen, atau karena adanya cacat tulang belakang dan pendarahan di otak. “CP merupakan penyakit yang didapat, artinya pada awalnya otak normal, lalu terjadi gangguan, entah itu virus atau bakteri yang menyebabkan radang otak atau penyakit lain, ketika gangguan itu berlalu, otaknya ada yang rusak, nah terjadilah CP,” paparnya.<br />
Empat Tipe<br />
Secara umum CP dikelompokkan dalam empat tipe, yaitu spastic, athetoid, hypotonic, dan tipe kombinasi. Pada tipe spastic atau kaku-kaku, penderita bisa terlalu lemah atau terlalu kaku. Tipe spastic adalah tipe yang paling sering muncul, sekitar 65 persen penderita CP masuk dalam tipe ini. <br />
Athetoid untuk tipe penderita yang tidak bisa mengontrol gerak ototnya, biasanya mereka punya gerakan atau posisi tubuh yang aneh. Kombinasi adalah campuran spastic dan athetoid. <br />
Sedangkan hypotonic untuk anak-anak dengan otot-otot yang sangat lemah sehingga seluruh tubuh selalu terkulai. Biasanya berkembang jadi spastic atau athetoid. CP juga bisa berkombinasi dengan gangguan epilepsi, mental, belajar, penglihatan, pendengaran, maupun bicara.<br />
Ciri-ciri<br />
Gejala CP sudah bisa diketahui saat bayi berusia 3-6 bulan, yakni saat bayi mengalami keterlambatan perkembangan. Menurut Dwi, ciri umum dari anak CP adalah perkembangan motorik yang terlambat, refleks yang seharusnya menghilang tapi masih ada (refleks menggenggam hilang saat bayi berusia 3 bulan), bayi yang berjalan jinjit atau merangkak dengan satu kaki diseret. <br />
“Begitu ada petunjuk keterlambatan, misalnya bayi belum bisa tengkurap atau berguling, segeralah bawa ke dokter untuk pemeriksaan,” ujarnya. Pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter mendeteksi CP pada umumnya melakukan CT-Scan dan MRI untuk mengukur lingkar otak, serta melakukan tes lab untuk menelusuri apakah si ibu memiliki riwayat infeksi seperti toksoplasma atau rubella. <br />
Terapi<br />
Sampai saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan CP. Namun tetap ada harapan untuk mengoptimalkan kemampuan anak CP dan membuatnya mandiri. “Berbeda dengan cedera otak yang lain, ciri khas dari CP adalah kelainannya bersifat permanen non progresif, artinya akan berubah ke arah perbaikan, meski perkembangannya lambat,” katanya.<br />
Terapi yang diberikan pada penderita CP akan disesuaikan dengan usia anak, berat ringan penyakit, serta tergantung pada area otak mana yang rusak. “Meski ada bagian otak yang rusak, namun sel-sel yang bagus akan meng-cover sel-sel yang rusak. Untuk mengoptimalkan bagian otak yang sehat tersebut, perlu diberikan stimulasi agar otak anak berkembang baik,” katanya. <br />
Stimulasi otak secara intensif bisa dilakukan melalui panca indera untuk merangsang perimbangan penyebaran dendrit, yang dikenal dengan istilah compensatory dendrite sprouting. Beberapa orangtua yang memiliki anak penderita CP mengaku berhasil mengoptimalkan kemampuan anaknya lewat metode glenn doman.<br />
Metode glenn doman untuk anak dengan cedera otak berupa patterning (pola) untuk melatih gerakan kaki dan tangan, merayap, merangkak, hingga masking (menghirup oksigen), untuk melatih paru-paru agar membesar. Sejak tahun 1998, lebih dari 1700 anak cedera otak mengalami perbaikan cukup berarti setelah melakukan terapi ini. <br />
Penulis: AnDebhy blog'shttp://www.blogger.com/profile/10133196045600410778noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8197294170235316985.post-47618757906455075672010-11-10T02:02:00.000-08:002010-11-10T02:08:52.393-08:00penyakit strokeSTROKE<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZdoqj4BRBHQ43SCeDmSqnKFke5JBRZ8LfwyzAG1nJPCVHgR2xrFm9RGjyEc3Ewg6v1wJFO-hL1rUAqCDbbiRV-RRfylPIm7WwThP6BBika1JksVSNzo1K11jzTQFvFyNpTzi3ctxTqQw/s1600/images-image_popup-ans7_bowhunter_stroke.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="320" width="296" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZdoqj4BRBHQ43SCeDmSqnKFke5JBRZ8LfwyzAG1nJPCVHgR2xrFm9RGjyEc3Ewg6v1wJFO-hL1rUAqCDbbiRV-RRfylPIm7WwThP6BBika1JksVSNzo1K11jzTQFvFyNpTzi3ctxTqQw/s320/images-image_popup-ans7_bowhunter_stroke.jpg"</img></a></div><br />
<br />
Secara umum stroke merupakan gangguan pembuluh darah otak atau gangguan sirkulasi serebral atau juga merupakan gangguan neurologik fokal yang dapat timbul sekunder dari suatu proses patologis pada pembuluh darah serebral, misalnya trombosis, embolus, ruptura dinding pembuluh atau penyakit vascular dasar, misalnya aterosklerosis, arteritis, trauma, aneurisme dan kelainan perkembangan. <br />
<br />
Stroke merupakan gangguan fungsional otak yang bersifat: fokal dan atau global, akut, berlangsung antara 24 jam atau lebih, disebabkan gangguan aliran darah ke otak, tidak disebabkan karena tumor/infeksi<br />
<br />
Penggolongan stroke berdasarkan perjalanan penyakit, dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :<br />
1. Serangan iskemik sepintas (TIA) : merupakan gangguan neurologis fokal yang timbul mendadak dan menghilang dalam beberapa menit sampai beberapa jam.<br />
2. Progresif atau inevolution (stroke yang sedang berkembang) : perjalanan stroke berlangsung perlahan meskipun akut. Stoke dimana deficit neurologisnya terus bertambah berat.<br />
3. Stroke lengkap/completed : gangguan neurologis maksimal sejak awal serangan dengan sedikit perbaikan. Stroke dimana deficit neurologisnya pada saat onset lebih berat, bisa kemudian membaik/menetap<br />
<br />
Penggolongan stroke berdasarkan patologi:<br />
1. Stroke hemoragi: stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa, <br />
2. stroke non hemoragi: stroke yang disebabkan embolus dan thrombus.<br />
<br />
Etiologi <br />
Penyebab stroke antara lain adalah aterosklerosis (trombosis), embolisme, hipertensi yang menimbulkan perdarahan intraserebral dan ruptur aneurisme sakular. Stroke biasanya disertai satu atau beberapa penyakit lain seperti hipertensi, penyakit jantung, peningkatan lemak dalam darah, diabetes mellitus atau penyakit vascular perifer. <br />
<br />
Tanda dan Gejala<br />
Stoke menyebabkan defisit nuurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adequate dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya.<br />
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)<br />
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah “Bell’s Palsy”<br />
3. Tonus otot lemah atau kaku<br />
4. Menurun atau hilangnya rasa<br />
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”<br />
6. Gangguan bahasa (Disatria: kesulitan dalam membentuk kata; afhasia atau disfasia: bicara defeksif/kehilangan bicara)<br />
7. Gangguan persepsi<br />
8. Gangguan status mental<br />
<br />
Faktor resiko<br />
Berbagai faktor risiko terjadinya stroke yaitu risiko yang tidak dapat dikendalikan seperti: Umur, factor familial dan ras. Adapun faktor risiko yang dapat dikendalikan seperti: hipertensi, penyakit kardiovaskuler (penyakit arteri koronaria, gagal jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif), kolesterol tinggi, obesitas, kadar hematokrit tinggi, diabetes, kontrasepsi oral, merokok, penyalahgunaan obat, konsumsi alcohol.<br />
<br />
Patofisiologi <br />
1. Trombosis (penyakit trombo - oklusif) merupakan penyebab stroke yang paling sering. Arteriosclerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama trombosis selebral. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi, sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang dan beberapa awitan umum lainnya. Secara umum trombosis serebral tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralysis berat pada beberapa jam atau hari.<br />
<br />
Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan intima arteria besar. Bagian intima arteria sereberi menjadi tipis dan berserabut , sedangkan sel – sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada percabangan atau tempat – tempat yang melengkung. Trombi juga dikaitkan dengan tempat – tempat khusus tersebut. Pembuluh – pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam urutan yang makin jarang adalah sebagai berikut : arteria karotis interna, vertebralis bagian atas dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan melepasakan enzim, adenosin difosfat yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbat fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap tinggal di tempat dan akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna. <br />
<br />
2. Embolisme. Penderita embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan penderita trombosis. Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga masalah yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit jantung. Setiap bagian otak dapat mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya embolus akan menyumbat bagian – bagian yang sempit.. tempat yang paling sering terserang embolus sereberi adalah arteria sereberi media, terutama bagian atas. <br />
<br />
3. Perdarahan serebri : perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus GPDO (Gangguan Pembuluh Darah Otak) dan merupakan sepersepuluh dari semua kasus penyakit ini. Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteri serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan /atau subaraknoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteria di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisper otak dan sirkulus wilisi. Bekuan darah yang semula lunak menyerupai selai merah akhirnya akan larut dan mengecil. Dipandang dari sudut histologis otak yang terletak di sekitar tempat bekuan dapat membengkak dan mengalami nekrosis. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Debhy blog'shttp://www.blogger.com/profile/10133196045600410778noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8197294170235316985.post-64835862950523750172010-11-10T01:57:00.000-08:002010-11-10T02:09:00.463-08:00penyakit asfiksiaAsfiksia Neonatorum<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjOHKilxoqW0UQggedGbt5-uGtegAuIA4D88w1jFRIkd_62KAeB4KnMoiGoUJ6MUP0u-pvBXNsvakNMDCWiJbY6HlYM4tQekVAtY0bcW3NzAyfSgPbH6Xj28vFVtKWsmKIYfIybtYmrdA/s1600/bayi.gif" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="207" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjOHKilxoqW0UQggedGbt5-uGtegAuIA4D88w1jFRIkd_62KAeB4KnMoiGoUJ6MUP0u-pvBXNsvakNMDCWiJbY6HlYM4tQekVAtY0bcW3NzAyfSgPbH6Xj28vFVtKWsmKIYfIybtYmrdA/s320/bayi.gif"</img></a></div><br />
<br />
1. Definisi<br />
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif karena gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2, saat janin di uterus hipoksia.<br />
2. Etiologi<br />
Faktor ibu<br />
Cacat bawaan<br />
Hipoventilasi selama anastesi<br />
Penyakit jantung sianosis<br />
Gagal bernafas<br />
Keracunan CO<br />
Tekanan darah rendah<br />
Gangguan kontraksi uterus<br />
Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun<br />
Sosial ekonomi rendah<br />
Hipertensi pada penyakit eklampsia<br />
Faktor janin / neonatorum<br />
Kompresi umbilikus<br />
Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat<br />
Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir<br />
Prematur<br />
Gemeli<br />
Kelainan congential<br />
Pemakaian obat anestesi<br />
Trauma yang terjadi akibat persalinan<br />
Faktor plasenta<br />
Plasenta tipis<br />
Plasenta kecil<br />
Plasenta tidak menempel<br />
Solusio plasenta<br />
Faktor persalinan<br />
Partus lama<br />
Partus tindakan<br />
3. Faktor predisposisi<br />
Faktor dari ibu<br />
Gangguan his, misalnya: hipertoni dan tetani<br />
Hipotensi mandadak pada ibu karena perdarahan, misalnya: plasenta previa<br />
Hipertensi pada eklampsia<br />
Gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio plasentae<br />
Faktor dari janin<br />
Gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat<br />
Depresi pernafasan karena obat – obatan yang diberikan kepada ibu<br />
Keruban keruh<br />
4. Patofisiologi<br />
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan / persalinan, akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai dengan suatu periode appnoe, disertai penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas, yang kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak tampak sehingga bayi berada dalam periode appnoe yang kedua, dan ditemukan pula bradikardi dan penurunan tekanan darah.<br />
Disamping perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme dan keseimbangan asam dan basa pada neonatus. Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut terjadi metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yamh tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.<br />
5. Tanda dan gejala<br />
Appnoe primer : Pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan tonus neuromuscular menurun<br />
Appnoe sekunder : Apabila asfiksia berlanjut , bagi menunjukan pernafasan megap–megap yang dalam, denyut jantung terus menerus, bayi terlihat lemah (pasif), pernafasan makin lama makin lemah<br />
6. Derajat berat ringannya afiksia<br />
a. Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3 )<br />
b. Asfiksia sedang ( nilai APGAR 4-6 )<br />
c. Asfiksia normal ( nilai APGAR 7-10)<br />
7. Diagnosis<br />
Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu diperhatikan<br />
Denyut jantung janin. Frekuensi normal adalah antara120 dan 160 denyut/menit selama his frekuensi turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak besar, artinya frekuensi turun sampai dibawah 100 x/ menit diluar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.<br />
Mekonium dalam air ketuban. Mekonium pada presentasi – sungsang tidak ada, artinya akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukan gangguan. Oksigenisasi dan harus menimbulkan kewaspadaan. Biasanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepaladapat merupakan indikasi untuk mengakhir persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.<br />
Pemeriksaan pH darah janin. Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya oleh beberapa penulisan<br />
8. Pemeriksaan diagnostik<br />
1. Analisa gas darah<br />
2. Penilaian APGAR score<br />
3. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan<br />
4. Pengkajian spesifik<br />
5. Elektrolit darah<br />
6. Gula darah<br />
7. Baby gram<br />
8. USG ( Kepala)<br />
9. Penatalaksanaan awal asfiksia<br />
Cegah pelepasan panas yang berlebihan, keringkan ( hangatkan ) dengan menyelimuti seluruh tubuhnya terutama bagian kepala dengan handuk yang kering<br />
Bebaskan jalan nafas : atur posisi, isap lendir<br />
Bersihkan jalan nafas bayi dengan hati-hatidan pastikan bahwa jalan nafas bayi bebas dari hal-hal yang dapat menghalangi masuknya udara kedalam paru-paru. Hal ini dapat dilakukan dengan:<br />
Ekstensi kepaladan lehert sedikit lebih brendah dari tubuh bayi<br />
Hisap lendir, cairan pada mulut dan hidung bayi sehingga jalan nafas bersih dari cairan ketuban, mekonium/ lendir dan menggunakan penghisap lendir Delee<br />
Rangsangan taktil, bila mengeringkan tubuh bayi dan penghisapan lendir/ cairan ketuban dari mulut dan hidung yang dasarnyan merupakan tindakan rangsangan belumcukup untuk menimbulkan pernafsan yang adekuat padabayi lahir dengan penyulit, maka diperlukan rangsangan taktil tambahan. Selama melakukan rangsangan taktil, hendaknya jalan nafas sudah dipastikan bersih. Walaupun prosedur ini cukup sederhana tetapi perlu dilakukan dengan cara yang betul. Ada 2 cara yang memadai dan cukup aman untuk memberikan rangsangan taktil, yaitu:<br />
Menepukan atau menyentil telapak kaki dan menggosok punggung bayi. Cara ini sering kali menimbulkan pernafasan pada bayi yang mengalami depresi pernafasan yang ringan<br />
Cara lain yang cukup aman adalah melakukan penggosokan pada punggung bayi secara cepat, mengusap atau mengelus tubuh, tungkai dan kepala bayi juga merupakan rangsangan taktil tetapi rangsangan yang ditimbulkan lebih ringan dari menepuk, menyentil, atau menggosok. Prosedur ini tidak dapat dilakukan pada bayi yang appnoe, hanya dilakukan pada bayi yang telah berusaha bernafas. Elusan pada tubuh bayi, dapat membantu untuk meningkatkan frekuensi dari dalamnya pernafasan.<br />
10. Prinsip dasar resustansi<br />
Membersihkan dan menciptakan lingkungan yang baik bagi bayi serta mengusahakan saluran pernafasan tetap bebas serta merangsang timbulnya pernafasan, yaitu agar oksigenisasi dan pengeluaran CO2 berjalan lancar.<br />
Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi yang menunjukan usaha pernafasan lemah.<br />
Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi<br />
Manjaga agar sirkulasi darah tetap baik<br />
11. Tindakan<br />
Pengawasan suhu tubuh<br />
Pembersihan jalan nafas<br />
Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan<br />
Therapi cairan pada bayi baru lahir dengan asfiksia<br />
Asuhan Keperawatan Pada Asfiksia Neonatorum<br />
Definisi<br />
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif karena gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2, saat janin di uterus hipoksia.<br />
Etiologi<br />
Faktor ibu<br />
Cacat bawaan<br />
Hipoventilasi selama anastesi<br />
Penyakit jantung sianosis<br />
Gagal bernafas<br />
Keracunan CO<br />
Tekanan darah rendah<br />
Gangguan kontraksi uterus<br />
Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun<br />
Sosial ekonomi rendah<br />
Hipertensi pada penyakit eklampsia<br />
Faktor janin / neonatorum<br />
Kompresi umbilikus<br />
Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat<br />
Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir<br />
Prematur<br />
Gemeli<br />
Kelainan congential<br />
Pemakaian obat anestesi<br />
Trauma yang terjadi akibat persalinan<br />
Faktor plasenta<br />
Plasenta tipis<br />
Plasenta kecil<br />
Plasenta tidak menempel<br />
Solusio plasenta<br />
Faktor persalinan<br />
Partus lama<br />
Partus tindakan<br />
Patofisiologi<br />
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan / persalinan, akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai dengan suatu periode appnoe, disertai penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas, yang kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak tampak sehingga bayi berada dalam periode appnoe yang kedua, dan ditemukan pula bradikardi dan penurunan tekanan darah.<br />
Disamping perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme dan keseimbangan asam dan basa pada neonatus. Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut terjadi metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yamh tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.<br />
Gejalah klinik<br />
Bayi tidak bernafas atau nafas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks rangsangan<br />
Manifestasi klinis<br />
1. serangan jantung<br />
2. Periode hemorragis<br />
3. Sianosis dan kongestif<br />
4. Penemuan jalan nafas<br />
Diagnosis<br />
Anamnesis: Gangguan / kesulitan waktu lahir tidak bernafas/menangi<br />
Pemeriksaan fisik<br />
Klinis 0 1 2<br />
Detak jantung Tidak ada 100x/menit<br />
Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat<br />
Refleks saat jalan nafas dibersihkan Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin<br />
Tonus otot Lunglai Fleksi ekstermitas (lemah) Fleksi kuat gerak aktif<br />
Warna kulit Biru pucat Tubuh merah ektermitas biru Merah seluruh tubuh<br />
Niali 0-3 : Asfiksia berat<br />
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang<br />
Nilai 7-10 : Normal<br />
Dilakukan pemantuan nilai apgar pada menit ke01 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7, nilai apgar berguna untuk menilai keberhasilan resustansi bayi baru lahir dan menetukan prognosis, bukan untuk memulai resustansi karena dimulai 30 detik setelah lahir bila bayitidak menangis ( bukan 1 menit seperti penilaian skor apgar ).<br />
Pemeriksaan penunjang:<br />
1. Foto polos dada<br />
2. USG kepala<br />
3. laboraturium : Darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit<br />
Pemeriksaan diagnostic<br />
1. Analisa gas darah<br />
2. Elektrolit darah<br />
3. Gula darah<br />
4. Baby gram<br />
5. USG ( Kepala )<br />
6. Penilaian APGAR score<br />
7. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan<br />
8. Pengkajian spesifik<br />
Komplikasi<br />
Meliputi berbagai organ yaitu:<br />
1. Otak : Hipokstik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis<br />
2. Jantung dan paru: Hipertensi pulmonal persisten pada neonatorum, perdarahan paru, edema paru<br />
3. Gastrointestinal: enterokolitis, nekrotikans<br />
4. Ginjal: tubular nekrosis akut, siadh<br />
5. Hematologi: dic<br />
Penatalaksanaan<br />
Cegah pelepasan panas yang berlebihan, keringkan ( hangatkan ) dengan menyelimuti seluruh tubuhnya terutama bagian kepala dengan handuk yang kering<br />
Bebaskan jalan nafas : atur posisi, isap lendir<br />
Bersihkan jalan nafas bayi dengan hati-hatidan pastikan bahwa jalan nafas bayi bebas dari hal-hal yang dapat menghalangi masuknya udara kedalam paru-paru. Hal ini dapat dilakukan dengan:<br />
Ekstensi kepaladan lehert sedikit lebih brendah dari tubuh bayi<br />
Hisap lendir, cairan pada mulut dan hidung bayi sehingga jalan nafas bersih dari cairan ketuban, mekonium/ lendir dan menggunakan penghisap lendir Delee<br />
Rangsangan taktil, bila mengeringkan tubuh bayi dan penghisapan lendir/ cairan ketuban dari mulut dan hidung yang dasarnyan merupakan tindakan rangsangan belumcukup untuk menimbulkan pernafsan yang adekuat padabayi lahir dengan penyulit, maka diperlukan rangsangan taktil tambahan. Selama melakukan rangsangan taktil, hendaknya jalan nafas sudah dipastikan bersih. Walaupun prosedur ini cukup sederhana tetapi perlu dilakukan dengan cara yang betul. Ada 2 cara yang memadai dan cukup aman untuk memberikan rangsangan taktil, yaitu:<br />
Menepukan atau menyentil telapak kaki dan menggosok punggung bayi. Cara ini sering kali menimbulkan pernafasan pada bayi yang mengalami depresi pernafasan yang ringan<br />
Cara lain yang cukup aman adalah melakukan penggosokan pada punggung bayi secara cepat, mengusap atau mengelus tubuh, tungkai dan kepala bayi juga merupakan rangsangan taktil tetapi rangsangan yang ditimbulkan lebih ringan dari menepuk, menyentil, atau menggosok. Prosedur ini tidak dapat dilakukan pada bayi yang appnoe, hanya dilakukan pada bayi yang telah berusaha bernafas. Elusan pada tubuh bayi, dapat membantu untuk meningkatkan frekuensi dari dalamnya pernafasan.<br />
Asuhan keperawatan<br />
Pengkajian<br />
1. Pernafasan yang cepat<br />
2. Pernafasan cuping hidung<br />
3. Sianosis<br />
4. Nadi cepat<br />
5. Refleks lemah<br />
6. Warna kulit biru atau pucat<br />
7. Penilain aogar skor menunjukan adanya asfiksia, seperti asfiksia ringan ( 7-10), sedang ( 4-6), dan (0-3)<br />
Diagnosis/ maslah keperawatan<br />
1. Gangguan pertukaran gas<br />
2. Penurunan kardiak out put<br />
3. Intolerensi aktifitas<br />
4. Gangguan perfusi jaringan<br />
5. Resiko tinggi terjadi infeksi<br />
6. Kurangnya pengetahuan<br />
Intervensi keperawatan<br />
1. Gangguan pertukaran gas :<br />
Monitoring gas darah, mengkaji denyut nadi, monitoring system jantung dan pari ( resustansi ), memberikan O2 yang adekuat<br />
2. Penurunan kardiak out put<br />
Monitoring jantung paru, mengkaji tanda vital, memonitoring perfusi jaringan tiap 2-4 jam, monitor denyut nadi, memonitoring ontake dan out put serta melakukan kolaborasi dalam pemberian vasodilator<br />
3. Intolerensi aktifitas<br />
Menyediakan stimulasi lingkungan yang minimal, menyediakan monitoring jantung paru, mengurangi sentuhan, melakukan kolaborasi analgetiksesuai kondisi, memberikan posisi yang nyaman<br />
4. Gangguan perfusi jaringan<br />
Pemberian diuretic sesuai dengan indikasi, monitor laboraturium urine, pemeriksaan darah<br />
5. resiko tinggi terjadi infeksi<br />
<br />
http://kusuma.blog.friendster.com/2008/10/askep-asfiksia/<br />
Debhy blog'shttp://www.blogger.com/profile/10133196045600410778noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8197294170235316985.post-35567320036562988032010-11-10T01:53:00.000-08:002010-11-10T02:09:00.463-08:00penyakit asidosisASIDOSIS<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnn5ZtiXeHTCs7W69vaA89YZIWpQcOtOl71dwUNOWa3tuTYHrJ9PXHzpV-5uCfiFFsWqSZ7xZOjCQKKpRFKFZPJyAXBScHiKn960NpQ9CA9CRqiSG-jwOTAs6L-SK1M3YRisN5niNF-ho/s1600/koartasio_aorta.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="256" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnn5ZtiXeHTCs7W69vaA89YZIWpQcOtOl71dwUNOWa3tuTYHrJ9PXHzpV-5uCfiFFsWqSZ7xZOjCQKKpRFKFZPJyAXBScHiKn960NpQ9CA9CRqiSG-jwOTAs6L-SK1M3YRisN5niNF-ho/s320/koartasio_aorta.jpg"</img></a></div><br />
<br />
PENDAHULUAN<br />
Asidosis adalah suatu keadaan dimana adanya peningkatan asam didalam darah yang disebabkan oleh berbagai keadaan dan penyakit tertentu yang mana tubuh tidak bisa mengeluarkan asam dalam mengatur keseimbangan asam basa. Hal ini penting untuk menjaga keseimbangan fungsi sistem organ tubuh manusia. Gangguan keseimbangan ini dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu metabolik dan respiratorik. Ginjal dan paru merupakan dua organ yang berperan penting dalam pengaturan keseimbangan ini. ( Siregar P et. al, 2001 )<br />
PATOGENESIS<br />
Pada keadaan Asidosis yang berperan adalah sistem buffer (penyangga) pada referensi ini akan dibahas tentang sistem buffer bikarbonat. Sistem penyangga bikarbonat terdiri dari larutan air yang mengandung bikarbonat yang terdiri dari larutan air yang mengandung dua zat yaitu asam lemak (H2CO3) dan garam bikarbonat seperti NaHCO3.<br />
H2CO3 dibentuk dalam tubuh oleh reaksi CO2 dengan H2O.<br />
CO2 + H2O <—-> H2CO3<br />
Reaksi ini lambat dan sangat sedikit jumlah H2CO3 yang dibentuk kecuali bila ada enzim karbonik anhidrase. Enzim ini terutama banyak sekali di dinding alveol<br />
paru dimana CO2 dilepaskan, karbonik anhidrase juga ditemukan di sel-sel epitel tubulus ginjal dimana CO2 bereaksi dengan H2O untuk membentuk H2CO3<br />
H2CO3 berionisasi secara lemah untuk membentuk sejumlah kecil H+ dan HCO3-<br />
H2CO3 <—-> H+ + HCO3-<br />
Komponen kedua dari sistem yaitu garam bikarbonat terbentuk secara dominan sebagai Natrium Bicarbonat (NaHO3) dalam cairan ekstraseluler. NaHCO3 berionisasi hampir secara lengkap untuk membentuk ion-ion bicarbonat (HCO3-) dan ion-ion natrium (Na+) sebagai berikut :<br />
NaHCO3 <—-> Na+ + HCO3-<br />
Sekarang dengan semua sistem bersama-sama, kita akan mendapatkan sebagai berikut :<br />
CO2 + H2O <—-> H2CO3 <—-> H+ + HCO3- + Na+<br />
Akibat disosiasi H2CO3 yang lemah, konsentrasi H+ menjadi sangat kuat bila asam kuat seperti HCl ditambahkan ke dalam larutan penyangga bicarbonat, peningkatan ion hidrogen yang dilepaskan oleh asam disangga oleh HCO3 :<br />
H + + HCO3- H2CO3 CO2 + H2O<br />
Sebagai hasilnya, lebih banyak H2CO3 yang dibentuk. Meningkatkan produksi CO2 dan H2O. Dari reaksi ini kita dapat melihat bahwa ion hidrogen dari asam kuat HCl, bereaksi dengan HCO3- untuk membentuk asam yang sangat lemah yaitu H2CO3 yang kemudian membentuk CO2 dan H2O. CO2 yang berlebihan sangat merangsang pernapasan yang mengeluarkan CO2 dari cairan ekstraseluler. Ini berpengaruh terjadinya asidosis pada tubuh.<br />
ETIOLOGI<br />
Asidosis Metabolik<br />
Asidosis metabolik dapat disebabkan oleh beberapa penyebab umum seperti :<br />
1. Kegagalan ginjal untuk mengekresikan asam metabolik yang normalnya dibentuk di tubuh.<br />
2. Pembentukan asam metabolik yang berlebihan dalam tubuh.<br />
3. Penambahan asam metabolik kedalam tubuh melalui makanan<br />
4. Kehilangan basa dari cairan tubuh (faal)<br />
Disini penulis akan sedikit membahas beberapa penyebab yang sering terjadi pada keadaan asidosis metabolik :<br />
- Asidosis di Tubulus Ginjal<br />
Akibat dari gangguan ekresi ion Hidrogen atau reabsorbsi bikarbonat oleh ginjal atau kedua-duanya. Gangguan reabsorbsi bikarbonat tubulus ginjal menyebabkan hilangnya bicarbonat dalam urine atau ketidakmampuan mekanisme sekresi Hidrogen di tubulus ginjal untuk mencapai keasaman urin yang normal menyebabkan ekresi urin yang alkalis.<br />
- Diare<br />
Diare berat mungkin merupakan penyebab asidosis yang paling sering. Penyebabnya adalah hilangnya sejumlah besar natrium bicarbonat ke dalam feses, sekresi gastrointestinal secara normal mengandung sejumlah besar bicarbonat dan diare ini menyebabkan hilangnya ion bicarbonat dari tubuh. Bentuk asidosis metabolik ini berlangsung berat dan dapat menyebabkan kematian terutama pada anak-anak.<br />
- Diabetes Melitus<br />
Diabetes melitus disebabkan oleh tidak adanya sekresi insulin oleh pankreas yang menghambat penggunaan glukosa dalam metabolisme.Ini terjadi karena adanya pemecahan lemak menjadi asam asetoasetat dan asam ini di metabolisme oleh jaringan untuk menghasilkan energi, menggantikan glukosa. Pada DM yang berat kadar Asetoasetat dalam darah meningkat sangat tinggi sehingga menyebabkan asidosis metabolik yang berat.<br />
- Penyerapan Asam<br />
Jarang sekali sejumlah besar asam diserap dari makanan normal akan tetapi asidosis metabolik yang berat kadang-kadang dapat disebabkan oleh keracuan asam tertentu antara lain aspirin dan metil alkohol.<br />
- Gagal Ginjal Kronis<br />
Saat fungsi ginjal sangat menurun terdapat pembentukan anion dari asam lemak dalam cairan tubuh yang tidak eksresikan oleh ginjal. Selain itu penurunan laju filtrasi glomerulus mengurangi eksresi fosfat dan NH4+ yang mengurangi jumlah bikarbonat.<br />
( Guyton & Hall, 1997 )<br />
Faktor Resiko Asidosis Metabolik ( Defisit HCO3- )<br />
1. Kondisi dimana banyak plasma dengan asam metabolik (Gangguan ginjal, DM)<br />
2. Kondisi tejadi penurunan bikarbonat (diare)<br />
3. Cairan infus yang berlebihan. (NaCl)<br />
4. Napas berbau<br />
5. Napas Kussmaul (dalam dan cepat)<br />
6. Letargi<br />
7. Sakit kepala<br />
8. Kelemahan<br />
9. Disorientasi<br />
Gejala Klinik<br />
¨ Asidosis Respiratorik<br />
Keadaan ini timbul akibat ketidakmampuan paru untuk mengeluarkan CO2 hasil metabolisme (keadaan hipoventilasi). Hal ini menyebabkan peningkatan H2CO3 dan konsentrasi ion hidrogen sehingga menghasilkan asidosis.<br />
Beberapa masalah respiratorik dibagi berdasarkan sebabnya : <br />
1. Penurunan pernapasan<br />
Penurunan pernapasan melibatkan perubahan fungsi neuron dalam menstimulus inhalasi dan ekhalasi. Neuron mengurangi pada tingkat sel tubuh melalui zat/agen kimia dan kerusakan fisik. Penurunan kimia pada neuron dapat terjadi sebagai hasil agen anastesi, obat-obatan (narkotik) dan racun dimana merintangi darah menuju ke otak dan langsung menghalangi depolarisasi. Disamping itu ketidakseimbangan elektrolit (hiponatrium, hiperkalsemia dan hiperkalami) juga secara lambat menghalangi depolarisasi neural. Akibat neuron respiratorik juga akan mengurangi keadaan fisik. Trauma sebagai hasil langsung kerusakan fisik untuk neuron respirasi atau menimbulkan hypoksia sampai iskemik yang dapat mengganggu atau menghancurkan kemampuan neuron untuk membangkitkan dan mengirimkan impuls ke otot skeletal yang membantu dalam respirasi. Neuron respirasi dapat rusak atau hancur secara tidak langsung apabila terdapat masalah di area otak karena meningkatnya tekanan intrakranial. Meningkatnya tekanan intrakranial ini karena adanya edema jaringan, dimana menekan pusat pernapasan (batang otak).<br />
Trauma spinal cord, penyakit tertentu seperti polio adalah sebab yang aktual bagi kerusakan diaxon dan penyakit lain seperti mistenia gravis, dan syndrom Guillain-Barre yang mengganggu tranmisi impuls nervous ke otot skeletal) <br />
2. Inadequatnya ekspansi dada<br />
Karena ekspansi ini penting untuk mengurangi tekanan di dalam rongga dada sehingga terjadi pernapasan. Beberapa kondisi membatasi ekspansi dada sehingga menghasilkan inadequatnya pertukaran gas walaupun jaringan paru sehat dan pusat pesan sudah dimulai dan transmisi yang tepat. Beberapa orang mengalami masalah dalam ekspansi dada dapat mencukupi pertukaran gas selama periode istirahat sehingga retensi CO2 tidak terjadi pada waktu itu. Bagaimanapun meningkatnya aktivitas atau kerusakan pada jaringan paru menghasilkan permintaan untuk pertukaran gas dimana seseorang tidak dapat memenuhinya, hasilnya acidemia. Tidak adekuatnya ekspansi dada dapat dihasilkan dari trauma skeletal atau deformitas, kelemahan otot respirasi. Masalah skeletal yang membatasi perpindahan pernapasan dalam dinding dada jika terdapat kerusakan tulang atau malformasi tulang yang menyebabkan distorsi dalam fungsi dada. Struktur tulang dada yang tidak berbentuk serasi dapat membentuk deformasi pada rongga dada dan mencegah penuhnya ekspansi pada satu atau kedua paru. Deformitas skeletal mungkin congenital: hasil dari kesalahan pertumbuhan tulang ( seperti skoliosis, osteodistropii renal, osteogenesis imperfecta dan syndrom Hurler’s) atau hasil yang tidak seimbang dari degenerasi jaringan tulang (osteoporosis, metastase sel kanker).<br />
Kondisi kelemahan otot respirasi berhubungan dengan ketidakseimbangan elektrolit dan kelelahan. <br />
3. Obstruksi jalan napas<br />
Pencegahan perpindahan masuk dan keluarnya udara pada paru melalui bagian atas dan bawah pada obstruksi jalan napas dapat menimbulkan pertukaran gas yang tidak efektif, retensi CO2 dan acidemia. Jalan napas bagian atas dan bawah dapat terobstruksi secara internal dan eksternal. Kondisi eksterna yang menyebabkan obstruksi jalan napas atas termasuk tekanan yang kuat pada daerah leher, pembesaran nodus lympa regional. Sedangkan kondisi internal yang menyebabkan obstruksi jalan napas atas termasuk masuknya benda asing pada saat bernapas, konstriksi otot halus bronkial dan pembentukan edema pada jaringan luminal.<br />
Obstruksi jalan napas bagian bawah terjadi melalui kontriksi otot halus, pembentukan jaringan luminal, pembentukan lendir yang berlebihan. Kondisi umum yang berhubungan dengan obstruksi jalan napas bagian bawah yaitu karena terlalu lama menderita penyakit inflamasi (bronchitis, emphysema dan asma) dan dan masuknya bahan-bahan iritan seperti asap rokok, debu batu bara, serat asbes, serat kapas, debu silikon dan beberapa partikel yang mencapai jalan napas bagian bawah. <br />
4. Gangguan difusi alveolar-kapiler<br />
Pertukaran gas pulmonal terjadi oleh difusi di persimpangan alveolar dan membran kapiler. Beberapa kondisi dimana mencegah atau mengurangi proses difusi karena dapat meretensi CO2 dan terjadi asidemia. Masalah difusi dapat terjadi pada membran alveolar, membran kapiler atau area diantara keduanya.<br />
Asidosis respiratorik sering terjadi akibat kondisi patologis yang merusak pusat pernapasan atau yang menurunkan kemampuan paru untuk mengeliminasikan CO2. Ada beberapa hal yang menyebabkan keadaan asidosis respiratorik yaitu :<br />
- gangguan sentral pada pusat pernapasan.<br />
- penyakit otot-otot bantu pernapasan misal mistenia gravis, sindrom<br />
Guillain- Barre dan akibat obat yang merelaksasi otot.<br />
- gangguan eksfisitas saluran napas seperti fibrosis pulmonal, penyakit<br />
intestinal paru.<br />
- obstruksi (empisema, asma, bronkitis, bronkhiolitis).<br />
Faktor Resiko Asdidosis Respiratorik yang lain :<br />
1. Kondisi paru yang akut dimana merubah O2 atau CO2 pada saat terjadi pertukaran gas di alveolar (seperti pnemonia, edema pulmonar akut, aspirasi pada tubuh luar, tenggelam)<br />
2. Penyakit paru kronik (asma, kista fibrosis atau empisema)<br />
3. Overdosis pada narkotik atau sedatif sehingga menekan tingkat dan kedalaman pernapasan<br />
4. Cidera kepala sehingga mempengaruhi pusat pernapasan.<br />
Tanda Klinik ( Akut )<br />
1. Meningkatnya nadi dan tingkat pernapasan<br />
2. Pernapasan dangkal.<br />
3. Dyspnea<br />
4. Pusing<br />
5. Convulsi<br />
6. Letargi<br />
Tanda Klinik ( Kronik )<br />
1. Kelemahan<br />
2. Sakit kepala<br />
PENATALAKSANAAN ASIDOSIS<br />
Pengobatan yang paling baik untuk asidosis adalah mengoreksi keadaan yang telah menyebabkan kelainan, seringkali pengobatan ini menjadi sulit terutama pada penyakit kronis yang menyebabkan gangguan fungsi paru atau gagal ginjal.<br />
Untuk menetralkan kelebihan asam sejumlah besar natrium bicarbonat dapat diserap melalui mulut. Natrium bicarbonat diabsorbsi dari traktus gastroinstestinal ke dalam darah dan meningkatkan bagian bicarbonat pada sistem penyangga bicarbonat sehingga meningkatkan pH menuju normal. Natrium bicarbonat dapat juga diberikan secara intravena. Untuk pengobatan asidosis respiratorik dapat diberikan O2 dan juga obat-obatan yang bersifat broncodilator.<br />
Intervensi keperawatan yang bisa dilakukan pada Asidosis Metabolik :<br />
1. Monitor nilai Arterial Gas Darah<br />
2. Jika diperintah berikan IV sodium bicarbonat<br />
3. Koreksi masalah pokok yang terjadi.<br />
Intervensi keperawatan yang bisa dilakukan pada Asidosis Respiratorik :<br />
1. Perbaiki ventilasi pernapasan ( melakukan dilator bronkial, antibiotik, O2 sesuai perintah.<br />
2. Jaga keadequatan hidrasi (2 – 3 L cairan perhari)<br />
3. hati-hati dalam mengatur ventilator mekanik jika digunakan.<br />
4. Monitor intake dan output cairan, TTV, arteri gas darah dan pH.<br />
PENGUKURAN KLINIS DAN ANALISIS ASIDOSIS<br />
Seseorang dapat membuat diagnosa dari analisis terhadap tiga pengukuran dari suatu contoh darah arterial : pH, konsentrasi bikarbonat plasma dan PCO2.<br />
- Dengan memeriksa pH seseorang dapat menentukan apakah ini bersifat<br />
asidosis jika nilai pH kurang dari 7,4.<br />
- Langkah kedua adalah memeriksa PCO2 plasma dan konsentrasi bicarbonat. Nilai normal untuk PCO2 adalah 40 mmHg dan untuk bicarbonat 24 mEq/L Bila gangguan sudah ditandai sebagai asidisis dan PCO2 plasma meningkat. Oleh karena itu nilai yang diharapkan untuk asidosis respiratorik sederhana adalah penurunan pH plasma, peningkatan PCO2 dan peningkatan konsentrasi bicarbonat plasma setelah kompensasi ginjal sebagian.<br />
Untuk asidosis metabolik akan terdapat juga penurunan pH plasma. Gangguan utama adalah penurunan konsentrasi bicarbonat plasma. Oleh karena itu pada asidosis metabolik, seseorang dapat mengharapkan nilai pH yang rendah. Konsentrasi bicarbonat plasma rendah dan penurunan PCO2 setelah kompensasi respiratorik sebagian.<br />
http://ifan050285.wordpress.com/2010/03/16/asidosis/<br />
Debhy blog'shttp://www.blogger.com/profile/10133196045600410778noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8197294170235316985.post-80583542571348781642010-11-10T01:42:00.000-08:002010-11-10T02:09:00.463-08:00penyakit parkinson <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZcIU0lVFyfvZlx_ozdr3jv4OzsMgc068lj3_Fg_GY2d4tORi15ExzzqtodetGYT7PHyyB0FMcFrJz_AhwuQAVXkFRHAPE23jUbdxrBX7cUEf-KDnWovXkgYnfQJuakxI7qC0kFFqrJKI/s1600/images.jpeg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="248" width="204" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZcIU0lVFyfvZlx_ozdr3jv4OzsMgc068lj3_Fg_GY2d4tORi15ExzzqtodetGYT7PHyyB0FMcFrJz_AhwuQAVXkFRHAPE23jUbdxrBX7cUEf-KDnWovXkgYnfQJuakxI7qC0kFFqrJKI/s320/images.jpeg"</img></a></div><br />
Penyakit Parkinson<br />
Penyakit Parkinson (bahasa Inggris: paralysis agitans, Parkinson disease) adalah penyakit degeneratif syaraf yang pertama ditemukan pada tahun 1817 (An Essay on the Shaking Palsy) oleh Dr. James Parkinson.<br />
<br />
dengan adanya tremor pada saat beristirahat, kesulitan untuk memulai pergerakan dan kekakuan otot.<br />
Parkinson menyerang sekitar 1 diantara 250 orang yang berusia diatas 40 tahun dan sekitar 1 dari 100 orang yang berusia diatas 65 tahun.<br />
• <br />
Penyebab<br />
Jauh di dalam otak ada sebuah daerah yang disebut ganglia basalis. Jika otak memerintahkan suatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka sel-sel saraf di dalam ganglia basalis akan membantu menghaluskan gerakan tersebut dan mengatur perubahan sikap tubuh. Ganglia basalis mengolah sinyal dan mengantarkan pesan ke talamus, yang akan menyampaikan informasi yang telah diolah kembali ke korteks otak besar.<br />
Keseluruhan sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmiter sebagai impuls listrik di sepanjang jalur saraf dan diantara saraf-saraf. Neurotransmiter yang utama pada ganglia basalis adalah dopamin.<br />
Pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami kemunduran sehingga pembentukan dopamin berkurang dan hubungan dengan sel saraf dan otot lainnya juga lebih sedikit. Penyebab dari kemunduran sel saraf dan berkurangnya dopamin biasanya tidak diketahui. Tampaknya faktor genetik tidak memegang peran utama, meskipun penyakit ini cenderung diturunkan.<br />
Kadang penyebabnya diketahui. Pada beberapa kasus, Parkinson merupakan komplikasi yang sangat lanjut dari ensefalitis karena virus (suatu infeksi yang menyebabkan peradangan otak). Kasus lainnya terjadi jika penyakit degeneratif lainnya, obat-obatan atau racun mempengaruhi atau menghalangi kerja dopamin di dalam otak. Misalnya obat anti psikosa yang digunakan untuk mengobati paranoia berat dan skizofrenia menghambat kerja dopamin pada sel saraf.<br />
Gejala<br />
Penyakit Parkinson dimulai secara samar-samar dan berkembang secara perlahan.<br />
Pada banyak penderita, pada mulanya Parkinson muncul sebagai tremor (gemetar) tangan ketika sedang beristirahat, tremor akan berkurang jika tangan digerakkan secara sengaja dan menghilang selama tidur. Stres emosional atau kelelahan bisa memperberat tremor. Pada awalnya tremor terjadi pada satu tangan, akhirnya akan mengenai tangan lainnya, lengan dan tungkai. Tremor juga akan mengenai rahang, lidah, kening dan kelopak mata.<br />
Pada sepertiga penderita, tremor bukan merupakan gejala awal; pada penderita lainnya tremor semakin berkurang sejalan dengan berkembangnya penyakit dan sisanya tidak pernah mengalami tremor.<br />
Penderita mengalami kesulitan dalam memulai suatu pergerakan dan terjadi kekakuan otot. Jika lengan bawah ditekuk ke belakang atau diluruskan oleh orang lain, maka gerakannya terasa kaku. Kekakuan dan imobilitas bisa menyebabkan sakit otot dan kelelahan. Kekakuan dan kesulitan dalam memulai suatu pergerakan bisa menyebabkan berbagai kesulitan. Otot-otot kecil di tangan seringkali mengalami gangguan, sehingga pekerjaan sehari -hari (misalnya mengancingkan baju dan mengikat tali sepatu) semakin sulit dilakukan.<br />
Penderita mengalami kesulitan dalam melangkah dan seringkali berjalan tertatih-tatih dimana lengannya tidak berayun sesuai dengan langkahnya. Jika penderita sudah mulai berjalan, mereka mengalami kesulitan untuk berhenti atau berbalik. Langkahnya bertambah cepat sehingga mendorong mereka untuk berlari kecil supaya tidak terjatuh. Sikap tubuhnya menjadi bungkuk dan sulit mempertahankan keseimbangan sehingga cenderung jatuh ke depan atau ke belakang.<br />
Wajah penderita menjadi kurang ekspresif karena otot-otot wajah untuk membentuk ekspresi tidak bergerak. Kadang berkurangnya ekspresi wajah ini disalah artikan sebagai depresi, walaupun memang banyak penderita Parkinson yang akhirnya mengalami depresi. Pandangan tampak kosong dengan mulut terbuka dan matanya jarang mengedip. Penderita seringkali ileran atau tersedak karena kekakuan pada otot wajah dan tenggorokan menyebabkan kesulitan menelan. Penderita berbicara sangat pelan dan tanpa aksen (monoton) dan menjadi gagap karena mengalami kesulitan dalam mengartikulasikan fikirannya. Sebagian besar penderita memiliki intelektual yang normal, tetapi ada juga yang menjadi pikun.<br />
Diagnosa<br />
Diagnosa ditegakkan gejala-gejalanya.<br />
<br />
Pengobatan<br />
Menyusul ditemukannya kinom pada manusia, kinase protein telah menjadi prioritas terpenting kedua pada upaya penyembuhan, oleh karena dapat dimodulasi oleh molekul ligan kecil. Peran kinase pada lintasan molekular neuron terus dipelajari, namun beberapa lintasan utama telah ditemukan. Sebuah protein kinase, CK1 dan CK2, ditemukan memiliki peran yang selama ini belum diketahui, pada patologi molekular dari beberapa kelainan neurogeneratif, seperti Alzheimer, penyakit Parkinson dan sklerosis lateral amiotrofik. Pencarian senyawa organik penghambat yang spesifik bekerja pada kedua enzim ini, sekarang telah menjadi tantangan dalam perawatan penyakit tersebut di atas.[1]<br />
Penyakit Parkinson bisa diobati dengan berbagai obat, seperti levodopa, bromokriptin, pergolid, selegilin, antikolinergik (benztropin atau triheksifenidil), antihistamin, anti depresi, propanolol dan amantadin. Tidak satupun dari obat-obat tersebut yang menyembuhkan penyakit atau menghentikan perkembangannya, tetapi obat-obat tersebut menyebabkan penderita lebih mudah melakukan suatu gerakan dan memperpanjang harapan hidup penderita.<br />
Di dalam otak levodopa dirubah menjadi dopamin . Obat ini mengurangi tremor dan kekakuan otot dan memperbaiki gerakan. Penderita Parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya secara normal dan penderita yang sebelumnya terbaring di tempat tidur menjadi kembali mandiri.<br />
Pengobatan dasar untuk Parkinson adalah levodopa-karbidopa. Penambahan karbidopa dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas levodopa di dalam otak dan untuk mengurangi efek levodopa yang tidak diinginkan di luar otak. Mengkonsumsi levodopa selama bertahun-tahun bisa menyebabkan timbulnya gerakan lidah dan bibir yang tidak dikehendakik, wajah menyeringai, kepala mengangguk-angguk dan lengan serta tungkai berputar-putar. Beberapa ahli percaya bahwa menambahkan atau mengganti levodopa dengan bromokriptin selama tahun-tahun pertama pengobatan bisa menunda munculnya gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki.<br />
Sel-sel saraf penghasil dopamin dari jaringan janin manusia yang dicangkokkan ke dalam otak penderita Parkinson bisa memperbaiki kelainan kimia tetapi belum cukup data mengenai tindakan ini.<br />
Untuk mempertahankan mobilitasnya, penderita dianjurkan untuk tetap melakukan kegiatan sehari-harinya sebanyak mungkin dan mengikuti program latihan secara rutin. Terapi fisik dan pemakaian alat bantu mekanik (misalnya kursi roda) bisa membantu penderita tetap mandiri.<br />
Makanan kaya serat bisa membantu mengatasi sembelit akibat kurangnya aktivitas, dehidrasi dan beberapa obat. Makanan tambahan dan pelunak tinja bisa membantu memperlancar buang air besar. Pemberian makanan harus benar-benar diperhatikan karena kekakuan otot bisa menyebabkan penderita mengalami kesulitan menelan sehingga bisa mengalami kekurangan gizi (malnutrisi).<br />
Levodopa<br />
Levodopa dikombinasikan dengan karbidopa merupakan pengobatan utama untuk Parkinson Diberikan bersama karbidopa untuk meningkatkan efektivitasnya & mengurangi efek sampingnya Mulai dengan dosis rendah, yg selanjutnya ditingkatkan sampai efek terbesar diperoleh Setelah beberapa tahun digunakan, efektivitasnya bisa berkurang bromokriptin atau pergolid Pada awal pengobatan seringkali ditambahkan pada pemberian levodopa untuk meningkatkan kerja levodopa atau diberikan kemudian ketika efek samping levodopa menimbulkan masalah baru Jarang diberikan sendiri Seleglin Seringkali diberikan sebagai tambahan pada pemakaian levodopa Bisa meningkatkan aktivitas levodopa di otak Obat antikolinergik (benztropin & triheksifenidil), obat anti depresi tertentu, antihistamin (difenhidramin) Pada stadium awal penyakit bisa diberikan tanpa levodopa, pada stadium lanjut diberikan bersamaan dengan levodopa, mulai diberikan dalam dosis rendah Bisa menimbulkan beberapa efek samping Amantadin Digunakan pada stadium awal untuk penyakit yg ringan Pada stadium lanjut diberikan untuk meningkatkan efek levodopa Bisa menjadi tidak efektif setelah beberap bulan digunakan sendiri<br />
Sel punca dewasa<br />
Sel punca dewasa dapat digunakan untuk mengobati penyakit Parkinson/Parkinson's disease (PD) contohnya adalah sel punca dewasa yang berasal dari sumsum tulang belakang dapat menggantikan sel-sel neuron (saraf) otak yang rusak akibat penyakit Parkinson[2].<br />
Referensi<br />
1. ^ (en) Protein kinases CK1 and CK2 as new targets for neurodegenerative diseases. Instituto de Quimica Medica-CSIC; Perez DI, Gil C, Martinez A.. Diakses pada 7 Juli 2010.<br />
2. ^ Dittmar T, Z̈änker KS. 2009. Stem Cell Biology in Health and Disease. Dordrecht: Springer verlag.<br />
<br />
Debhy blog'shttp://www.blogger.com/profile/10133196045600410778noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8197294170235316985.post-24580769741396340922010-11-02T02:11:00.000-07:002010-11-10T19:12:07.781-08:00TENTANG SAYAnama : Debby pranajaya<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZOef9Jw58Bsb97_B1c0VyUgza4JvGv5k2saybs2bJg0iI3saMWzQFAUTK0CJpR2GfncjiiZqvM6BeZveGaKtWJnnFtYdLJ1xKl3XnM2OdofrtphTov5P67oFNVbQEFuc4qDy8SjqnhIg/s1600/deBhy+poenya+%25285%2529.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="320" width="255" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZOef9Jw58Bsb97_B1c0VyUgza4JvGv5k2saybs2bJg0iI3saMWzQFAUTK0CJpR2GfncjiiZqvM6BeZveGaKtWJnnFtYdLJ1xKl3XnM2OdofrtphTov5P67oFNVbQEFuc4qDy8SjqnhIg/s320/deBhy+poenya+%25285%2529.jpg"</img></a></div><br />
<br />
Alamat ;jln. pattimura no 9 puuwatu<br />
umur : 21 tahun<br />
TTL : 20 january 1990<br />
KULIAH : STIKES-MW KENDARI 07<br />
JURUSAN KESMAS (KESEHATAN LINGKUNGAN)<br />
AYAH : AMIRUDDIN<br />
PEKERJAAN: PEGAWAI BAPPEDA PROVINSI SULAWESI TENGGARA<br />
IBU : MINARTIN<br />
PEKERJAAN: KEPALA PERPUSTAKAAN SDN 05 KENDARI<br />
SAUDARA (I): 1. OLAN KRISANDY (ADMINISTRASI NEGARA/UNHALU)<br />
2. AYU AMALIA (SMPN 3 KENDARI)<br />
3. MUH. REYHAN (SDN 05 KENDARI)<br />
NOTEBOOK:<br />
Aq suka ma hal-hal yang membuat penasaran n suka dengan petualangan.....suka ma orang yang mudah diajak keluar jalan-jalan n asik di ajak ngomong....<br />
<br />
aq kuliah di stikes mw kendari<br />
Debhy blog'shttp://www.blogger.com/profile/10133196045600410778noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8197294170235316985.post-67487778406333809242010-11-02T02:08:00.001-07:002010-11-10T01:45:19.377-08:00KESEHATANDEMAM BERDARAH (DENGUE HEMORRHAGIC FEVER)<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjK0HTanfJxzXUEaGG1W8jvrRgRXUfsdYwKP0N7A0Dr4AbZaOGHh9HIxlXbNhEKTHCGx6lf5fPi67FHTxg-3y1F5z_rnxZNdvQjgaFiv42dJ9-KOk7gpEo94gf06f0RWBV6LohWVV-2scw/s1600/dbd.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="222" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjK0HTanfJxzXUEaGG1W8jvrRgRXUfsdYwKP0N7A0Dr4AbZaOGHh9HIxlXbNhEKTHCGx6lf5fPi67FHTxg-3y1F5z_rnxZNdvQjgaFiv42dJ9-KOk7gpEo94gf06f0RWBV6LohWVV-2scw/s320/dbd.jpg"</img></a></div><br />
<br />
Definisi<br />
<br />
Demam Dengue, adalah demam virus akut yang disertai sakit kepala, nyeri otot,<br />
sendi dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam.<br />
<br />
Demam Berdarah Dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah demam dengue<br />
yang disertai pembesaran hati dan tanda-tanda perdarahan.<br />
<br />
Pada keadaan yang lebih parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan<br />
penderita jatuh dalam keadaan syok akibat kebocoran plasma. Keadaan ini<br />
disebut Dengue Shock Syndrome (DSS).<br />
<br />
<br />
Gejala<br />
<br />
Infeksi oleh virus Dengue menimbulkan variasi gejala mulai sindroma virus<br />
nonspesifik sampai perdarahan yang fatal.Gejala Demam Dengue tergantung Pada<br />
umur penderita. Pada bayi dan anak-anak kecil biasanya berupa demam Disertai<br />
dengan ruam-ruam pada kulit. Pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa, biasa<br />
dimulai dengan demam ringan atau tinggi (>39 derajat C) yang tiba-tiba dan<br />
berlangsung selama 2 - 7 hari, disertai dengan sakit kepala hebat, nyeri di<br />
belakang mata, nyeri sendi dan otot, mual-muntah dan ruam-ruam. Bintik-bintik<br />
perdarahan di kulit sering terjadi, kadang-kadang disertai bintik-bintik<br />
perdarahan di tenggorokan dan selaput bening mata.<br />
<br />
Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, perasaan tidak enak di ulu hati,<br />
nyeri di tulang rusuk kanan atau nyeri di seluruh perut. Kadang-kadang demam<br />
mencapai 40 - 41 derajat C dan terjadi kejang demam pada bayi.<br />
<br />
DHF adalah komplikasi serius demam dengue yang dapat mengancam jiwa<br />
penderitanya, ditandai oleh:<br />
<br />
a.. Demam tinggi yang terjadi tiba-tiba<br />
b.. Tanda-tanda perdarahan<br />
c.. Pembesaran hati<br />
d.. Kadang-kadang disertai syok<br />
<br />
Tanda-tanda perdarahan pada DHF dimulai dari tes Torniquet positif dan<br />
bintik-bintik perdarahan di kulit (ptechiae). Ptechiae ini bisa terlihat di<br />
seluruh anggota gerak, ketiak, wajah, dan gusi. Juga bisa terjadi perdarahan<br />
hidung, gusi dan perdarahan dari saluran cerna dan perdarahan dalam urin.<br />
<br />
Berdasarkan gejalanya DHF dikelompokkan menjadi 4 tingkatan :<br />
<br />
a.. Derajat 1: demam diikuti gejala tidak khas. Satu-satunya tanda<br />
perdarah-an adalah tes torniquet positif atau mudah memar.<br />
b.. Derajat 2: gejala derajat 1 ditambah dengan perdarahan spontan.<br />
Perdarahan bisa terjadi di kulit atau di tempat lain.<br />
c.. Derajat 3: terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi<br />
yang cepat dan lemah , hipotensi, suhu tubuh yang rendah, kulit lembab dan<br />
penderita gelisah.<br />
d.. Derajat 4: terjadi syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan<br />
darah yang tidak dapat diperiksa.<br />
Fase kritis pada penyakit ini terjadi pada akhir masa demam. Setelah demam<br />
selama 2 - 7 hari, penurunan suhu biasanya disertai dengan tanda-tanda<br />
gangguan sirkulasi darah. Penderita berkeringat, gelisah, kaki dan tangan<br />
dingin dan mengalami perubahan tekanan darah dan denyut nadi.<br />
<br />
Pada kasus yang tidak terlalu berat gejala-gejala ini hampir tak terlihat,<br />
menandakan kebocoran plasma yang ringan. Bila kehilangan plasma hebat, akan<br />
terjadi syok, syok berat dan kema-tian bila tidak segera ditangani.<br />
<br />
Pada penderita dengan DSS, kondisi penderita akan cepat memburuk. Ditandai<br />
dengan nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun hingga kurang dari 20 mmHg<br />
atau terjadi hipotensi. Kulit dingin, lembab dan penderita mula-mula terlihat<br />
mengantuk kemudian gelisah.<br />
<br />
Bila keadaan ini tidak segera ditangani penderita akan meninggal dalam Waktu<br />
12-24 jam. Dengan pemberian cairan pengganti, kondisi penderita akan dengan<br />
cepat membaik. Pada syok yang berat sekalipun, penderita akan membaik dalam<br />
2-3 hari. Tanda-tanda adanya perbaikan adalah jumlah urine yang cukup dan<br />
kembali nya nafsu makan.<br />
<br />
<br />
Diagnosa<br />
<br />
Pada awal terjadinya demam, DHF sulit dibedakan dengan infeksi lain yang<br />
disebabkan oleh berbagai jenis virus, bakteri atau parasit. Setelah hari<br />
ketiga atau keempat baru pemeriksaan darah dapat membantu diagnosa.<br />
<br />
Diagnosa ditegakkan dari gejala klinis dan hasil pemeriksaan darah :<br />
<br />
a.. Penurunan jumlah trombosit (< 100.000 sel/mm3)
b.. Peningkatan konsentrasi sel darah (> 20% di atas rata-rata nilai normal)<br />
c.. Hasil laboratorium semacam ini biasanya ditemukan pada hari ke-3 sampai<br />
hari ke-7.<br />
<br />
Pengobatan<br />
<br />
Untuk mengatasi demam biasanya diberikan parasetamol. Salisilat tidak<br />
digunakan karena akan memicu perdarahan dan asidosis. Parasetamol diberikan<br />
selama demam masih mencapai 39 derajat C, paling banyak 6 dosis dalm 24 jam.<br />
<br />
Kadang-kadang diperlukan obat penenang pada anak-anak yang sangat gelisah.<br />
Kegelisahan ini biasa terjadi karena dehidrasi atau gangguan fungsi hati.<br />
<br />
Haus dan dehidrasi merupakan akibat dari demam tinggi, tidak adanya nafsu<br />
makan dan muntah. Untuk mengganti cairan yang hilang harus diberikan cairan<br />
yang cukup melalui mulut atau melalui vena. Cairan yang diminum sebaiknya<br />
mengandung elektrolit seperti oralit. Cairan lain yang biasa digunakan adalah<br />
jus buah-buahan.<br />
<br />
<br />
Penderita HARUS SEGERA DIRAWAT bila ditemukan gejala-gejala seperti di bawah<br />
ini :<br />
<br />
a.. Takikardia, denyut jantung meningkat.<br />
b.. Kulit pucat dan dingin<br />
c.. Denyut nadi melemah<br />
d.. Terjadi perubahan derajat kesadaran, penderita terlihat ngantuk atau<br />
tertidur terus menerus.<br />
e.. Urine sangat sedikit<br />
f.. Peningkatan konsentrasi hematokrit secara tiba-tiba<br />
g.. Tekanan darah menurun hingga kurang dari 20 mmHg<br />
<br />
Dengan tanda-tanda tersebut berarti penderita mengalami dehidrasi yang signifi<br />
kan, sehingga diperlukan pengganti cairan secara intravena (infus-red).<br />
Oksigen juga diperlukan pada penderita yang mengalami syok. Transfusi darah<br />
hanya diberikan pada penderita dengan tanda-tanda perdarahan<br />
yang signifikan.<br />
<br />
<br />
Pencegahan<br />
<br />
Sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang dapat menangkal virus dengue<br />
dengan berbagai serotipe. Satu-satunya usaha pencegahan atau pengendalian<br />
dengue adalah dengan memerangi nyamuk yang berperan pada penularan virus<br />
dengue. Aedes aegypti berkembang biak terutama di tempat-tempat buatan manusia<br />
seperti wadah plastik, ban mobil bekas dan tempat lain yang menampung air<br />
hujan. Nyamuk ini menggigit pada siang hari, beristirahat di dalam rumah dan<br />
meletakkan telurnya pada tempat-tempat air bersih tergenang.<br />
<br />
Pencegahan dilakukan dengan langkah 3M:<br />
<br />
1. Menguras bak air<br />
<br />
2. Menutup tempat-tempat yang mungkin menjadi tempat berkembang biak nyamuk<br />
<br />
3. Mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air<br />
<br />
Ditempat penampungan air seperti bak mandi diberikan insektisida yang membunuh<br />
larva nyamuk seperti abate. Hal ini bisa mencegah perkembangbiakan nyamuk<br />
selama beberapa minggu, tapi pemberiannya harus diulang setiap beberapa waktu<br />
tertentu.<br />
<br />
Ditempat yang sudah terjangkit DHF dilakukan penyemprotan insektisida secara<br />
fogging. Untuk perlindungan yang lebih intensif, orang-orang yang tidur siang<br />
sebaiknya menggunakan kelambu, memasang kasa nyamuk di pintu dan jendela,<br />
menggunakan semprotan nyamuk di dalam rumah dan obat-obat nyamuk yang<br />
dioleskan.<br />
<br />
<br />
Terapi dengan TOGA<br />
<br />
- Kapsul Buah Makasar 3 x1 kaps/hari<br />
<br />
- Kapsul Mimba 3 x 1 Kaps/hari<br />
<br />
- Kapsul Sambiloto 3 x 1 Kaps/hari<br />
<br />
Fungsi ketiga kapsul diatas adalah untuk menekan perkembangan virus<br />
<br />
- Tapak Liman 3 x 1 Kaps/hari<br />
<br />
- Juice Jambu Biji Merah<br />
<br />
Fungsi kedua bahan diatas adalah untuk meningkatkan kesehatan dan juga<br />
tromboisit darah.<br />
<br />
Demikian Sharing dari saya semoga bermanfaat.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Pencegahan Demam Berdarah (DBD) <br />
Artikel - Kesehatan Umum <br />
Wednesday, 03 September 2008 03:58 <br />
<br />
A. Bagaimana Cara Mencegah DBD ?<br />
• Untuk mencegah penyakit DBD, nyamuk penularnya (Aedes Aegypti) harus diberantas ,sebab vacsin untuk pencegahannya belum tersedia <br />
• Cara tepat untuk memberantas nyamuk Aedes Aegypti adalah memberantas jentik-jentiknya di tempat berkembang biaknya. CAra ini dikenal sebagai "Gerakan 3M"<br />
• Olehkarena tempat-tempat berkembang biaknya terdapat di rumah-rumah dan tempat-tempat umum, maka setiap keluarga harus melaksanakan "3M" secara teratur sekuang-kurangnya seminggu sekali<br />
B. Bagaimana Cara melaksanakan "3M" ?<br />
Untuk mencehan penyakit DBD setiap keluarga dianjurkan untuk melaksanakan "3M" di rumah dan halaman masing-masing dengan melibatkan seluruh keluarga, dengan cara sebagai berikut :<br />
1. Menguras bak mandi sekurang-kurangnya 1 minggu sekali<br />
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air<br />
3. Mengganti air Vas bunga/tanaman air seminggu sekali<br />
4. Mengganti air tempat minum burung<br />
5. Menimbun barang-barang bekas yang dapat menampung air<br />
6. Menabur bubuk abete atau altosid pada tempat-tempat penampungan air yang sulit dikuras atau di daerah yang air bersih sulit didapat, sehingga perlu penampungan air hujan<br />
7. Memelihara ikan di tempat-tempat penampungan air<br />
Takaran abate : 1 sendok peres (+ 10 gram) untuk 100 liter air<br />
Takaran altosid : 1/4 sendok peres (+ 2,5 gram) untuk 100 liter<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Cara Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue <br />
<br />
<br />
<br />
Bagaimana cara penularan penyakit DBD ? <br />
Penyakit DBD hanya dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty betina.<br />
• <br />
• Nyamuk ini mendapat virus dengue sewaktu menggigit/menghisap darah orang :<br />
o Yang sakit DBD atau<br />
o Yang tidak sakit DBD tetapi dalam darahnya terdapat virus Dengue (karena orang ini memiliki kekebalan terhadap virus dengue)<br />
o Orang yang mengandung virus dengue tetapi tidak sakit, dapat pergi kemana-mana dan menularkan virus itu kepada orang lain di tempat yang ada nyamuk Aedes Aegypti.<br />
• Virus dengue yang terhisap akan berkembangbiak dan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk termasuk kelenjar liurnya.<br />
• Bila nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain, virus itu akan dipindahkan bersama air liur nyamuk.<br />
• Bila orang yang ditulari itu tidak memiliki kekebalan (umumnya anak-anak), ia akan segera menderita DBD.<br />
• Nyamuk Aedes Aegypti yang sudah mengandung virus dengue, seumur hidupnya dapat menularkan kepada orang lain.<br />
• Dalam darah manusia, virus dengue akan mati dengan sendirinya dalam waktu lebih kurang 1 minggu. <br />
• Tanda-tanda Penyakit Demam Berdarah Dengue<br />
<br />
<br />
Apa tanda-tanda penyakit DBD ?<br />
1. Mendadak panas tinggi selama 2-7 hari, tampak lemah dan lesu suhu badan antara 38 Cº sampai 40 Cº<br />
2. Tampak bintik-bintik merah pada kulit, seperti bekas gigitan nyamuk disebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler dikulit, untuk membedakannya kulit direnggangkan, bila bintik merah itu hilang, berarti bukan tanda penyakit DBD.<br />
3. Kadang-kadang terjadi perdarahan di hidung (mimisan)<br />
4. Akan terjadi muntah darah/berak darah.<br />
5. Kadang-kadang nyeri ulu hati, karena terjadi perdarahan di lambung.<br />
6. Bila sudah parah, penderita gelisah, ujung tangan dan kaki dingin berkeringat, bila tidak segera ditolong di Rumah Sakit dalam 2-3 hari dapat meninggal dunia.<br />
<br />
<b></b>Debhy blog'shttp://www.blogger.com/profile/10133196045600410778noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8197294170235316985.post-15233271651732612892010-11-02T02:04:00.001-07:002010-11-10T02:09:16.177-08:00Debhy blog'shttp://www.blogger.com/profile/10133196045600410778noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8197294170235316985.post-44176883597940155462010-10-29T20:25:00.001-07:002010-11-02T02:00:06.732-07:00cara mengecilkan perut buncitBagaimana cara mengecilkan perut yang buncit? Apakah ada tips mengecilkan perut secara alami? Memiliki perut gendut memang bukan hal yang patut dibanggakan. Selain tak sedap dipandang, kondisi ini juga bisa merusak penampilan. Timbunan lemak yang berlebihan di bagian perut nyatanya bisa menghambat fungsi hati sebagai penyaring racun dalam darah.<br />
<br />
Dengan kondisi ini membuat sistem sirkulasi tubuh tidak berjalan normal dan menjadi pemicu timbulnya berbagai masalah kesehatan, seperti kadar kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi.<br />
<br />
Sebagian besar perut menggelembung alias buncit disebabkan oleh faktor dasar yaitu diet dan gaya hidup. Berikut ini beberapa cara untuk menghilangkan perut buncit baik pada pria maupun wanita, cekidot :<br />
<br />
perut buncit<br />
1. Minum air<br />
Jika kepenuhan perut disebabkan oleh penyimpanan air, Anda sebenarnya dapat mengurangi masalah tersebut dengan minum air lebih banyak. Hal ini akan mencairkan konsentrasi sodium dalam tubuh sehingga meningkatkan jumlah air yang keluar dari sistem. Minum lebih banyak air juga menjamin fungsi empedu efektif untuk mengeluarkan produk sampah. Jangan merubah konsumsi air saat diet karena banyak bahan yang sulit dicerna dan dapat menyebabkan perut menggelembung.<br />
<br />
2. Makan perlahan-lahan<br />
Hindari makan cepat, karena ketika Anda menelan terlalu cepat, setidaknya udara tertahan dalam usus dan membentuk gas yang dapat memicu penggelembungan perut. Selalu duduk saat makan dan kunyah makan secara perlahan-lahan. Makanan yang tidak terkunyah menjadi bagian-bagian kecil tidak dapat dicerna dengan sempurna yang kemudian menghasilkan banyak gas yang menimbulkan penggelembungan.<br />
<br />
3. Mengurangi konsumsi garam<br />
Terlalu banyak garam dalam diet menambah ektra sodium terhadap cairan tubuh yang memperlambat mekanisme sehingga mendorong air keluar dari sel. Akibatnya perut terasa penuh dan menggelembung.<br />
<br />
4. Konsumsi serat yang tepat<br />
Serat adalah elemen penting dalam diet, tetapi untuk mengimbangi penyimpanan air yang menyebabkan penggelembungan, makanlah serat dalam buah-buahan seperti apel dan pear yang memiliki banyak kandungan air.<br />
<br />
5. Awasi pengobatan<br />
Perut yang mengembang adalah efek samping dari konsumsi obat. Aspirin kadang-kadang menyebabkan masalah perut yang memicu sembelit dan penggelembungan, termasuk pil kontrasepsi.<br />
<br />
6. Hindari sembelit<br />
Sembelit didefinisikan sebagai memiliki lebih sedikit dari tiga kali buang air besar dalam seminggu atau jika terlibat ketegangan. Sebagai akibat perut terasa menambah besar. Untuk merangsang isi perut, tingkatkan konsumsi serat dari buah-buahan dan sayuran, lakukan secara gradual untuk menghindari fermentasi dan produksi gas yang berlebihan.<br />
<br />
7. Olahraga<br />
Olahraga memang salah satu cara yang wajib ditempuh untuk menghilangkan si perut buncit. Olahraga akan membantu menggerakkan cairan dalam perut yang dapat menyebabkan perut besar dengan mendorongnya keluar dari jaringan dan masuk aliran darah dimana akan dilkeluarkan sebagai keringat atau dibawa ke empedu untuk dikeluarkan sebagai urine. Olahraga yang disarankan antara lain aerobik.<br />
<br />
Itulah beberapa tips mengatasi perut buncit yang bisa anda lakukan, sekalian baca juga cara mengatasi ejakulasi dini secara alami. Selamat mencoba dan semoga berhasil mengecilkan perut Anda! [@ dikutip dari berbagai sumber] <b></b>Debhy blog'shttp://www.blogger.com/profile/10133196045600410778noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8197294170235316985.post-37125003593329341572010-10-27T19:49:00.003-07:002010-11-02T02:17:40.773-07:00pengelolaan limbah cair dengan rotating biological contactorBAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
<br />
A. Latar Belakang<br />
Adaptasi unik. Inilah sebutan yang diberikan kepada Rotating Biological Contactor (RBC) karena modifikasinya khas sebagai proses pertumbuhan lekat (attached growth process). Sesuai dengan namanya, unit pengolah air limbah ini berotasi dengan pusat pada sumbu atau as yang digerakkan oleh motor drive system dan/atau tiupan udara (air drive system) dari difusser yang dibenam dalam air limbah, di bawah media. Berbahan plastik, media tempat pelekatan mikroba dipasang sedemikian rupa sehingga terjadi kontak yang seluas-luasnya dengan air limbah dan oksigen yang terjadi silih berganti.<br />
Di dalam pengolahan limbah cair ada banyak cara yang bias dilakukan tergantung dari limbah tersebut, setiap cara atau proses yang digunakan pastinya memiliki kelebihan maupun kekurangan masing2 , di dalam makalah ini kita akan membahas salah satu cara pengolahan limbah dengan metode RBC atau rotating biological contactor. <br />
B. Tujuan<br />
• Mendefinisikan apa yang dimaksud dengan rotating biological contactor<br />
• Mempelajari prinsip kerja dari proses tersebut<br />
• Mampu memberikan kelebihan maupun kekurangan dari proses tersebut<br />
• Mempelajari aplikasi yang terdapat dalam proses tersebut<br />
C. Manfaat<br />
• Mengetahui definisi dari proses RBC tersebut<br />
• Mengetahui prinsip kerj proses RBC ini.<br />
• Memberikan keterangan mengenai kelebihan kekurangan serta aplikasi yang ada pada proses ini.<br />
<br />
BAB II<br />
PEMBAHASAN<br />
A. Definisi rotating biological contactor<br />
RBC atau rotating biological contactor ialah suatu proses pengolahan limbah cair dengan menggunakan metode dimana unit pengolah air limbah ini berotasi dengan pusat pada sumbu atau as yang digerakkan oleh motor drive system dan/atau tiupan udara (air drive system) dari difusser yang dibenam dalam air limbah, di bawah media. Berbahan plastik, media tempat pelekatan mikroba dipasang sedemikian rupa sehingga terjadi kontak yang seluas-luasnya dengan air limbah dan oksigen yang terjadi silih berganti.<br />
Dimana metodenya melibatkan kontak dengan unsure-unsur biologi di dalam perputaran ataupun rotasi.<br />
<br />
B. Prinsip kerja<br />
Mekanisme aerasinya terjadi ketika mikroba terpapar oksigen di luar air limbah sehingga terjadi pelarutan oksigen akibat difusi. Sesaat kemudian, mikroba ini tercelup lagi ke dalam air limbah sekaligus memberikan oksigen kepada mikroba yang tersuspensi di dalam bak. Bersamaan dengan itu terjadi juga reintake material organik dan anorganik yang melekat di dalam biofilm. Tetesan air berbutir-butir yang jatuh dari media plastik dan bagian biofilm yang melekat di permukaan plastik juga memberikan peluang reaerasi. Begitu seterusnya secara kontinyu 24 jam sehari, ada bagian yang terendam air, ada bagian yang terpapar oksigen.<br />
<br />
C. Kelebihan dan kekurangan rotating biological Contactor<br />
Adapun keurangan dari proses rotating biological contactor ini ialah ;<br />
• karena waktu kontaknya lebih lama, bisa mencapai 8-10 jam, <br />
• kebutuhan lahannya relatif sempit, <br />
• permukaan kontaknya relatif luas, <br />
• tahan terhadap beban kejut (shock looading) organik dan hidrolis, <br />
• peluruhan biomassa berlebihnya efektif. <br />
• Konsumsi atau kebutuhan energi listriknya juga rendah dibandingkan dengan aerasi mekanis pada activated sludge dan trickling filter.<br />
• RBC juga mampu mengolah air limbah timbulan aktivitas pertambangan yang mengandung senyawa beracun, besi, sianida, selenium, dll. <br />
Sedangkan kekurangannya yaitu ;<br />
• Masalah utama RBC adalah kerusakan pada materialnya seperti as, coupling, bearing, rantai, gear box, motor listrik, dll. <br />
• Biaya kapital dan pemasangan RBC bisa lebih mahal daripada activated sludge per debit per kualitas air limbah yang setara. Secara bioproses, kalau oksigen terlarutnya rendah dan ada sulfida di dalam air limbahnya maka bakteri pengganggu seperti Beggiatoa akan tumbuh di media RBC. <br />
• Dibandingkan dengan unit lumpur aktif konvensional, biaya investasi RBC menjadi mahal kalau debit air olahannya besar. Oleh sebab itu, RBC lebih cocok diterapkan pada debit kecil, misalnya untuk air limbah rumah sakit, hotel, pabrik, kampus. <br />
• Dalam desainnya, meskipun sudah banyak diteliti, belum banyak terungkap parameter desain yang berkaitan dengan bioproses kecuali rumus-rumus empiris. Itu sebabnya, desainer RBC selalu menggunakan tabel dan grafik yang dibuat oleh praktisi dan didasarkan pada parameter dari instalasi yang sudah dibangun. <br />
<br />
D . Aplikasi Rotating biological Contactor<br />
Kinerja RBC bergantung juga pada jumlah kompartemennya. Satu modul bisa berisi empat atau lima kompartemen. Di kompartemen pertama bisa ditambahkan aliran balik menuju unit pengendap awal agar kondisinya tidak terlalu anaerobik sehingga bau busuknya berkurang sekaligus membantu dinamika pertumbuhan mikroba. Begitu juga di kompartemen akhir bisa dipasang aliran balik menuju unit pengendap awal dengan maksud serupa. Umumnya, media kontak RBC terendam di dalam air limbah setinggi 40% dari diameternya. Kecepatan putarannya antara 1 – 3 putaran per menit. Putaran ini memberikan energi yang cukup bagi gaya hidrolis untuk meluruhkan biofilm dan aliran airnya turbulen supaya padatannya tetap tersuspensi (tidak mengendap). Waktu tinggal hidrolisnya di dalam setiap modul relatif singkat, yaitu 20 menit pada beban normal. Setiap tahap atau modulnya cenderung beroperasi sebagai reaktor teraduk sempurna. <br />
<br />
Berkaitan dengan media lekat mikrobanya, ada beberapa bahan yang dapat digunakan. Yang sering dipilih adalah media plastik HDPE (high-density polyethylene) berdiameter antara 2 – 4 m, dengan ketebalan mencapai 10 mm. Bentuk media bisa berupa lembaran pelat tetapi bisa juga berupa pipa-pipa atau tabung yang dipasang pada satu poros besi dengan bentangan mencapai 8 m. Media beserta poros dan motornya ini disebut satu modul yang terus berotasi di dalam bak. Beberapa modul dapat dipasang secara seri atau paralel sesuai dengan kebutuhan debit air limbah yang diolah. Biasanya antarmodul dipisahkan oleh sekat (baffle) untuk menghindari aliran singkat (short circuiting) di dalam tangki (bak). Kinerja RBC pun dipengaruhi oleh temperatur air limbah, konsentrasi substrat influen, waktu tinggal hidrolis, rasio volume tangki terhadap luas permukaan media, kecepatan rotasi media, dan oksigen terlarut. <br />
<br />
Umumnya, untuk mengolah air limbah domestik RBC tidak memerlukan pembibitan (seeding) mikroba. Sebab, mikroba sudah tersedia dalam jumlah yang cukup sebagai awal dalam memulai proses. Kira-kira sepekan sampai dua pekan setelah dimulai pengolahannya, di permukaan media akan menempel biomassa setebal 1 – 4 mm. Ketebalan ini bergantung pada kekuatan air limbah dan kecepatan rotasi media lekat. Menurut Antonie, 1978, konsentrasi mikroba tersebut mencapai 50.000 – 100.000 mg/l, suatu jumlah yang sangat tinggi sehingga cukup banyak zat pencemar organik dan nitrogen yang dihilangkannya dengan bantuan oksigen terlarut.<br />
<br />
Seperti umumnya pengolahan air limbah secara biologi, RBC merupakan bioproses ”peternakan” mikroba (bakteri). Jenis-jenis mikroba yang biasa ditemukan di RBC ialah bakteri berfilamen seperti Sphaerotilus, Beggiatoa, Cladothrix, Nocardia, Oscillatoria, dan juga jenis fungi, yaitu Fusarium, meskipun jarang. Mikroba yang nonfilamen antara lain: Zocloea, Aerobacter, Escherichia coli, algae, dan spirilla. Jenis dan konsentrasi mikroba bisa berbeda antara satu modul dengan modul lainnya dan ini dipengaruhi oleh beban organiknya. Semua mikroba di atas bahu-membahu mengolah pencemar organik di dalam air limbah dengan cara mengoksidasinya dalam kondisi aerob. Dalam kondisi normal, senyawa polutan berbasis karbon akan disisihkan lebih dulu di modul satu RBC. Penyisihan karbon bisa tuntas di modul satu atau modul dua ini tetapi proses nitrifikasi baru selesai di modul lima atau sesudahnya. Seperti pada proses di dalam bio-tower, nitrifikasi akan terjadi hanya setelah konsentrasi karbon direduksi secara signifikan. Oleh sebab itu, kebanyakan RBC terdiri atas empat atau lima modul seri untuk memberikan kesempatan proses nitrifikasi terjadi secara lengkap. Setelah lewat RBC, air limbah lantas masuk ke klarifir dan biomassa mulai mengendap secara gravitasi. <br />
<br />
Klarifir dalam sistem RBC ini tidak menyalurkan sludge endapannya ke RBC seperti yang terjadi pada activated sludge. Efluen klarifirnya sudah bisa langsung dibuang ke badan air penerima tanpa perlu diklorinasi. Apabila efluen ini akan digunakan kembali maka perlu dilengkapi dengan teknologi pengolahan air minum pada umumnya (seperti yang sering diterapkan di PDAM) ditambah dengan unit karbon aktif dan teknologi membran. Dengan demikian, RBC menjadi salah satu alternatif teknologi yang akan makin banyak diterapkan, terutama untuk populasi kecil seperti hotel, apartemen, rumah sakit, pabrik, kantor, kampus, dll., sekaligus mendukung konsep desentralisasi dalam pengolahan air limbah atau semacam ”on-site system”, bukan sistem perpipaan (sewerage). *<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB III<br />
PENUTUP<br />
A.Kesimpulan<br />
RBC atau rotating biological contactor ialah suatu proses pengolahan limbah cair dengan menggunakan metode dimana unit pengolah air limbah ini berotasi dengan pusat pada sumbu atau as yang digerakkan oleh motor drive system dan/atau tiupan udara (air drive system) dari difusser yang dibenam dalam air limbah, di bawah media. Berbahan plastik, media tempat pelekatan mikroba dipasang sedemikian rupa sehingga terjadi kontak yang seluas-luasnya dengan air limbah dan oksigen yang terjadi silih berganti.<br />
Dimana metodenya melibatkan kontak dengan unsure-unsur biologi di dalam perputaran ataupun rotasi.<br />
Adapun kelebihan dari proses rotating biological contactor ini ialah ;<br />
• karena waktu kontaknya lebih lama, bisa mencapai 8-10 jam, <br />
• kebutuhan lahannya relatif sempit, <br />
• permukaan kontaknya relatif luas, <br />
Sedangkan kekurangannya yaitu ;<br />
• Masalah utama RBC adalah kerusakan pada materialnya seperti as, coupling, bearing, rantai, gear box, motor listrik, dll. <br />
• Biaya kapital dan pemasangan RBC bisa lebih mahal daripada activated sludge per debit per kualitas air limbah yang setara. Secara bioproses, kalau oksigen terlarutnya rendah dan ada sulfida di dalam air limbahnya maka bakteri pengganggu seperti Beggiatoa akan tumbuh di media RBC. <br />
<br />
B. Saran<br />
• Dalam penggunaan metode ini sebaiknya jika alat sudah terlalu tua sebaiknya diperiksa secara berkala<br />
• Dalam pengelolaan limbah cair sebaiknya di pilah dan diutamakan sampah-sampah organic sehingga dapatkan hasil yg maksimal<br />
• Jika menggunakan proses ini sebaiknya dilakukan pengecekan tiap minggu untuk menghindari adanya kerusakan tehnis.<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
• http://gedehace.blogspot.com/2010/03/rotating-biological-contactor.html<br />
<br />
<br />
<b></b>Debhy blog'shttp://www.blogger.com/profile/10133196045600410778noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8197294170235316985.post-29369537372948513532010-10-27T19:49:00.001-07:002010-11-10T02:09:16.188-08:00pengelolaan limbah cair dengan rotating biological contactorBAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
<br />
A. Latar Belakang<br />
Adaptasi unik. Inilah sebutan yang diberikan kepada Rotating Biological Contactor (RBC) karena modifikasinya khas sebagai proses pertumbuhan lekat (attached growth process). Sesuai dengan namanya, unit pengolah air limbah ini berotasi dengan pusat pada sumbu atau as yang digerakkan oleh motor drive system dan/atau tiupan udara (air drive system) dari difusser yang dibenam dalam air limbah, di bawah media. Berbahan plastik, media tempat pelekatan mikroba dipasang sedemikian rupa sehingga terjadi kontak yang seluas-luasnya dengan air limbah dan oksigen yang terjadi silih berganti.<br />
Di dalam pengolahan limbah cair ada banyak cara yang bias dilakukan tergantung dari limbah tersebut, setiap cara atau proses yang digunakan pastinya memiliki kelebihan maupun kekurangan masing2 , di dalam makalah ini kita akan membahas salah satu cara pengolahan limbah dengan metode RBC atau rotating biological contactor. <br />
B. Tujuan<br />
• Mendefinisikan apa yang dimaksud dengan rotating biological contactor<br />
• Mempelajari prinsip kerja dari proses tersebut<br />
• Mampu memberikan kelebihan maupun kekurangan dari proses tersebut<br />
• Mempelajari aplikasi yang terdapat dalam proses tersebut<br />
C. Manfaat<br />
• Mengetahui definisi dari proses RBC tersebut<br />
• Mengetahui prinsip kerj proses RBC ini.<br />
• Memberikan keterangan mengenai kelebihan kekurangan serta aplikasi yang ada pada proses ini.<br />
<br />
BAB II<br />
PEMBAHASAN<br />
A. Definisi rotating biological contactor<br />
RBC atau rotating biological contactor ialah suatu proses pengolahan limbah cair dengan menggunakan metode dimana unit pengolah air limbah ini berotasi dengan pusat pada sumbu atau as yang digerakkan oleh motor drive system dan/atau tiupan udara (air drive system) dari difusser yang dibenam dalam air limbah, di bawah media. Berbahan plastik, media tempat pelekatan mikroba dipasang sedemikian rupa sehingga terjadi kontak yang seluas-luasnya dengan air limbah dan oksigen yang terjadi silih berganti.<br />
Dimana metodenya melibatkan kontak dengan unsure-unsur biologi di dalam perputaran ataupun rotasi.<br />
<br />
B. Prinsip kerja<br />
Mekanisme aerasinya terjadi ketika mikroba terpapar oksigen di luar air limbah sehingga terjadi pelarutan oksigen akibat difusi. Sesaat kemudian, mikroba ini tercelup lagi ke dalam air limbah sekaligus memberikan oksigen kepada mikroba yang tersuspensi di dalam bak. Bersamaan dengan itu terjadi juga reintake material organik dan anorganik yang melekat di dalam biofilm. Tetesan air berbutir-butir yang jatuh dari media plastik dan bagian biofilm yang melekat di permukaan plastik juga memberikan peluang reaerasi. Begitu seterusnya secara kontinyu 24 jam sehari, ada bagian yang terendam air, ada bagian yang terpapar oksigen.<br />
<br />
C. Kelebihan dan kekurangan rotating biological Contactor<br />
Adapun keurangan dari proses rotating biological contactor ini ialah ;<br />
• karena waktu kontaknya lebih lama, bisa mencapai 8-10 jam, <br />
• kebutuhan lahannya relatif sempit, <br />
• permukaan kontaknya relatif luas, <br />
• tahan terhadap beban kejut (shock looading) organik dan hidrolis, <br />
• peluruhan biomassa berlebihnya efektif. <br />
• Konsumsi atau kebutuhan energi listriknya juga rendah dibandingkan dengan aerasi mekanis pada activated sludge dan trickling filter.<br />
• RBC juga mampu mengolah air limbah timbulan aktivitas pertambangan yang mengandung senyawa beracun, besi, sianida, selenium, dll. <br />
Sedangkan kekurangannya yaitu ;<br />
• Masalah utama RBC adalah kerusakan pada materialnya seperti as, coupling, bearing, rantai, gear box, motor listrik, dll. <br />
• Biaya kapital dan pemasangan RBC bisa lebih mahal daripada activated sludge per debit per kualitas air limbah yang setara. Secara bioproses, kalau oksigen terlarutnya rendah dan ada sulfida di dalam air limbahnya maka bakteri pengganggu seperti Beggiatoa akan tumbuh di media RBC. <br />
• Dibandingkan dengan unit lumpur aktif konvensional, biaya investasi RBC menjadi mahal kalau debit air olahannya besar. Oleh sebab itu, RBC lebih cocok diterapkan pada debit kecil, misalnya untuk air limbah rumah sakit, hotel, pabrik, kampus. <br />
• Dalam desainnya, meskipun sudah banyak diteliti, belum banyak terungkap parameter desain yang berkaitan dengan bioproses kecuali rumus-rumus empiris. Itu sebabnya, desainer RBC selalu menggunakan tabel dan grafik yang dibuat oleh praktisi dan didasarkan pada parameter dari instalasi yang sudah dibangun. <br />
<br />
D . Aplikasi Rotating biological Contactor<br />
Kinerja RBC bergantung juga pada jumlah kompartemennya. Satu modul bisa berisi empat atau lima kompartemen. Di kompartemen pertama bisa ditambahkan aliran balik menuju unit pengendap awal agar kondisinya tidak terlalu anaerobik sehingga bau busuknya berkurang sekaligus membantu dinamika pertumbuhan mikroba. Begitu juga di kompartemen akhir bisa dipasang aliran balik menuju unit pengendap awal dengan maksud serupa. Umumnya, media kontak RBC terendam di dalam air limbah setinggi 40% dari diameternya. Kecepatan putarannya antara 1 – 3 putaran per menit. Putaran ini memberikan energi yang cukup bagi gaya hidrolis untuk meluruhkan biofilm dan aliran airnya turbulen supaya padatannya tetap tersuspensi (tidak mengendap). Waktu tinggal hidrolisnya di dalam setiap modul relatif singkat, yaitu 20 menit pada beban normal. Setiap tahap atau modulnya cenderung beroperasi sebagai reaktor teraduk sempurna. <br />
<br />
Berkaitan dengan media lekat mikrobanya, ada beberapa bahan yang dapat digunakan. Yang sering dipilih adalah media plastik HDPE (high-density polyethylene) berdiameter antara 2 – 4 m, dengan ketebalan mencapai 10 mm. Bentuk media bisa berupa lembaran pelat tetapi bisa juga berupa pipa-pipa atau tabung yang dipasang pada satu poros besi dengan bentangan mencapai 8 m. Media beserta poros dan motornya ini disebut satu modul yang terus berotasi di dalam bak. Beberapa modul dapat dipasang secara seri atau paralel sesuai dengan kebutuhan debit air limbah yang diolah. Biasanya antarmodul dipisahkan oleh sekat (baffle) untuk menghindari aliran singkat (short circuiting) di dalam tangki (bak). Kinerja RBC pun dipengaruhi oleh temperatur air limbah, konsentrasi substrat influen, waktu tinggal hidrolis, rasio volume tangki terhadap luas permukaan media, kecepatan rotasi media, dan oksigen terlarut. <br />
<br />
Umumnya, untuk mengolah air limbah domestik RBC tidak memerlukan pembibitan (seeding) mikroba. Sebab, mikroba sudah tersedia dalam jumlah yang cukup sebagai awal dalam memulai proses. Kira-kira sepekan sampai dua pekan setelah dimulai pengolahannya, di permukaan media akan menempel biomassa setebal 1 – 4 mm. Ketebalan ini bergantung pada kekuatan air limbah dan kecepatan rotasi media lekat. Menurut Antonie, 1978, konsentrasi mikroba tersebut mencapai 50.000 – 100.000 mg/l, suatu jumlah yang sangat tinggi sehingga cukup banyak zat pencemar organik dan nitrogen yang dihilangkannya dengan bantuan oksigen terlarut.<br />
<br />
Seperti umumnya pengolahan air limbah secara biologi, RBC merupakan bioproses ”peternakan” mikroba (bakteri). Jenis-jenis mikroba yang biasa ditemukan di RBC ialah bakteri berfilamen seperti Sphaerotilus, Beggiatoa, Cladothrix, Nocardia, Oscillatoria, dan juga jenis fungi, yaitu Fusarium, meskipun jarang. Mikroba yang nonfilamen antara lain: Zocloea, Aerobacter, Escherichia coli, algae, dan spirilla. Jenis dan konsentrasi mikroba bisa berbeda antara satu modul dengan modul lainnya dan ini dipengaruhi oleh beban organiknya. Semua mikroba di atas bahu-membahu mengolah pencemar organik di dalam air limbah dengan cara mengoksidasinya dalam kondisi aerob. Dalam kondisi normal, senyawa polutan berbasis karbon akan disisihkan lebih dulu di modul satu RBC. Penyisihan karbon bisa tuntas di modul satu atau modul dua ini tetapi proses nitrifikasi baru selesai di modul lima atau sesudahnya. Seperti pada proses di dalam bio-tower, nitrifikasi akan terjadi hanya setelah konsentrasi karbon direduksi secara signifikan. Oleh sebab itu, kebanyakan RBC terdiri atas empat atau lima modul seri untuk memberikan kesempatan proses nitrifikasi terjadi secara lengkap. Setelah lewat RBC, air limbah lantas masuk ke klarifir dan biomassa mulai mengendap secara gravitasi. <br />
<br />
Klarifir dalam sistem RBC ini tidak menyalurkan sludge endapannya ke RBC seperti yang terjadi pada activated sludge. Efluen klarifirnya sudah bisa langsung dibuang ke badan air penerima tanpa perlu diklorinasi. Apabila efluen ini akan digunakan kembali maka perlu dilengkapi dengan teknologi pengolahan air minum pada umumnya (seperti yang sering diterapkan di PDAM) ditambah dengan unit karbon aktif dan teknologi membran. Dengan demikian, RBC menjadi salah satu alternatif teknologi yang akan makin banyak diterapkan, terutama untuk populasi kecil seperti hotel, apartemen, rumah sakit, pabrik, kantor, kampus, dll., sekaligus mendukung konsep desentralisasi dalam pengolahan air limbah atau semacam ”on-site system”, bukan sistem perpipaan (sewerage). *<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB III<br />
PENUTUP<br />
A.Kesimpulan<br />
RBC atau rotating biological contactor ialah suatu proses pengolahan limbah cair dengan menggunakan metode dimana unit pengolah air limbah ini berotasi dengan pusat pada sumbu atau as yang digerakkan oleh motor drive system dan/atau tiupan udara (air drive system) dari difusser yang dibenam dalam air limbah, di bawah media. Berbahan plastik, media tempat pelekatan mikroba dipasang sedemikian rupa sehingga terjadi kontak yang seluas-luasnya dengan air limbah dan oksigen yang terjadi silih berganti.<br />
Dimana metodenya melibatkan kontak dengan unsure-unsur biologi di dalam perputaran ataupun rotasi.<br />
Adapun kelebihan dari proses rotating biological contactor ini ialah ;<br />
• karena waktu kontaknya lebih lama, bisa mencapai 8-10 jam, <br />
• kebutuhan lahannya relatif sempit, <br />
• permukaan kontaknya relatif luas, <br />
Sedangkan kekurangannya yaitu ;<br />
• Masalah utama RBC adalah kerusakan pada materialnya seperti as, coupling, bearing, rantai, gear box, motor listrik, dll. <br />
• Biaya kapital dan pemasangan RBC bisa lebih mahal daripada activated sludge per debit per kualitas air limbah yang setara. Secara bioproses, kalau oksigen terlarutnya rendah dan ada sulfida di dalam air limbahnya maka bakteri pengganggu seperti Beggiatoa akan tumbuh di media RBC. <br />
<br />
B. Saran<br />
• Dalam penggunaan metode ini sebaiknya jika alat sudah terlalu tua sebaiknya diperiksa secara berkala<br />
• Dalam pengelolaan limbah cair sebaiknya di pilah dan diutamakan sampah-sampah organic sehingga dapatkan hasil yg maksimal<br />
• Jika menggunakan proses ini sebaiknya dilakukan pengecekan tiap minggu untuk menghindari adanya kerusakan tehnis.<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
• http://gedehace.blogspot.com/2010/03/rotating-biological-contactor.html<br />
<br />
<br />
<b></b>Debhy blog'shttp://www.blogger.com/profile/10133196045600410778noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8197294170235316985.post-5452446118061546562010-10-27T19:44:00.000-07:002010-11-02T02:17:40.774-07:00morfologi & jenis lalat rumahLALAT RUMAH (Musca domestica)<br />
<br />
Hidupnya, sangat erat berhubungan dengan kehidupan manusia<br />
Serangga ini mendapatkan makan dari makanan manusia dan sampah,<br />
Dimana mereka mendapatkan berbagai macam patogen dan menularkan.<br />
<br />
Disamping lalat rumah (Musca domestica),<br />
Beberapa spesies lalat juga beradaptasi terhadap tempat kehidupan manusia,<br />
Dan menimbulkan masalah seperti:<br />
<br />
Lalat menggigit:<br />
Tabanus rubidus, Tabanus striatus (Lalat Pitak/lalat kerbau)<br />
Chrysops discalis (Lalat Tegapati) (vektor peny. sura pada ternak)<br />
<br />
Lalat tidak menggigit<br />
Lalat hijau (fam. : Calliphoridae): Chryzomya bezziana<br />
Lalat blirik: (fam: Sarcophagidae): Sarcophaga sp. <br />
Penyebab myiasis pada ternak dan manusia.<br />
<br />
Di daerah beriklim panas, <br />
Lalat rumah (Musca domestica) hidup berdampingan dengan <br />
beberapa spesies lalat yg hidup di sampah Musca sorbens <br />
Perlu diperhatikan karena menularkan peny. infeksi mata.<br />
<br />
<br />
BIOLOGI<br />
<br />
Daur hidup : Tda. 4 stadium : telur, larva (belatung), pupa dan dewasa.<br />
Tergantung pada temperatur: <br />
Lama pertumbuhan (telur-dewasa) 6-42 hari.<br />
Longevity ( lama kehidupan lalat) 2-3 minggu, <br />
Pada kondisi dingin hidup sampai 3 bulan.<br />
<br />
Telur lalat rumah: <br />
Diletakkan pada material organik (pupuk dan sampah).<br />
Telur menetas dalam beberapa jam.<br />
Larva muda membuat liang & masuk ke dalam material tempat perindukan.<br />
Larva lalat harus mendapat oksigen dari udara <br />
Dapat hidup jika cukup tersedia udara segar.<br />
<br />
<br />
Apabila media tempat perindukan terlalu basah,<br />
Larva lalat hanya dapat hidup pada permukaan material saja.<br />
<br />
Pada material yg lebih kering, <br />
Larva akan penetrasi masuk ke dalam material, beberapa sentimeter.<br />
<br />
Larva beberapa spesies langsing dan putih, <br />
(Sebagai belatung tidak berkaki), berkembang cepat, melalui 3 stadium.<br />
Waktu perkembangan sangat bervariasi (3 hari sampai beberapa minggu), <br />
Tergantung spesies, temperatur, macam dan jumlah makanan tersedia. <br />
<br />
Setelah stadium makan sempurna, <br />
Larva migrasi ke tempat yang lebih kering, <br />
Membuat lubang di tanah atau bersembunyi di bawah objek (perlindungan). <br />
<br />
Mereka membentuk suatu selubung seperti kapsul yang disebut puparium, <br />
(akan terjadi transformasi dari larva ke tingkat dewasa). <br />
Stadium ini berlangsung 2 – 10 hari. <br />
Akhir std.ini, lalat mendesak bagian atas selubung shg. terbuka & (terbang).<br />
<br />
Beberapa saat setelah muncul, mengembangkan sayapnya,<br />
Tubuhnya akan menjadi kering dan keras.<br />
<br />
Lalat dewasa berwarna abu-abu (panjang ± 6 mm),<br />
Ada 4 garis gelap (longitudinal) pada bagian dorsal torak/dada. <br />
<br />
Kehidupan alami, lalat betina jarang bertelur sampai 5 kali,<br />
Jumlah telur 120 – 130 setiap kali bertelur. <br />
<br />
MAKANAN<br />
Pada kondisi alami makanan lalat sangat bervariasi. <br />
Lalat makan segala macam makanan dan ekskresi manusia, sampah, <br />
termasuk gula & kotoran binatang. <br />
<br />
Karena struktur mulut (menjilat dan menghisap),<br />
Makanan harus berbentuk cair atau mudah terlarut oleh air liur. <br />
Makanan cair akan dihisap, (padat di basahi air liur, setelah larut diminum). <br />
<br />
<br />
<br />
AIR <br />
Sangat penting bagi kehidupan lalat (diet/makanan utama). <br />
Lalat tidak mungkin hidup lebih dari 48 jam tanpa air. <br />
Sebagai sumber makanan lain adalah susu, gula, sirup, darah, daging, <br />
Juga beberapa material lain yang ditemukan di sekeliling manusia. <br />
Lalat perlu makan 2 – 3 kali sehari. <br />
<br />
TEMPAT PERINDUKAN<br />
Lalat betina meletakkan telur pada bahan membusuk, <br />
material organik yang terfermentasi <br />
juga binatang atau tumbuh-tumbuhan sehat. <br />
Tidak seperti lalat hijau atau lalat blirik, <br />
(Lalat rumah jarang ditemukan di bangkai). <br />
<br />
Kotoran ternak<br />
Tempat penimbunan kotoran ternak, <br />
Merupakan tempat perindukan (TP) sangat bagus bagi lalat rumah. <br />
Kesesuaian kotoran ternak sbg TP lalat rumah adalah:<br />
kelembaban (tidak terlalu basah), permukaan material tidak terlalu keras, kesegaran faeses (umumnya 1 minggu setelah dikeluarkan).<br />
<br />
Sampah dan buangan dari proses makanan. <br />
Sampah akan memberikan suatu medium utama bagi kehidupan. <br />
Termasuk buangan (dapur rumah tangga, rumah makan) <br />
termasuk penyimpanan & penjualan makanan, buah dan sayur di pasar. <br />
<br />
Material organik<br />
Di alam di mana ditemukan banyak pembusukan material organik <br />
(kotoran ternak, sampah, kotoran manusia, makanan dari ikan)<br />
menyediakan tempat perindukan yang sangat cocok bagi lalat. <br />
<br />
Saluran pembuangan<br />
Saluran-saluran pembuangan rumah tangga serta buangan material organik yang padat juga merupakan tempat perindukan bagi lalat. <br />
Material buangan tanaman<br />
Pembusukan potongan rumput, kompos dan timbunan sayuran membusuk<br />
merupakan tempat perindukan yang bagus bagi lalat.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
EKOLOGI LALAT DEWASA<br />
Ekologi lalat, menjelaskan kebiasaan sebagai pembawa kuman penyakit <br />
Serta memberikan kesempatan untuk perencanaan pengendaliannya. <br />
Lalat dewasa aktif pada siang hari (makan dan kawin). <br />
Malam hari lalat akan istirahat, (ada yang beradaptasi pada cahaya lampu).<br />
<br />
<br />
Tempat istirahat<br />
Pada siang hari (apabila tidak aktif makan) lalat istirahat di lantai, <br />
dinding, atap, dan permukaan interior lain.<br />
Di luar rumah, istirahat di tanah, pagar, dinding, tangga, <br />
sampah kaleng, jemuran pakaian, rumput dan vegetasi. <br />
<br />
Pada malam hari, lalat umumnya tidak aktif.<br />
Sebagai tempat istirahat: atap & bbrp bangunan yang terdapat di atas. <br />
<br />
Apabila temperatur pada waktu malam cukup tinggi,<br />
lalat istirahat di luar rumah: pada pagar, kawat jemuran, kabel listrik, rumput, vegetasi dan tanaman (hampir sama pada siang hari).<br />
Tempat perlindungan dari angin, umumnya istirahat di atas tanah,<br />
tetapi sangat jarang di atas 5 meter. <br />
<br />
Fluktuasi kepadatan lalat<br />
Kepadatan lalat di suatu daerah, sangat dipengaruhi oleh: <br />
tempat perindukan, cahaya matahari, temperatur dan kelembaban. Kepadatan lalat akan tinggi jika temperatur antara 20-25 C. <br />
Populasi menurun apabila temperatur > 45 dan < 10oC.
Pada temperatur yang sangat rendah,
lalat tetap hidup dalam kondisi dorman pada stadium dewasa atau pupa..
Kebiasaan & distribusi lalat
Siang hari lalat akan berada di sekitar tempat makan
& tempat perindukan di mana juga terjadi perkawinan & istirahat. Penyebaran dipengaruhi oleh reaksinya terhadap cahaya, temperatur, kelembaban, textur dan warna permukaan yang disenangi untuk istirahat.
Aktivitas lalat: bertelur, berkawin, makan dan terbang,
terhenti pada temperature di bawah 15 oC.
Lalat umumnya aktif pada kelembaban udara yang rendah.
Pada temperatur di atas 20 oC lalat akan berada di luar rumah,
di tempat yang ternaung dekat dengan udara bebas.
Pada waktu tidak makan lalat akan istirahat pada permukaan horisontal
atau pada kabel yang membentang atau tempat-tempat yang vertikal dan pada atap di dalam rumah khususnya malam hari.
Penelitian lebih teliti tentang tempat perindukan sangat diperlukan untuk pengendalian lalat.
KEPENTINGAN LALAT BAGI KESEHATAN MASYARAKAT
PENGGANGU.
Lalat kepadatan tinggi sbg penggangu orang sedang bekerja & istirahat. Lalat dapat memberikan efek phsikologis negatif,
Karena keberadaannnya sebagai tanda kondisi yang kurang sehat.
PENYAKIT
Lalat dapat meyebarkan penyakit karena mereka makan sangat bebas,
makanan manusia dan sisa makanan yang dibuang.
Lalat akan mengambil patogen pada waktu merayap dan makan,
Patogen terikut pada permukaan luar tubuh lalat (tetap hidup bbrp jam).
Sebagian akan tertelan dalam makanan dan mungkin tetap hidup
(dalam saluran pencernaan atau perut untuk beberapa hari).
Penularan terjadi karena kontak lalat dg manusia atau makanannya. Beberapa penyakit ditularkan melalui kontaminasi makanan, air, udara tangan dan kontak antara orang dengan orang.
Beberapa penyakit dapat ditularkan lalat, melalui saluran pencernaan
seperti : desentri, diare, tipes, kolera, dan infeksi tertentu seperti: mata, trakoma, konjungtivitis, polio dan infeksi kulit (jamur dan lepra).
PENGENDALIAN LALAT
Pengendalian lalat dapat dilakukan dengan insektisida,
atau secara fisik dengan menggunakan trap & trap perekat.
Pengendalian dengan perbaikan sanitasi lingkungan dan higiene,
Lebih efektif dan keuntungan lebih lama.
Peningkatan sanitasi lingkungan dan higiene dapat dilakukan :
• Pengurangan atau eliminasi tempat perindukan lalat
• Reduksi atau pengurangan sumber-sumber yang menarik lalat
• Perlindungan terjadinya kontak antara lalat dengan patogen.
• Proteksi makanan, dan manusia dari kotak dengan lalat.
Pengurangan atau eliminasi tempat perindukan
Kandang ternak: dibuat lantai padat (semen) dengan saluran yang baik,
Kotoran harus dibersihkan dan lantai harus diglontor air setiap hari.
Kandang ayam dan burung
Burung dipelihara di sangkar kotoran akan terakumulasi di bawahnya.
Kotoran unggas harus segera dibuang & lantai harus sering diglontor air.
Pipa air PAM yang bocor harus segera diperbaiki,
Pembusukan kotoran ternak
Kotoran harus diletakkan menggunung untuk mengurangi luas permukaan dan daerah-daerah dimana temperatur sangat cocok bagi kehidupan lalat.
Sebaiknya ditutupi dengan plastik atau material anti lalat.
Ini akan menjaga lalat tidak bertelur dan larva serta pupa akan mati,
karena temperatur yang terbentuk akibat proses pembusukan cukup panas sehingga lalat tidak bisa muncul.
Ini akan lebih berjaya bila kotoran tersebut diletakkan pada permukaan yang keras/semen dan dikelilingi oleh selokan untuk melindungi agar larva dan pupa tidak bermigrasi ke tanah sekelilingnya.
Pada iklim panas kotoran ternak mungkin akan berserakan di tanah dan mengering sebelum lalat dapat memanfaatkannnya untuk perkembangan.
Faeses manusia
Buang kotorasn besar di lapangan (tidak di toilet),
akan menyediakan tempat perindukan bagi lalat (Musca sorbens).
Kondisi ini adalah masalah utama di mana banyak orang berkumpul,
seperti pengungsi, tinggal bersama di kamp.
Instalansi toilet harus mendapat perhatian yang utama.
Apabila fasilitas tersebut tidak ada,
orang dapat diminta buang air besar di tempat yang spesial,
minimal 500 meter (jarak dari rumah paling dekat) & 30 meter dari air.
Ini akan mengurangi populasi lalat di kamp tersebut,
juga akan mempermudah pada waktu memindahkan faeses.
Menutup faeses dengan lapisan tanah tipis,
menambah tempat perindukan,
karena faeses akan mengering lebih lambat.
Sampah dan buangan material organik
Tempat perindukan ini dapat di-eliminir,
dengan menyediakan tempat pengumpulan khusus
(dibungkus plastik, ditutup rapat), disimpan, dibawa dan dibuang.
Apabila sistem pengumpulan tidak ada,
sampah dapat dibuang ke lubang galian di tanah.
Paling tidak sekali seminggu,
sampah di dalam lubang harus ditimbun dengan tanah sehat.
PENGENDALIAN LALAT DI HABITAT ASLINYA
(DI LUAR RUMAH)
Beberapa treatment telah digunakan untuk pengendalian lalat (sementara).
Contoh:
• Pada tempat pembuangan sampah
(dimana penimbunan dgn tanah tidak memungkinkan),
• Di tempat-tempat rekreasi,
• Di pasar,
• Di lokasi Industri makanan,
• Pengendalian lalat di kota dan kota-kota besar
(khususnya pada waktu keadaan darurat)
Metode ini (hanya mempunyai efek sementara sifatnya),
Hanya membunuh lalat-lalat yg terkena insektisida (di luar rumah).
Lalat istirahat di dalam rumah & kandang (mungkin tetap hidup).
Lalat yg muncul dari tempat perindukan (juga tidak terbunuh).
Penyemprotan insektisida dapat dilakukan pada puncak kepadatan lalat.
o Pada pagi hari.
o Penyemprotan dilakukan setiap hari (selama 2 minggu),
o Dapat menurunkan kepadatan populasi lalat ke tingkat yg ditolerir.
Keuntungan :
Kepadatan lalat menurun dengan cepat.
Kerugian:
Biaya tinggi (perlu ulangan & harga insektisida mahal).
Metode ini kurang berjaya apabila tempat perindukan larva banyak
Efektivitas tergantung putaran udara/angin selama penyemprotan.
Penyemprotan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
Fogging (Swing-fog)
Pengkabutan yaitu penyemprotan Ultra-Low-Volume (ULV).
Penyemprotan dilakukan menggunakan mesin dg kemampuan cukup kuat.
Mistblower
• Cara penyemprotan paling tepat,
• Karena kurang ketergantungan terhadap putaran udara/angin,
• Penyebaran insektisida cukup merata.
Insektisida yang digunakan dan dosis (Tabel 6.3).
Penyemprotan langsung (terhadap kelompok lalat)
Kerumunan lalat (di sampah) dpt disemprot menggunakan spraycan,
Cairan insektisida akan membunuh lalat yg terkena insektisida langsung,
dan meninggalkan efek residu beracun yang akan membunuh serangga merayap, pada permukaan sampah yang disemprot (untuk beberapa hari).
Penyemprotan ini juga dapat mematikan larva lalat.
Senyawa organofosfat dapat digunakan untuk penyemprotan:
(dengan pelarut minyak tanah atau air, pada konsentrasi 1-2%).
Penyemprotan tempat perindukan menggunakan larvasida.
Bahan kimia, dapat digunakan untuk membunuh larva lalat,
Penyemprotan dpt dilakukan pada sampah,
dan tempat pembuangan kotoran binatang di peternakan.
Keuntungan:
Pengendalian pada stadium ini, akan menyelesaikan dasar permasalahan.
Kelemahan:
Kotoran ternak terus bertambah, terakumulasi dan berubah.
Penyemprotan larvasida harus dilakukan beberapa kali,
supaya terjadi penetrasi dan distribusi yang baik.
Masalah lain:
Larvasida membunuh musuh lalat, seperti: Kumbang, tungau dll.
Penggunaan larvasida dapat mempercepat terjadinya resistensi.
Maka pemilihan senyawa kimia (insektisida) harus hati-hati:
Larvasida harus efektif, tidak resisten, dosis direkomendasikan
Senyawa Organofosfat:
o Dichlorvos dan diazinon (0.3-1.0 g/m2)
o Trichlorfon, dimethoate, fenchlorvos, bromophos,
fenitrothion, fenthion (1-2 g/m2)
Insect Growth Regulators (IGRs)
o Diflubenzuron, cyromazine dan triflumuron (0.5-1.0 g/m2)
o Pyriproxyfen (0.1 g/m2)
Kelompok ini dapat menahan perkembangan larva lalat selama 3 minggu.
Penyemprotan larvasida digunakan sprayer,
Menggunakan panci dengan pancaran (gembor??),
Insektisida di aplikasikan (sebagai larutan).
Vol. air harus cukup untuk membasahi 10-15 cm permukaan sampah
(0.5-5 liter/m2).
<b></b>Debhy blog'shttp://www.blogger.com/profile/10133196045600410778noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8197294170235316985.post-78999849202342395332010-10-27T19:42:00.000-07:002010-11-02T02:17:40.774-07:00siklus nitrogenSiklus Nitrogen<br />
A. Sumbernya<br />
Gas nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 80% dari udara. Nitrogen bebas dapat ditambat/difiksasi terutama oleh tumbuhan yang berbintil akar (misalnya jenis polongan) dan beberapa jenis ganggang. Nitrogen bebas juga dapat bereaksi dengan hidrogen atau oksigen dengan bantuan kilat/ petir.<br />
B. Proses Reaksinya<br />
Nitrogen yang diikat biasanya dalam bentuk amonia. Amonia diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati oleh bakteri. Amonia ini akan dinitrifikasi oleh bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga menghasilkan nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan. Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan, nitrat diubah menjadi amonia kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke udara. Dengan cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem<br />
<br />
C. Hasil yang terjadi <br />
Hasil yang terjadi pada siklus atau proses ini adalah Denintrifikasi yang diperoleh dari proses dekomposisi dan amonifikasi.<br />
<br />
D. Hasil akan membentuk<br />
Pada siklus ini ia kan membentuk nitrogen dimana dihasilkan dari proses nitrat diubah menjadi amonia kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke udara<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Siklus Fosfor<br />
A. Sumbernya<br />
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah).<br />
<br />
B. Proses Reaksinya<br />
Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus menerus <br />
<br />
C. Hasil yang terjadi<br />
hasil yang terjadi pada proses ini ialah adanya barang barang tambang yang dihasilkan dari proses pengikisan aliran air atau pengendapan.<br />
<br />
<br />
D. Hasil akan membentuk<br />
Hasil dari proses ini akan membentuk suatu bahan yang akan membentuk zat-zat yang bersifat barang tambang yang nantinya akan digunakan lagi untuk menghasilkan zat yang sama.<br />
<br />
Siklus Karbon dan oksigen<br />
<br />
A. sumbernya<br />
Di atmosfer terdapat kandungan COZ sebanyak 0.03%. Sumber-sumber COZ di udara berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik, pembakaran batubara, dan asap pabrik.<br />
<br />
B.Proses Reaksinya<br />
Karbon dioksida di udara dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk berfotosintesis dan menghasilkan oksigen yang nantinya akan digunakan oleh manusia dan hewan untuk berespirasi. <br />
Hewan dan tumbuhan yang mati, dalam waktu yang lama akan membentuk batubara di dalam tanah. Batubara akan dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga menambah kadar C02 di udara.<br />
Di ekosistem air, pertukaran C02 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung. Karbon dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi ion bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain. Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, COz yang mereka keluarkan menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah C02 di air.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
C. Hasil yang terjadi<br />
Dari proses ini akan menghasilkan udara yang bersih lagi atau oksigen yang akan digunakan sebagai fotosintesis dalam tumbuhan<br />
<br />
D. Hasil Akan membentuk<br />
Dari proses ini akan membentuk oksigen atau (o2) yang antinya akan digunakan sebagai fotosintesis oleh tumbuhan.<br />
<b></b>Debhy blog'shttp://www.blogger.com/profile/10133196045600410778noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8197294170235316985.post-17003163492543206852010-10-27T03:46:00.003-07:002010-11-10T01:48:06.315-08:00KESEHATANFlu Burung<br />
PENGERTIAN<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjt8KPr9jtZ4CB8Gnbx4YCKHMM3gBcOfQGZsn42HAno1E6jbJYX74G8zy37foY0T0S-D3J34buHTibRkLS3qubuh8UzPbDozeHLJBm0k9dVkngiNmA91Z36C9K8fPVTYqMJgrMnHuR-Kr4/s1600/20091022h5n1.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="209" width="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjt8KPr9jtZ4CB8Gnbx4YCKHMM3gBcOfQGZsn42HAno1E6jbJYX74G8zy37foY0T0S-D3J34buHTibRkLS3qubuh8UzPbDozeHLJBm0k9dVkngiNmA91Z36C9K8fPVTYqMJgrMnHuR-Kr4/s320/20091022h5n1.jpg"</img></a></div><br />
Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang burung/unggas/ayam . Salah satu tipe yang perlu diwaspadai adalah yang disebabkan oleh virus influenza dengan kode genetik H5N1 (H=Haemagglutinin, N=Neuramidase) yang selain dapat menular dari burung ke burung ternyata dapat pula menular dari burung ke manusia. <br />
PENYEBAB<br />
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A . Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Berdasarkan sub tipenya terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N) . Kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya.<br />
Pada manusia: hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang: H1-H5 dan N1-N98. <br />
Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. <br />
Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 °C dan lebih dari 30 hari pada 0 °C. Virus akan mati pada pemanasan 60 °C selama 30 menit atau 56 °C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodin.<br />
GEJALA<br />
Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia. <br />
a. Gejala pada unggas:<br />
- Jengger berwarna biru<br />
- Borok di kaki <br />
- Kematian mendadak <br />
b. Gejala pada manusia:<br />
- Demam (suhu badan diatas 38 °C) <br />
- lemas <br />
- Pendarahan hidung dan gusi <br />
- sesak nafas <br />
- muntah dan nyeri perut serta diare <br />
- Batuk dan nyeri tenggorokan <br />
- Radang saluran pernapasan atas <br />
- Pneumonia <br />
- Infeksi mata <br />
- Nyeri otot <br />
<br />
MASA INKUBASI <br />
Pada Unggas : 1 minggu <br />
Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari<br />
<br />
DEFINISI KASUS<br />
1. Kasus Suspek<br />
Kasus suspek adalah seseorang yang menderita ISPA dengan gejala demam (temp > 38°C), batuk dan atau sakit tenggorokan dan atau ber-ingus serta dengan salah satu keadaan;<br />
• seminggu terakhir mengunjungi petemakan yang sedang berjangkit klb flu burung.<br />
• kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dalam masa penularan.<br />
• bekerja pada suatu laboratorium yang sedang memproses spesimen manusia atau binatang yang dicurigai menderita flu burung<br />
2. Kasus "Probable"<br />
Kasus "probale" adalah kasus suspek disertai salah satu keadaan;<br />
• Bukti laboratorium terbatas yang mengarah kepada virus influenza A (H5N1), misal : Test HI yang menggunakan antigen H5N1.<br />
• Dalam waktu singkat berlanjut menjadi pneumonia gagal pernafasan/ meninggal.<br />
• Terbukti tidak terdapat penyebab lain.<br />
3. Kasus Kompermasi<br />
Kasus kompermasi adalah kasus suspek atau "probale" didukung oleh salah satu hasil pemeriksaan laboratorium;<br />
• Kultur virus influenza H5N1 positip.<br />
• PCR influenza (H5) positip.<br />
• Peningkatan titer antibody H5 sebesar 4 kali<br />
<br />
PENULARAN<br />
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas kemanusia, melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini juga dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam, pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya. <br />
Unggas yang sakit oleh Influenza A atau virus H5N1 dapat mengeluarkan virus dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus itu dapat bertahan hidup di air sampai empat hari pada suhu 22 derajad celcius dan lebih dari 30 hari pada nol derajad celcius. Di dalam kotoran dan tubuh unggas yang sakit, virus dapat bertahan lebih lama. Virus ini mati pada pemanasan 56 derajat Celcius dalam 3 jam atau 60 derajad celcius selama 30 menit. Bahan disinfektan fomalin dan iodine dapat membunuh virus menakutrkan ini.<br />
Virus flu burung hidup di dalam saluran pencernaan unggas. Burung yang terinfeksi virus akan mengeluarkan virus ini melalui saliva (air liur), cairan hidung, dan kotoran. Avian Virus influenza avian dapat ditularkan terhadap manusia dengan 2 jalan. Pertama kontaminasi langsung dari lingkungan burung terinfeksi yang mengandung virus kepada manusia. Cara lain adalah lewat perantara binatang babi. Penularan diduga terjadi dari kotoran secara oral atau melalui saluran pernapasan. <br />
<br />
<br />
<br />
Penyebaran flu burung di berbagai belahan dunia antara lain: <br />
1. Ayam dan manusia di Hongkong. Selama wabah tersebut Pada tahun 1997 Avian Influenza A (H5N1) telah menginfeksi berlangsung 18 orang telah dirawat di rumah sakit dan 6 diantaranya meninggal dunia. Untuk mencegah penyebaran tersebut pemerintah setempat memusnahkan 1,5 juta ayam yang terinfeksi flu burung. Pada tahun 1999, di Hongkong dilaporkan adanya kasus Avian Influenza A (H9N2) pada 2 orang anak tanpa menimbulkan kematian. Pada tahun 2003, di Hongkong ditemukan lagi dua kasus Avian Influenza A (H5N1) dan satu orang meninggal.<br />
2. Pada tahun 2003, di Belanda ditemukan 80 kasus Avian Influenza A (H7N7) dan satu diantaranya meninggal. <br />
3. Pada tahun 2004 terjadi lagi 25 kasus Avian Influenza A (H5N1) di Vietnam (19) dan Thailand (6) yang menyebabkan 19 orang meninggal (5 di Thailand, 14 di Vietnam) <br />
<br />
PENCEGAHAN <br />
<br />
Pada Unggas: <br />
Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung Vaksinasi pada unggas yang sehat <br />
Pada Manusia: <br />
Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang): <br />
- Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja. <br />
- Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.<br />
- Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).<br />
- Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja. <br />
- Membersihkan kotoran unggas setiap hari. <br />
- Imunisasi. <br />
Masyarakat umum: <br />
- Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.<br />
- Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu : Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya) <br />
- Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800 °C selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu ± 640 °C selama 4,5 menit. <br />
- Basuh tangan sesering mungkin, penjamah sebaiknya juga melakukan disinfeksi tangan (dapat dengan alcohol 70%, atau larutan pemutih/khlorin 0,5%untuk alat2/instrumen) <br />
- Lakukan pengamatan pasif terhadap kesehatan mereka yang terpajan dan keluarganya. Perhatikan keluhan-keluhan seperti Flu, radang mata, keluhan pernafasan.<br />
<br />
PENGOBATAN <br />
Pengobatan bagi penderita flu burung adalah: <br />
- Oksigenasi bila terdapat sesak napas. <br />
- Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus). <br />
- Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari. <br />
- Anti replikasi neuramidase (inhibitor): Tamiflu dan Zanamivir<br />
- Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari. <br />
<br />
KEBIJAKAN PEMERINTAH <br />
Dalam rangka mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh flu burung, pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa kebijakan, di antaranya adalah sebagai berikut : <br />
- Memberikan konpensasi bagi peternakan rakyat selama 6 bulan dari 29 Januari – 30 Juli 2004 berupa DOC dan Pakan. <br />
- Memusnahkan semua unggas yang terserang flu burung dengan cara dibakar.<br />
- Mengadakan vaksinasi bagi ayam atau ternak unggas yang masih sehat.<br />
- Melakukan tindakan biosekuriti (pengawasan secara ketat terhadap lalu-lintas unggas produk unggas dan limbah peternakan unggas) untuk daerah yang bebas flu burung.<br />
CATATAN PENTING <br />
Penyebab flu burung di Indonesia adalah virus influenza tipe A subtipe H5N1. <br />
PENTING YANG HARUS ANDA KETAHUI DARI FLU BURUNG DARI WHO Petunjuk bagi penduduk yang tinggal di daerah yang tertular flu burung Penyebaran flu burung di daerah yang tertular bisa dicegah:<br />
1. orang sebaiknya menghindari kontak dengan ayam, bebek dan unggas lainnya kecuali sangat perlu. Ini adalah cara terbaik untuk mencegah infeksi oleh flu burung.<br />
2. Anak anak memiliki resiko yang lebih tinggi karena mungkin mereka bermain di tempat di mana unggas berada. Ajarilah anak anak untuk mengikuti petunjuk berikut:<br />
o Hindari kontak dengan unggas jenis apapun, dengan bulu bulunya, kotoran maupun limbahnya.<br />
o Jangan memelihara unggas sebagai hewan kesayangan.<br />
o Cucilah tangan dengan air dan sabun setiap sesudah bersentuhan dengan unggas.<br />
o Jangan tidur di dekat tempat pemeliharaan unggas.<br />
<br />
3. Jangan memindahkan unggas baik yang hidup maupun yang mati dari satu tempat ke tempat lain, bahkan sekalipun anda kira unggas tersebut sehat.<br />
4. Menangani unggas di daerah tertular harus dilakukan ditempat, tanpa memindahkannya ke luar dari area tersebut.<br />
5. Jangan memasak unggas berasal dari daerah tertular untuk makanan keluarga maupun hewan peliharaan anda. Penyembelihan dan penanganan unggas tersebut untuk makanan adalah berbahaya.<br />
6. Apabila anda secara tidak sengaja kontak dengan unggas di daerah tertular, seperti misalnya menyentuh badan unggas, feses atau kotoran unggas yang lain, atau berjalan di atas tanah di mana ada kotoran unggasnya:<br />
o Cucilah tangan sampai bersih memakai air dan sabun sesudah setiap kontak.<br />
o Lepaskan sepatu di luar rumah dan dibersihkan.<br />
o Periksa suhu tubuh anda sekali setiap hari selama 7 hari. Apabila anda demam ( di atas 37.5 oC), periksakan diri anda ke dokter atau ke rumah sakit terdekat dengan segera. <br />
7. Penanganan yang benar terhadap unggas yang sakit, diduga karena flu burung atau unggas yang mati merupakan kontrol yang penting untuk mencegah penyebaran penyakit.<br />
8. Anak anak di jaga agar tidak mendekati unggas yang sakit atau mati.<br />
9. Apabila anda harus menangani unggas yang mati atau sakit, pakailah alat pelindung, seperti masker, goggle (pelindung mata), sepatu boot, sarung tangan.. <br />
Apabila peralatan tersebut tidak tersedia, gunakan kain/sapu tangan untuk menutup mulut dan hidung, pakailah kaca mata, gunakan tas plastik sebagai sarung tangan dan pembungkus sepatu dan mengikatnya pada pergelangan tangan dan kaki dengan karet. Pakailah baju overall yang bisa dicuci.<br />
10. Apabila anda baru pertama kali mendapati unggas yang sakit atau mati dan tidak yakin situasinya, segera beritahu petugas yang berwenang dan serahkan penangan unggas tersebut kepada ahlinya. Dekontaminasi kebun atau kandang ayam akan membantu menghambat penyebaran penyakit.<br />
11. Apabila mungkin, mintalah jasa petugas yang ahli untuk membantu dekontaminasi kebun atau kandang ayam.<br />
12. Apabila hal itu tidak mungkin, dan anda harus mengejakannya sendiri, pakailah perlengkapan untuk melindungi mata, kepala, tangan, kaki dan bagian bagian lain yg tidak tertutup pakaian.<br />
13. Unggas yang mati harus dikubur dengan aman <br />
14. Pembersihan yang efektif akan menghilangkan bulu bulu atau feses yang tertinggal di kandang.<br />
15. Virus flu bisa bertahan untuk sementara waktu di bahan bahan organic, jadi melalui pembersihan total dengan deterjen merupakan langkah yang amat penting. Semua bahan organic harus disingkirkan dari kandang ayam sedapat mungkin.<br />
16. Oleh karena area terbuka (pekarangan) yang digunakan untuk memelihara unggas sulit untuk di bersihkan ataupun didesinfeksi, unggas sebaiknya ditiadakan dari area tersebut selama paling sedikit 42 hari untuk membiarkan radiasi ultraviolet menghacurkan sisa sisa virus. Periode pengosongan ini perlu diperpanjang pada musim dingin (hujan).<br />
17. Penyemprotan desinfektan pada tumbuh tumbuhan di pekarangan/kebun maupun pada tanah hampir tidak ada gunanya, karena bahan kimia tersebut akan diinaktifkan oleh bahan organic. Pengupasan lapisan tanah biasanya tidak dianjurkan kecuali bila kontaminasi feses pada tanah tersebut sangat berat. Unggas yang mati dan feses/kotorannya harus dikubur. <br />
18. Sedapat mungkin, mintalah bantuan dari petugas peternakan setempat bagaimana cara mengubur bangkai unggas dengan aman.<br />
19. Pada waktu mengubur bangkai unggas dan fesesnya, usahakan untuk tidak menimbulkan debu. Semprotlah terlebih dahulu area penguburan dengan air untuk melembabkan. Kuburlah bangkai unggas dan fesesnya dengan kedalaman paling sedikit 1 meter.<br />
20. Setelah bangkai unggas telah dikubur dengan benar, bersihkan seluruh area dengan seksama menggunakan deterjen dan air. Virus flu relatif bisa dimatikan oleh berbagai jenis deterjen dan desinfektan.<br />
Pakaian pelindung yang terkontaminasi harus ditangani dengan benar atau dimusnahkan.<br />
21. Setelah area dibersihkan, lepaskan semua perlengkapan pelindung dan cucilah tangan dengan air dan sabun.<br />
22. Cucilah pakaian menggunakan air panas atau air sabun yang hangat. Jemurlah dibawah sinar matahari.<br />
23. Letakkan sarung tangan bekas pakai dan benda benda lain yg akan dimusnahkan ke dalam kantung plastik untuk dimusnahkan dengan aman.<br />
24. Bersihkan semua perlengkapan yang bisa dipakai kembali seperti misalnya sepatu boot dan kaca mata pelindung menggunakan air dan deterjen, tapi jangan lupa untuk mencuci tangan setelah memegang benda benda tersebut.<br />
25. Benda benda yang tidak dapat dibersihkan dengan baik harus dimusnahkan.<br />
26. Bersihkan badan/ mandi dengan air dan sabun. Cucilah rambut juga.<br />
27. Hati hati untuk tidak menyentuh lagi pakaian atau benda yang terkontaminasi, atau mengotori lagi area yang telah dibersihkan.<br />
28. Yang paling penting, cucilah tangan setiap selesai menangani benda benda yang terkontaminasi.<br />
Alas kaki/sepatu juga harus didekontaminasi.<br />
29. Setelah berjalan di area yang mungkin terkontaminasi ( misalnya: peternakan, pasar, kebun tempat memelihara ayam), bersihkan sepatu sebaik mungkin menggunakan air dan sabun.<br />
30. Pada saat membersihkan sepatu, berhati hati agar tidak ada kotoran yang terpercik ke wajah atau ke baju. Pakailah kantong plastik untuk melindungi tangan, lindungi mata dengan kaca mata atau goggles, tutuplah hidung dan mulut dengan kain/ saputangan.<br />
31. Tinggalkan sepatu dan sepatu boot di luar rumah sampai kita merasa yakin sepatu tersebut sudah benar benar bersih. Orang orang yang menderita gejala flu/pilek sebaiknya lebih berhati hati.<br />
32. WHO percaya bahwa sangatlah penting untuk mencegah penyebaran flu manusia pada area yang terkena flu burung. Apabila flu manusia dan flu burung saling kontak, ada resiko terjadinya pertukaran materi genetis yang bisa menimbulkan terbentuknya jenis virus baru.<br />
33. Setiap orang yang sedang menderita flu/pilek haruslah berhati hati dengan kotoran dari hidung(ingus) dan mulutnya pada saat berada di sekitar orang lain, terutama anak anak, untuk mencegah penularan flu manusia.<br />
34. Tutuplah hidung dan mulut pada waktu batuk atau bersin. Gunakan tissue dan dibuang setelah sekali pakai. Ajarkan anak anak untuk melakukan hal ini juga.<br />
35. Selalu mencuci tangan dengan air dan sabun setiap sehabis menyentuh kotoran hidung atau mulut karena kotoran tersebut bisa mengandung virus.<br />
36. Anak anak cenderung untuk menyentuh wajah, mata dan mulut dengan tangan yang masih kotor. Ajarkan pada anak anak untuk mencuci tangan setelah batuk, bersih dan menyentuh benda benda yang kotor.<br />
37. Laporkan ke petugas kesehatan segera dan konsultasikan ke ahli kesehatan apabila anda menderita demam dan atau gejala seperti flu. Tindakan pencegahan bisa dilakukan apabila mengunjungi teman/saudara yang dirawat di rumah sakit<br />
38. Apabila anda mengunjungi pasien yang menderita flu burung, ikuti petunjuk dari petugas rumah sakit untuk mengenakan pakaian pelindung, termasuk masker, jas laboratorium, sarung tangan dan goggles (pelindung mata).<br />
39. Pakaian pelindung seperti itu dibutuhkan apabila anda akan kontak secara langsung dengan pasien atau lingkungan di mana pasien berada.<br />
40. Pastikan bahwa masker yang anda kenakan unkurannya pas buat anda. Apabila tidak, bicarakan dengan petugas rumah sakit.<br />
41. Pada waktu anda meninggalkan ruangan pasien, anda harus melepaskan semua pakaian pelindung tersebut dan mencuci tangan dengan air dan sabun.<br />
Di daerah tertular, di mana adanya flu burung telah dipastikan, jangan mengkonsumsi daging ayam yang berasal dari ayam yang sakit atau mati.<br />
42. Di daerah tertular, disarankan untuk tidak memanfaatkan ayam sakit atau mati untuk makanan orang maupun hewan. Walaupun nampak sehat, ayam yang berasal dari daerah tertular jangan dimanfaatkan untuk makanan. Di daerah sekitarnya ( yang berdekatan dengan daerah tertular) beberapa tindakan pencegahan perlu dilakukan.<br />
43. Secara umum, hanya unggas yang sehat yang boleh dimanfaatkan sebagai bahan makanan.<br />
44. Untuk memotong/mematikan unggas, gunakan cara cara agar anda maupun lingkungan di rumah anda tidak dicemari oleh darah, debu, feses maupun kotoran lain yang berasal dari unggas tersebut. Tanyakan ke petugas peternakan setempat mengenai prosedur pemotongan unggas yang benar.<br />
45. Untuk pencabutan bulu, gunakan cara yang benar agar tidak mengotori anda maupun lingkungan tempat tinggal anda. Cara terbaik adalah dengan merendam unggas tersebut di dalam air panas sebelum mencabuti bulunya.<br />
46. Untuk membersihkan isi perut dan usus unggas gunakan cara yang benar agar tidak mengotori lingkungan tempat tinggal anda.<br />
47. Jangan menyentuh benda benda lain maupun wajah anda (misalnya: mengusap mata) pada saat anda melakukan prosedur prosedur tersebut di atas, kecuali setelah anda mencuci tangan dengan air dan sabun. Lakukan semua tindakan pencegahan untuk memastikan bahwa unggas atau produk asal unggas diproses dengan benar dan aman untuk di konsumsi.<br />
48. Ayam diproses secara higienis dan di masak sampai matang, contohnya: sudah tidak ada lagi cairan berwarna kemerahan, ayam dianggap aman untuk di makan.<br />
Tetapi perlu diingat bahwa apabila ayam tersebut mengandung penyakit menular spt misalnya flu burung, orang yang memasak ayam tersebut mempunyai resiko tertular demikian juga lingkungan tempat ayam itu dipersiapkan untuk dimasak bisa tercemar oleh virus.<br />
49. Telur juga bisa membawa bibit penyakit, seperti misalnya virus flu burung di bagian dalam telur maupun di kulit luarnya. Telur mentah dan kulit telur harus ditangani dengan hati hati. Cucilah kulit telur dengan air sabun dan cucilah tangan setelahnya. Telur yang dimasak sampai matang (direbus selama 5 menit pada temperature 70oC) tidak akan menularkan virus flu burung apabila dimakan.<br />
50. Secara umum, semua makanan harus dimasak sampai matang, mencapai temperatur paling sedikit 70oC atau lebih di bagian dalam.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
SUMBER: <br />
<br />
1. PUSAT DATA DAN INFORMASI PERSI - 21 September 2005<br />
2. WHO : Avian Influenza-Fact Sheet 15 January 2004 <br />
3. LITBANG DEPKESDebhy blog'shttp://www.blogger.com/profile/10133196045600410778noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8197294170235316985.post-17580524265901004502010-10-27T03:46:00.001-07:002010-11-10T02:09:16.201-08:00makalah flu burungFlu Burung<br />
PENGERTIAN<br />
Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang burung/unggas/ayam . Salah satu tipe yang perlu diwaspadai adalah yang disebabkan oleh virus influenza dengan kode genetik H5N1 (H=Haemagglutinin, N=Neuramidase) yang selain dapat menular dari burung ke burung ternyata dapat pula menular dari burung ke manusia. <br />
PENYEBAB<br />
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A . Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Berdasarkan sub tipenya terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N) . Kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya.<br />
Pada manusia: hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang: H1-H5 dan N1-N98. <br />
Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. <br />
Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 °C dan lebih dari 30 hari pada 0 °C. Virus akan mati pada pemanasan 60 °C selama 30 menit atau 56 °C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodin.<br />
GEJALA<br />
Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia. <br />
a. Gejala pada unggas:<br />
- Jengger berwarna biru<br />
- Borok di kaki <br />
- Kematian mendadak <br />
b. Gejala pada manusia:<br />
- Demam (suhu badan diatas 38 °C) <br />
- lemas <br />
- Pendarahan hidung dan gusi <br />
- sesak nafas <br />
- muntah dan nyeri perut serta diare <br />
- Batuk dan nyeri tenggorokan <br />
- Radang saluran pernapasan atas <br />
- Pneumonia <br />
- Infeksi mata <br />
- Nyeri otot <br />
<br />
MASA INKUBASI <br />
Pada Unggas : 1 minggu <br />
Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari<br />
<br />
DEFINISI KASUS<br />
1. Kasus Suspek<br />
Kasus suspek adalah seseorang yang menderita ISPA dengan gejala demam (temp > 38°C), batuk dan atau sakit tenggorokan dan atau ber-ingus serta dengan salah satu keadaan;<br />
• seminggu terakhir mengunjungi petemakan yang sedang berjangkit klb flu burung.<br />
• kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dalam masa penularan.<br />
• bekerja pada suatu laboratorium yang sedang memproses spesimen manusia atau binatang yang dicurigai menderita flu burung<br />
2. Kasus "Probable"<br />
Kasus "probale" adalah kasus suspek disertai salah satu keadaan;<br />
• Bukti laboratorium terbatas yang mengarah kepada virus influenza A (H5N1), misal : Test HI yang menggunakan antigen H5N1.<br />
• Dalam waktu singkat berlanjut menjadi pneumonia gagal pernafasan/ meninggal.<br />
• Terbukti tidak terdapat penyebab lain.<br />
3. Kasus Kompermasi<br />
Kasus kompermasi adalah kasus suspek atau "probale" didukung oleh salah satu hasil pemeriksaan laboratorium;<br />
• Kultur virus influenza H5N1 positip.<br />
• PCR influenza (H5) positip.<br />
• Peningkatan titer antibody H5 sebesar 4 kali<br />
<br />
PENULARAN<br />
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas kemanusia, melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini juga dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam, pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya. <br />
Unggas yang sakit oleh Influenza A atau virus H5N1 dapat mengeluarkan virus dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus itu dapat bertahan hidup di air sampai empat hari pada suhu 22 derajad celcius dan lebih dari 30 hari pada nol derajad celcius. Di dalam kotoran dan tubuh unggas yang sakit, virus dapat bertahan lebih lama. Virus ini mati pada pemanasan 56 derajat Celcius dalam 3 jam atau 60 derajad celcius selama 30 menit. Bahan disinfektan fomalin dan iodine dapat membunuh virus menakutrkan ini.<br />
Virus flu burung hidup di dalam saluran pencernaan unggas. Burung yang terinfeksi virus akan mengeluarkan virus ini melalui saliva (air liur), cairan hidung, dan kotoran. Avian Virus influenza avian dapat ditularkan terhadap manusia dengan 2 jalan. Pertama kontaminasi langsung dari lingkungan burung terinfeksi yang mengandung virus kepada manusia. Cara lain adalah lewat perantara binatang babi. Penularan diduga terjadi dari kotoran secara oral atau melalui saluran pernapasan. <br />
<br />
<br />
<br />
Penyebaran flu burung di berbagai belahan dunia antara lain: <br />
1. Ayam dan manusia di Hongkong. Selama wabah tersebut Pada tahun 1997 Avian Influenza A (H5N1) telah menginfeksi berlangsung 18 orang telah dirawat di rumah sakit dan 6 diantaranya meninggal dunia. Untuk mencegah penyebaran tersebut pemerintah setempat memusnahkan 1,5 juta ayam yang terinfeksi flu burung. Pada tahun 1999, di Hongkong dilaporkan adanya kasus Avian Influenza A (H9N2) pada 2 orang anak tanpa menimbulkan kematian. Pada tahun 2003, di Hongkong ditemukan lagi dua kasus Avian Influenza A (H5N1) dan satu orang meninggal.<br />
2. Pada tahun 2003, di Belanda ditemukan 80 kasus Avian Influenza A (H7N7) dan satu diantaranya meninggal. <br />
3. Pada tahun 2004 terjadi lagi 25 kasus Avian Influenza A (H5N1) di Vietnam (19) dan Thailand (6) yang menyebabkan 19 orang meninggal (5 di Thailand, 14 di Vietnam) <br />
<br />
PENCEGAHAN <br />
<br />
Pada Unggas: <br />
Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung Vaksinasi pada unggas yang sehat <br />
Pada Manusia: <br />
Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang): <br />
- Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja. <br />
- Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.<br />
- Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).<br />
- Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja. <br />
- Membersihkan kotoran unggas setiap hari. <br />
- Imunisasi. <br />
Masyarakat umum: <br />
- Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.<br />
- Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu : Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya) <br />
- Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800 °C selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu ± 640 °C selama 4,5 menit. <br />
- Basuh tangan sesering mungkin, penjamah sebaiknya juga melakukan disinfeksi tangan (dapat dengan alcohol 70%, atau larutan pemutih/khlorin 0,5%untuk alat2/instrumen) <br />
- Lakukan pengamatan pasif terhadap kesehatan mereka yang terpajan dan keluarganya. Perhatikan keluhan-keluhan seperti Flu, radang mata, keluhan pernafasan.<br />
<br />
PENGOBATAN <br />
Pengobatan bagi penderita flu burung adalah: <br />
- Oksigenasi bila terdapat sesak napas. <br />
- Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus). <br />
- Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari. <br />
- Anti replikasi neuramidase (inhibitor): Tamiflu dan Zanamivir<br />
- Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari. <br />
<br />
KEBIJAKAN PEMERINTAH <br />
Dalam rangka mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh flu burung, pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa kebijakan, di antaranya adalah sebagai berikut : <br />
- Memberikan konpensasi bagi peternakan rakyat selama 6 bulan dari 29 Januari – 30 Juli 2004 berupa DOC dan Pakan. <br />
- Memusnahkan semua unggas yang terserang flu burung dengan cara dibakar.<br />
- Mengadakan vaksinasi bagi ayam atau ternak unggas yang masih sehat.<br />
- Melakukan tindakan biosekuriti (pengawasan secara ketat terhadap lalu-lintas unggas produk unggas dan limbah peternakan unggas) untuk daerah yang bebas flu burung.<br />
CATATAN PENTING <br />
Penyebab flu burung di Indonesia adalah virus influenza tipe A subtipe H5N1. <br />
PENTING YANG HARUS ANDA KETAHUI DARI FLU BURUNG DARI WHO Petunjuk bagi penduduk yang tinggal di daerah yang tertular flu burung Penyebaran flu burung di daerah yang tertular bisa dicegah:<br />
1. orang sebaiknya menghindari kontak dengan ayam, bebek dan unggas lainnya kecuali sangat perlu. Ini adalah cara terbaik untuk mencegah infeksi oleh flu burung.<br />
2. Anak anak memiliki resiko yang lebih tinggi karena mungkin mereka bermain di tempat di mana unggas berada. Ajarilah anak anak untuk mengikuti petunjuk berikut:<br />
o Hindari kontak dengan unggas jenis apapun, dengan bulu bulunya, kotoran maupun limbahnya.<br />
o Jangan memelihara unggas sebagai hewan kesayangan.<br />
o Cucilah tangan dengan air dan sabun setiap sesudah bersentuhan dengan unggas.<br />
o Jangan tidur di dekat tempat pemeliharaan unggas.<br />
<br />
3. Jangan memindahkan unggas baik yang hidup maupun yang mati dari satu tempat ke tempat lain, bahkan sekalipun anda kira unggas tersebut sehat.<br />
4. Menangani unggas di daerah tertular harus dilakukan ditempat, tanpa memindahkannya ke luar dari area tersebut.<br />
5. Jangan memasak unggas berasal dari daerah tertular untuk makanan keluarga maupun hewan peliharaan anda. Penyembelihan dan penanganan unggas tersebut untuk makanan adalah berbahaya.<br />
6. Apabila anda secara tidak sengaja kontak dengan unggas di daerah tertular, seperti misalnya menyentuh badan unggas, feses atau kotoran unggas yang lain, atau berjalan di atas tanah di mana ada kotoran unggasnya:<br />
o Cucilah tangan sampai bersih memakai air dan sabun sesudah setiap kontak.<br />
o Lepaskan sepatu di luar rumah dan dibersihkan.<br />
o Periksa suhu tubuh anda sekali setiap hari selama 7 hari. Apabila anda demam ( di atas 37.5 oC), periksakan diri anda ke dokter atau ke rumah sakit terdekat dengan segera. <br />
7. Penanganan yang benar terhadap unggas yang sakit, diduga karena flu burung atau unggas yang mati merupakan kontrol yang penting untuk mencegah penyebaran penyakit.<br />
8. Anak anak di jaga agar tidak mendekati unggas yang sakit atau mati.<br />
9. Apabila anda harus menangani unggas yang mati atau sakit, pakailah alat pelindung, seperti masker, goggle (pelindung mata), sepatu boot, sarung tangan.. <br />
Apabila peralatan tersebut tidak tersedia, gunakan kain/sapu tangan untuk menutup mulut dan hidung, pakailah kaca mata, gunakan tas plastik sebagai sarung tangan dan pembungkus sepatu dan mengikatnya pada pergelangan tangan dan kaki dengan karet. Pakailah baju overall yang bisa dicuci.<br />
10. Apabila anda baru pertama kali mendapati unggas yang sakit atau mati dan tidak yakin situasinya, segera beritahu petugas yang berwenang dan serahkan penangan unggas tersebut kepada ahlinya. Dekontaminasi kebun atau kandang ayam akan membantu menghambat penyebaran penyakit.<br />
11. Apabila mungkin, mintalah jasa petugas yang ahli untuk membantu dekontaminasi kebun atau kandang ayam.<br />
12. Apabila hal itu tidak mungkin, dan anda harus mengejakannya sendiri, pakailah perlengkapan untuk melindungi mata, kepala, tangan, kaki dan bagian bagian lain yg tidak tertutup pakaian.<br />
13. Unggas yang mati harus dikubur dengan aman <br />
14. Pembersihan yang efektif akan menghilangkan bulu bulu atau feses yang tertinggal di kandang.<br />
15. Virus flu bisa bertahan untuk sementara waktu di bahan bahan organic, jadi melalui pembersihan total dengan deterjen merupakan langkah yang amat penting. Semua bahan organic harus disingkirkan dari kandang ayam sedapat mungkin.<br />
16. Oleh karena area terbuka (pekarangan) yang digunakan untuk memelihara unggas sulit untuk di bersihkan ataupun didesinfeksi, unggas sebaiknya ditiadakan dari area tersebut selama paling sedikit 42 hari untuk membiarkan radiasi ultraviolet menghacurkan sisa sisa virus. Periode pengosongan ini perlu diperpanjang pada musim dingin (hujan).<br />
17. Penyemprotan desinfektan pada tumbuh tumbuhan di pekarangan/kebun maupun pada tanah hampir tidak ada gunanya, karena bahan kimia tersebut akan diinaktifkan oleh bahan organic. Pengupasan lapisan tanah biasanya tidak dianjurkan kecuali bila kontaminasi feses pada tanah tersebut sangat berat. Unggas yang mati dan feses/kotorannya harus dikubur. <br />
18. Sedapat mungkin, mintalah bantuan dari petugas peternakan setempat bagaimana cara mengubur bangkai unggas dengan aman.<br />
19. Pada waktu mengubur bangkai unggas dan fesesnya, usahakan untuk tidak menimbulkan debu. Semprotlah terlebih dahulu area penguburan dengan air untuk melembabkan. Kuburlah bangkai unggas dan fesesnya dengan kedalaman paling sedikit 1 meter.<br />
20. Setelah bangkai unggas telah dikubur dengan benar, bersihkan seluruh area dengan seksama menggunakan deterjen dan air. Virus flu relatif bisa dimatikan oleh berbagai jenis deterjen dan desinfektan.<br />
Pakaian pelindung yang terkontaminasi harus ditangani dengan benar atau dimusnahkan.<br />
21. Setelah area dibersihkan, lepaskan semua perlengkapan pelindung dan cucilah tangan dengan air dan sabun.<br />
22. Cucilah pakaian menggunakan air panas atau air sabun yang hangat. Jemurlah dibawah sinar matahari.<br />
23. Letakkan sarung tangan bekas pakai dan benda benda lain yg akan dimusnahkan ke dalam kantung plastik untuk dimusnahkan dengan aman.<br />
24. Bersihkan semua perlengkapan yang bisa dipakai kembali seperti misalnya sepatu boot dan kaca mata pelindung menggunakan air dan deterjen, tapi jangan lupa untuk mencuci tangan setelah memegang benda benda tersebut.<br />
25. Benda benda yang tidak dapat dibersihkan dengan baik harus dimusnahkan.<br />
26. Bersihkan badan/ mandi dengan air dan sabun. Cucilah rambut juga.<br />
27. Hati hati untuk tidak menyentuh lagi pakaian atau benda yang terkontaminasi, atau mengotori lagi area yang telah dibersihkan.<br />
28. Yang paling penting, cucilah tangan setiap selesai menangani benda benda yang terkontaminasi.<br />
Alas kaki/sepatu juga harus didekontaminasi.<br />
29. Setelah berjalan di area yang mungkin terkontaminasi ( misalnya: peternakan, pasar, kebun tempat memelihara ayam), bersihkan sepatu sebaik mungkin menggunakan air dan sabun.<br />
30. Pada saat membersihkan sepatu, berhati hati agar tidak ada kotoran yang terpercik ke wajah atau ke baju. Pakailah kantong plastik untuk melindungi tangan, lindungi mata dengan kaca mata atau goggles, tutuplah hidung dan mulut dengan kain/ saputangan.<br />
31. Tinggalkan sepatu dan sepatu boot di luar rumah sampai kita merasa yakin sepatu tersebut sudah benar benar bersih. Orang orang yang menderita gejala flu/pilek sebaiknya lebih berhati hati.<br />
32. WHO percaya bahwa sangatlah penting untuk mencegah penyebaran flu manusia pada area yang terkena flu burung. Apabila flu manusia dan flu burung saling kontak, ada resiko terjadinya pertukaran materi genetis yang bisa menimbulkan terbentuknya jenis virus baru.<br />
33. Setiap orang yang sedang menderita flu/pilek haruslah berhati hati dengan kotoran dari hidung(ingus) dan mulutnya pada saat berada di sekitar orang lain, terutama anak anak, untuk mencegah penularan flu manusia.<br />
34. Tutuplah hidung dan mulut pada waktu batuk atau bersin. Gunakan tissue dan dibuang setelah sekali pakai. Ajarkan anak anak untuk melakukan hal ini juga.<br />
35. Selalu mencuci tangan dengan air dan sabun setiap sehabis menyentuh kotoran hidung atau mulut karena kotoran tersebut bisa mengandung virus.<br />
36. Anak anak cenderung untuk menyentuh wajah, mata dan mulut dengan tangan yang masih kotor. Ajarkan pada anak anak untuk mencuci tangan setelah batuk, bersih dan menyentuh benda benda yang kotor.<br />
37. Laporkan ke petugas kesehatan segera dan konsultasikan ke ahli kesehatan apabila anda menderita demam dan atau gejala seperti flu. Tindakan pencegahan bisa dilakukan apabila mengunjungi teman/saudara yang dirawat di rumah sakit<br />
38. Apabila anda mengunjungi pasien yang menderita flu burung, ikuti petunjuk dari petugas rumah sakit untuk mengenakan pakaian pelindung, termasuk masker, jas laboratorium, sarung tangan dan goggles (pelindung mata).<br />
39. Pakaian pelindung seperti itu dibutuhkan apabila anda akan kontak secara langsung dengan pasien atau lingkungan di mana pasien berada.<br />
40. Pastikan bahwa masker yang anda kenakan unkurannya pas buat anda. Apabila tidak, bicarakan dengan petugas rumah sakit.<br />
41. Pada waktu anda meninggalkan ruangan pasien, anda harus melepaskan semua pakaian pelindung tersebut dan mencuci tangan dengan air dan sabun.<br />
Di daerah tertular, di mana adanya flu burung telah dipastikan, jangan mengkonsumsi daging ayam yang berasal dari ayam yang sakit atau mati.<br />
42. Di daerah tertular, disarankan untuk tidak memanfaatkan ayam sakit atau mati untuk makanan orang maupun hewan. Walaupun nampak sehat, ayam yang berasal dari daerah tertular jangan dimanfaatkan untuk makanan. Di daerah sekitarnya ( yang berdekatan dengan daerah tertular) beberapa tindakan pencegahan perlu dilakukan.<br />
43. Secara umum, hanya unggas yang sehat yang boleh dimanfaatkan sebagai bahan makanan.<br />
44. Untuk memotong/mematikan unggas, gunakan cara cara agar anda maupun lingkungan di rumah anda tidak dicemari oleh darah, debu, feses maupun kotoran lain yang berasal dari unggas tersebut. Tanyakan ke petugas peternakan setempat mengenai prosedur pemotongan unggas yang benar.<br />
45. Untuk pencabutan bulu, gunakan cara yang benar agar tidak mengotori anda maupun lingkungan tempat tinggal anda. Cara terbaik adalah dengan merendam unggas tersebut di dalam air panas sebelum mencabuti bulunya.<br />
46. Untuk membersihkan isi perut dan usus unggas gunakan cara yang benar agar tidak mengotori lingkungan tempat tinggal anda.<br />
47. Jangan menyentuh benda benda lain maupun wajah anda (misalnya: mengusap mata) pada saat anda melakukan prosedur prosedur tersebut di atas, kecuali setelah anda mencuci tangan dengan air dan sabun. Lakukan semua tindakan pencegahan untuk memastikan bahwa unggas atau produk asal unggas diproses dengan benar dan aman untuk di konsumsi.<br />
48. Ayam diproses secara higienis dan di masak sampai matang, contohnya: sudah tidak ada lagi cairan berwarna kemerahan, ayam dianggap aman untuk di makan.<br />
Tetapi perlu diingat bahwa apabila ayam tersebut mengandung penyakit menular spt misalnya flu burung, orang yang memasak ayam tersebut mempunyai resiko tertular demikian juga lingkungan tempat ayam itu dipersiapkan untuk dimasak bisa tercemar oleh virus.<br />
49. Telur juga bisa membawa bibit penyakit, seperti misalnya virus flu burung di bagian dalam telur maupun di kulit luarnya. Telur mentah dan kulit telur harus ditangani dengan hati hati. Cucilah kulit telur dengan air sabun dan cucilah tangan setelahnya. Telur yang dimasak sampai matang (direbus selama 5 menit pada temperature 70oC) tidak akan menularkan virus flu burung apabila dimakan.<br />
50. Secara umum, semua makanan harus dimasak sampai matang, mencapai temperatur paling sedikit 70oC atau lebih di bagian dalam.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
SUMBER: <br />
<br />
1. PUSAT DATA DAN INFORMASI PERSI - 21 September 2005<br />
2. WHO : Avian Influenza-Fact Sheet 15 January 2004 <br />
3. LITBANG DEPKESDebhy blog'shttp://www.blogger.com/profile/10133196045600410778noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8197294170235316985.post-3634990792904661852010-10-27T03:44:00.001-07:002010-11-10T01:33:37.697-08:00kumpulan sms lucu<b>kumpulan sms lucu paling bikin ngakak<br />
Rahasia<br />
Jngn bilang sapa2 yach….aku kasih tahu nich…ada monyet bisa baca SMS…ini skarang buktinya…hi..hi..msh gak percaya, baca lagi dech<br />
saran untuk diingat<br />
“Jika anda bercinta tidak mencapai puncak,saya sarankan agar anda jangan bercinta dihari libur sebab puncak macet!”<br />
saran untuk diingat<br />
“Jika anda bercinta tidak mencapai puncak,saya sarankan agar anda jangan bercinta dihari libur sebab puncak macet!”<br />
Patrick Star<br />
Setiap kali aku ingat kamu, aku semakin rindu padamu…Untuk melepaskan itu, aku harus memeluk boneka Patrick..<br />
PERGI KE SURGA<br />
Guru Sekolah Minggu tersenyum bertanya, “Siapa yang ingin pergi ke<br />
Surga, coba angkat tangan!” Semua mengangkat tangannya, kecuali seorang<br />
anak kecil. Guru bertanya, “Kamu tidak ingin pergi ke Surga?” Anak itu<br />
menjawab, “Tidak, bu Guru. Ibu menyuruh saya segera pulang ke rumah,<br />
tidak boleh pergi kemana-mana.”<br />
kuda pemalu<br />
T:Kuda apa yang malu2?<br />
J:Kudapatkan kamu sedang telanjang!!!<br />
cinta<br />
1st love tetap dikenang,<br />
cinta kilat tak bererti sesaat,<br />
cinta abadi selalu sejati,<br />
cinta monyet cepat usang,<br />
tinggal monyetnya aje yg masih baca SMS<br />
M.O.N.Y.E.T<br />
Gue seneng ama sifat2 elo, seperti Menyayangi, Optimis, Nekat, Yakin, Elastis, & Tekun. Jadi kalo disingkat, elo seperti M.O.N.Y.E.T<br />
Ingat Kamu<br />
Mau chatting inget kamu…..<br />
Mau mandi inget kamu……..<br />
Mau tidur inget kamu……….<br />
Mau minum inget kamu…….<br />
Lagi makan inget…..<br />
huuh emang gw pikirin, laper bro he….he…he..<br />
BUKAN ELO<br />
KATA TEMAN GW,LO ORANGNYA BAEK,LO PENGERTIAN,BIJAKSANA,TIDAK SOMBONG.RENDAH DIRI.LO JG CUANTIK,MANIS,SEXCI.POKOKNYA SMUA DECH….ITU KATA TEMAN GW KE GW BUKAN ELO.KACIN DECH LO….!!!!!<br />
Pendampingku…..<br />
Hai…<br />
Aku tau, kau mungkin<br />
benci padaku…<br />
Tapi, kau itu baik,<br />
perhatian dan<br />
penuh kasih sayang…<br />
Aku ingin<br />
bertanya sesuatu…<br />
Maukah kau<br />
Jadi pendampingku…..<br />
cingku???<br />
TeMpe PenYet MuraH<br />
Halo.. hola.. ao..<br />
mo ikut ak g? ak traktir neh..<br />
Ak traktir tempe penyet, muraaaah bgt, bisa-bisa gratis. Coz di penyet sama ketiak yg jualan.<br />
Tips usir Nyamuk<br />
Sebetulnya semua merk HP bisa digunakan sebagai obat nyamuk!, anda tidak percaya?<br />
Lakukan langkah berikut ini :<br />
1.Pegang HP anda dengan tangan<br />
2.Cari nyamuk yang hinggap di dinding<br />
3.Lemparkan HP dengan tepat ke arah nyamuk tersebut.<br />
Lihat nyamuknya pasti mati, percayakan sekarang.<br />
Remember me<br />
If u need love please remember me, if u need kiss please remember me, if u need money please forget me<br />
HUTANG<br />
Kalo kamu buka sms ini, berarti kamu HUTANG janji ketemu ma aku. kalo kamu baca sms ini, berarti kamu HUTANG pelukan ma aku. kalo kamu balas sms ini berarti kamu HUTANG ciuman ma aku. dan kalo kamu cuekin sms ini kamu HUTANG nyawa ma aku.”<br />
Filed under: SMS Lucu and <br />
<br />
<br />
Debhy blog'shttp://www.blogger.com/profile/10133196045600410778noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8197294170235316985.post-17621558359780009422010-10-27T03:41:00.003-07:002010-11-02T02:15:55.968-07:00hipertensi (tekanan darah tinggi)Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi)<br />
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi (Hypertension) adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.<br />
<br />
Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHG. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu beraktifitas atau berolahraga.<br />
<br />
Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan dan pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal ini dapat membawa si penderita kedalam kasus-kasus serius bahkan bisa menyebabkan kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja extra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata. Penyakit hypertensi ini merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan serangan jantung (Heart attack).<br />
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi dikenal dengan 2 type klasifikasi, diantaranya Hipertensi Primary dan Hipertensi Secondary :<br />
• Hipertensi PrimaryHipertensi Primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula sesorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
• Hipertensi SecondaryHipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya di atas normal atau gemuk (gendut).<br />
<br />
Pregnancy-induced hypertension (PIH), ini adalah sebutan dalam istilah kesehatan (medis) bagi wanita hamil yang menderita hipertensi. Kondisi Hipertensi pada ibu hamil bisa sedang ataupun tergolang parah/berbahaya, Seorang ibu hamil dengan tekanan darah tinggi bisa mengalami Preeclampsia dimasa kehamilannya itu<br />
<br />
Preeclampsia adalah kondisi seorang wanita hamil yang mengalami hipertensi, sehingga merasakan keluhan seperti pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut, muka yang membengkak, kurang nafsu makan, mual bahkan muntah. Apabila terjadi kekejangan sebagai dampak hipertensi maka disebut Eclamsia.<br />
<br />
<br />
1. Penyebab Hipertensi<br />
Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi. Stop menjadi alcoholic!<br />
<br />
2. Penanganan dan Pengobatan Hipertensi<br />
a. Diet Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi)<br />
• Kandungan garam (Sodium/Natrium)Seseorang yang mengidap penyakit darah tinggi sebaiknya mengontrol diri dalam mengkonsumsi asin-asinan garam, ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk pengontrolan diet sodium/natrium ini ;<br />
- Jangan meletakkan garam diatas meja makan<br />
- Pilih jumlah kandungan sodium rendah saat membeli makan<br />
- Batasi konsumsi daging dan keju<br />
- Hindari cemilan yang asin-asin<br />
- Kurangi pemakaian saos yang umumnya memiliki kandungan sodium<br />
• Kandungan Potasium/KaliumSuplements potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah, Potasium umumnya bayak didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran yang mengandung potasium dan baik untuk di konsumsi penderita tekanan darah tinggi antara lain semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih. Selain itu, makanan yang mengandung unsur omega-3 sagat dikenal efektif dalam membantu penurunan tekanan darah (hipertensi).<br />
C. Gejala Penyakit Hipertensi <br />
Gejala-gejala penyakit hipertensi yaitu sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala sebagai berikut: <br />
1. Sakit kepala <br />
2. Kelelahan <br />
3. Mual <br />
4. Muntah <br />
5. Sesak nafas <br />
6. Gelisah <br />
1. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal <br />
Sedangkan Pada anak, gejalanya anak mudah gelisah, cepat lelah, sesak napas, susah minum dan biru di tangan dan bibir. <br />
<br />
Pengobatan <br />
hipertensi biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat;<br />
- Diuretic {Tablet Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix (Furosemide)}. Merupakan golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh via urine. Tetapi karena potasium berkemungkinan terbuang dalam cairan urine, maka pengontrolan konsumsi potasium harus dilakukan.<br />
<br />
- Beta-blockers {Atenolol (Tenorim), Capoten (Captopril)}. Merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar (vasodilatasi) pembuluh darah.<br />
<br />
- Calcium channel blockers {Norvasc (amlopidine), Angiotensinconverting enzyme (ACE)}. Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah tinggi atau Hipertensi melalui proses rileksasi pembuluh darah yang juga memperlebar pembuluh darah.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
SERANGAN JANTUNG<br />
Serangan jantung adalah suatu kondisi ketika kerusakan dialami oleh bagian otot jantung (myocardium) akibat mendadak sangat berkurangnya pasokan darah ke situ. Berkurangnya pasokan darah ke jantung secara tiba-tiba dapat terjadi ketika salah satu nadi koroner ter blokade selama beberapa saat, entah akibat spasme - mengencangnya nadi koroner - atau akibar pergumpalan darah - thrombus. Bagian otot jantung yang biasanya di pasok oleh nadi yang terblokade berhenti berfungsi dengan baik segera setelah splasme reda dengan sendirinya, gejala-gejala hilang secara menyeluruh dan otot jantung berfungsi secara betul-betul normal lagi. Ini sering disebut crescendo angina atau coronary insufficiency. Sebaliknya, apabila pasokan darah ke jantung terhenti sama sekali, sel-sel yang bersangkutan mengalami perubahan yang permanen hanya dalam beberapa jam saja dan bagian otot jantung termaksud mengalami penurunan mutu atau rusak secara permanen. Otot yang mati ini disebut infark.<br />
Gejala Serangan Jantung<br />
Gejala-gejala ini untuk setiap orang bisa berbeda. Sebuah serangan jantung mungkin dimulai dengan rasa sakit yang tidak jelas, rasa tidak nyaman yang samar, atau rasa sesak dibagian tengah dada. Kadang, sebuah serangan jantung hanya menimbulkan rasa tidak nyaman yang ringan sekali sehingga sering disalahartikan sebagai gangguan pencernaan, atau bahkan lepas dari perhatian sama sekali. Dalam hal ini, satu-satunya cara yang memungkinkan terdeteksinya sebuah serangan jantung adalah ketika harus menjalani pemeriksaan ECG untuk alasan lain yang mungkin tidak berkaitan. Dipihak lain, serangan jantung mungkin menghadirkan rasa nyeri paling buruk yang pernah dialami - rasa sesak yang luar biasa atau rasa terjepit pada dada, tenggorokan atau perut. Bisa juga mengucurkan keringat panas atau dingin, kaki terasa sakit sekali dan rasa ketakutan bahwa ajal sudah mendekat. Juga mungkin merasa lebih nyaman bila duduk dibanding bila berbaring dan mungkin nafas begitu sesak sehingga tidak bisa santai. Rasa mual dan pusing bahkan sampai muntah, bahkan yang lebih para yaitu ketika sampai kolaps dan pingsan.<br />
Ada beberapa gejala yang lebih spesifik, antara lain:<br />
• Nyeri. Jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang disebut iskemi), maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang berlebihan menyebabkan kram atau kejang. Angina merupakan perasaan sesak di dada atau perasaan dada diremas-remas, yang timbul jika otot jantung tidak mendapatkan darah yang cukup. Jenis dan beratnya nyeri atau ketidaknyamanan ini bervariasi pada setiap orang. Beberapa orang myang mengalami kekurangan aliran darah bisa tidak merasakan nyeri sama sekali (suatu keadaan yang disebut silent ischemia). <br />
• Sesak nafas merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung. Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-paru (kongesti pulmoner atau edema pulmoner). <br />
• Kelelahan atau kepenatan. Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran darah ke otot selama melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah. Gejala ini seringkali bersifat ringan. Untuk mengatasinya, penderita biasanya mengurangi aktivitasnya secara bertahap atau mengira gejala ini sebagai bagian dari penuaan. <br />
• Palpitasi (jantung berdebar-debar) <br />
• Pusing & pingsan. Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan pusing dan pingsan. <br />
Tanda-tanda Peringatan Dini<br />
Bagaimanapun, salah sekali pendapat bahwa sebuah serangan jantung datang seperti petir di siang bolong. Serangan jantung adalah puncak bencana dari sebuah proses kerusakan yang berlangsung lama, yang sering melibatkan kejutan-kejutan emosional, kekacauan fisiologis dan kelelahan mental. Tanda-tanda peringatan dini begitu subyektif dan begitu tersamar, sehingga bahkan dokter yang terlatih untuk mengukur segala sesuatu secara obyektif masih bisa mengabaikannya.<br />
Diagnosis<br />
Berdasarkan gejala-gejala yang dirasakan, seorang dokter dapat membuat perkiraan yang nalar tentang apakah gejala-gejala itu mengisyaratkan serangan jantung atau tidak. Kecurigaannya mungkin diperkuat oleh penampilan si penderita, tingkat tekanan darah dan bunyi detak jantung. Dokter mungkin akan mengirimnya ke pemeriksaan ECG dan uji darah, tetapi bila masih merasakan nyeri, dokter barangkali akan memberi suntikan penghilangrasa nyeri sebelum pemeriksaan itu. Ini karena nyeri yang menakutkan dapat membawa ke jurang yang lebih dalam, yang bisa menyebabkan gejala jantung. Nyeri itu juga dapat menimbulkan dampak psikologis jangka panjang. ECG pertama mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda serangan jantung dan mungkin pemeriksaan itu harus diulang. Kadang-kadang uji yang kedua pun masih tidak menunjukkan perubahan, dan selama hal ini, diagnosis akan bergantung pada pemeriksaan darah. Jantung, seperti smeua sel tubuh lain, mengandung bahan-bahan kimia khusus yang disebut enzim. Ketika sel-sel jantung mengalami kerusakan, enzim-enzim yang dilepaskan beredar bersama aliran darah. etelah sebuah serangan jantung, kadar sebagian enzim ini langsung naik, tetapi selanjutnya enzim-enzim tersebut lekas mengurai dan karena itu tidak terdeteksi lagi setelah sehari atau du hari; ada enzim yang baru dilepaskan beberapa jam atau bebera hari kemudian tetap tinggal dalam darah selama beberapa hari atau bahkan beberapa minggu.<br />
10 anggapan salah tentang penyakit jantung<br />
1. Penyakit jantung hanya terjadi pada orang gemuk saja <br />
2. Penyakit jantung tidak bisa pada anak atau orang muda <br />
3. Wanita terbebas dari penyakit jantung <br />
4. Penyakit jantung hanya satu macam <br />
5. Jantungnya sehat, tak mungkin bisa sakit jantung <br />
6. Tidak ada hubungan dengan serangan stroke <br />
7. Penyakit jantung merupakan penyakit keturunan <br />
8. Penyakit jantung tidak dapat dicegah <br />
9. Terkena penyakit jantung sebab sering dikagetkan <br />
10. Penyakit jantung muncul sebab sering mengonsumsi menu jantung pisang <br />
<br />
• Faktor Penyebab Penyakit Serangan Jantung<br />
Adapun secara garis besar faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mengalami penyakit jantung antara lain ; Kelainan jantung bawaan, Gangguan pada fungsi kerja katup jantung dan Terganggunya pembuluh koroner yang berfungsi mengalirkan darah ke seluruh tubuh.<br />
<br />
Dari ketiga hal tersebut, Penyakit jantung yang umumnya ditakuti adalah jantung koroner karena menyerang pada usia produktif dan dapat menyebabkan serangan jantung hingga kematian mendadak. Faktor-faktor diatas erat kaitannya dengan pola konsumsi dan kehidupan yang bersangkutan, diantaranya :<br />
<br />
- Merokok terlalu berlebihan selama bertahun-tahun<br />
- Sering mengkonsumsi makanan jenis lemak (kolesterol) tinggi<br />
- Menderita tekanan darah tinggi<br />
- Menderita penyakit kencing manis (Diabetes)<br />
• Diagnosis Penyakit Serangan Jantung<br />
Dari keluhan yang dirasakan penderita, Dokter umumnya dapat langsung memberikan dugaan apakah itu tanda dan gejala serangan jantung atau bukan. Tentunya untuk memperkuat diagnosa yang ditegakkan, dokter akan melakukan pemeriksaan tekanan darah dan detak jantung si penderita.<br />
<br />
Selanjutnya dokter akan mengirim penderita untuk melakukan pemeriksaan ECG/EKG beserta pemeriksaan darah. Jika penderita saat itu masih merasakan nyeri, Pemberian obat akan dilakukan sebelum pemeriksaan itu dilakukan. Hal ini disebabkan bahwa nyeri yang amat sangat dapat membawa ke jurang yang lebih dalam, yang bisa menyebabkan gejala jantung bahkan kematian.<br />
• Penanganan Penyakit Serangan Jantung<br />
Setengah dari jumlah kematian akibat serangan jantung adalah terjadi pada 3 sampai 4 jam pertama setelah terjadinya gejala serangan dimulai. Jadi tindakan penanganan pada gejala awal serangan jantung adalah hal yang paling penting bagi tim medis.<br />
<br />
Pemberian obat-obatan seperti aspirin tablet secara kunyah dapat membantu jika terjadi pembekuan darah pada pembuluh arteri koroner, Sedangkan jenis tablet beta-blocker diberikan untuk memperlambat kerja jantung sehingga tidak terlalu bekerja keras dan mengurangi kemungkinan rusaknya otot jantung. Selanjutnya yang utama adalah pemberian Oxygen, yang menolong memperkecil kerusakan jaringan otot.<br />
<br />
Penderita yang mengalami serangan jantung (penyakit jantung) tentunya akan dirawat dirumah sakit khususnya pada ruangan intensif penyakit jantung, karena memerlukan pemantauan dan monitor yang intensif. Selain pemberian obat-obatan dirumah sakit, tindakan yang mungkin dilakukan oleh tim kesehatan (medis) adalah angioplasty atau coronary artery bypass surgery (pembedahan/pemotongan bagian artery yang bermasalah).<br />
Pencegahan Penyakit Serangan Jantung<br />
Tindakan pencegahan antara lain yang dapat Anda lakukan adalah hindari obesitas/kegemukan dan kolesterol tinggi, Berhenti merokok merupakan target yang harus dicapai, juga hindari asap rokok dari lingkungan, Kurangi atau stop minum alkohol, Melakukan olah raga secara teratur, Jika mengidap penyakit darah tinggi dan kencing manis hendaknya melakukan pengontrolan sesuai saran dokter secara teraturDebhy blog'shttp://www.blogger.com/profile/10133196045600410778noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8197294170235316985.post-34470734034220511572010-10-27T03:41:00.001-07:002010-11-10T02:09:16.214-08:00hipertensi (tekanan darah tinggi)Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi)<br />
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi (Hypertension) adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.<br />
<br />
Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHG. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu beraktifitas atau berolahraga.<br />
<br />
Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan dan pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal ini dapat membawa si penderita kedalam kasus-kasus serius bahkan bisa menyebabkan kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja extra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata. Penyakit hypertensi ini merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan serangan jantung (Heart attack).<br />
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi dikenal dengan 2 type klasifikasi, diantaranya Hipertensi Primary dan Hipertensi Secondary :<br />
• Hipertensi PrimaryHipertensi Primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula sesorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
• Hipertensi SecondaryHipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya di atas normal atau gemuk (gendut).<br />
<br />
Pregnancy-induced hypertension (PIH), ini adalah sebutan dalam istilah kesehatan (medis) bagi wanita hamil yang menderita hipertensi. Kondisi Hipertensi pada ibu hamil bisa sedang ataupun tergolang parah/berbahaya, Seorang ibu hamil dengan tekanan darah tinggi bisa mengalami Preeclampsia dimasa kehamilannya itu<br />
<br />
Preeclampsia adalah kondisi seorang wanita hamil yang mengalami hipertensi, sehingga merasakan keluhan seperti pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut, muka yang membengkak, kurang nafsu makan, mual bahkan muntah. Apabila terjadi kekejangan sebagai dampak hipertensi maka disebut Eclamsia.<br />
<br />
<br />
1. Penyebab Hipertensi<br />
Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi. Stop menjadi alcoholic!<br />
<br />
2. Penanganan dan Pengobatan Hipertensi<br />
a. Diet Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi)<br />
• Kandungan garam (Sodium/Natrium)Seseorang yang mengidap penyakit darah tinggi sebaiknya mengontrol diri dalam mengkonsumsi asin-asinan garam, ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk pengontrolan diet sodium/natrium ini ;<br />
- Jangan meletakkan garam diatas meja makan<br />
- Pilih jumlah kandungan sodium rendah saat membeli makan<br />
- Batasi konsumsi daging dan keju<br />
- Hindari cemilan yang asin-asin<br />
- Kurangi pemakaian saos yang umumnya memiliki kandungan sodium<br />
• Kandungan Potasium/KaliumSuplements potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah, Potasium umumnya bayak didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran yang mengandung potasium dan baik untuk di konsumsi penderita tekanan darah tinggi antara lain semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih. Selain itu, makanan yang mengandung unsur omega-3 sagat dikenal efektif dalam membantu penurunan tekanan darah (hipertensi).<br />
C. Gejala Penyakit Hipertensi <br />
Gejala-gejala penyakit hipertensi yaitu sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala sebagai berikut: <br />
1. Sakit kepala <br />
2. Kelelahan <br />
3. Mual <br />
4. Muntah <br />
5. Sesak nafas <br />
6. Gelisah <br />
1. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal <br />
Sedangkan Pada anak, gejalanya anak mudah gelisah, cepat lelah, sesak napas, susah minum dan biru di tangan dan bibir. <br />
<br />
Pengobatan <br />
hipertensi biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat;<br />
- Diuretic {Tablet Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix (Furosemide)}. Merupakan golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh via urine. Tetapi karena potasium berkemungkinan terbuang dalam cairan urine, maka pengontrolan konsumsi potasium harus dilakukan.<br />
<br />
- Beta-blockers {Atenolol (Tenorim), Capoten (Captopril)}. Merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar (vasodilatasi) pembuluh darah.<br />
<br />
- Calcium channel blockers {Norvasc (amlopidine), Angiotensinconverting enzyme (ACE)}. Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah tinggi atau Hipertensi melalui proses rileksasi pembuluh darah yang juga memperlebar pembuluh darah.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
SERANGAN JANTUNG<br />
Serangan jantung adalah suatu kondisi ketika kerusakan dialami oleh bagian otot jantung (myocardium) akibat mendadak sangat berkurangnya pasokan darah ke situ. Berkurangnya pasokan darah ke jantung secara tiba-tiba dapat terjadi ketika salah satu nadi koroner ter blokade selama beberapa saat, entah akibat spasme - mengencangnya nadi koroner - atau akibar pergumpalan darah - thrombus. Bagian otot jantung yang biasanya di pasok oleh nadi yang terblokade berhenti berfungsi dengan baik segera setelah splasme reda dengan sendirinya, gejala-gejala hilang secara menyeluruh dan otot jantung berfungsi secara betul-betul normal lagi. Ini sering disebut crescendo angina atau coronary insufficiency. Sebaliknya, apabila pasokan darah ke jantung terhenti sama sekali, sel-sel yang bersangkutan mengalami perubahan yang permanen hanya dalam beberapa jam saja dan bagian otot jantung termaksud mengalami penurunan mutu atau rusak secara permanen. Otot yang mati ini disebut infark.<br />
Gejala Serangan Jantung<br />
Gejala-gejala ini untuk setiap orang bisa berbeda. Sebuah serangan jantung mungkin dimulai dengan rasa sakit yang tidak jelas, rasa tidak nyaman yang samar, atau rasa sesak dibagian tengah dada. Kadang, sebuah serangan jantung hanya menimbulkan rasa tidak nyaman yang ringan sekali sehingga sering disalahartikan sebagai gangguan pencernaan, atau bahkan lepas dari perhatian sama sekali. Dalam hal ini, satu-satunya cara yang memungkinkan terdeteksinya sebuah serangan jantung adalah ketika harus menjalani pemeriksaan ECG untuk alasan lain yang mungkin tidak berkaitan. Dipihak lain, serangan jantung mungkin menghadirkan rasa nyeri paling buruk yang pernah dialami - rasa sesak yang luar biasa atau rasa terjepit pada dada, tenggorokan atau perut. Bisa juga mengucurkan keringat panas atau dingin, kaki terasa sakit sekali dan rasa ketakutan bahwa ajal sudah mendekat. Juga mungkin merasa lebih nyaman bila duduk dibanding bila berbaring dan mungkin nafas begitu sesak sehingga tidak bisa santai. Rasa mual dan pusing bahkan sampai muntah, bahkan yang lebih para yaitu ketika sampai kolaps dan pingsan.<br />
Ada beberapa gejala yang lebih spesifik, antara lain:<br />
• Nyeri. Jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang disebut iskemi), maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang berlebihan menyebabkan kram atau kejang. Angina merupakan perasaan sesak di dada atau perasaan dada diremas-remas, yang timbul jika otot jantung tidak mendapatkan darah yang cukup. Jenis dan beratnya nyeri atau ketidaknyamanan ini bervariasi pada setiap orang. Beberapa orang myang mengalami kekurangan aliran darah bisa tidak merasakan nyeri sama sekali (suatu keadaan yang disebut silent ischemia). <br />
• Sesak nafas merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung. Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-paru (kongesti pulmoner atau edema pulmoner). <br />
• Kelelahan atau kepenatan. Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran darah ke otot selama melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah. Gejala ini seringkali bersifat ringan. Untuk mengatasinya, penderita biasanya mengurangi aktivitasnya secara bertahap atau mengira gejala ini sebagai bagian dari penuaan. <br />
• Palpitasi (jantung berdebar-debar) <br />
• Pusing & pingsan. Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan pusing dan pingsan. <br />
Tanda-tanda Peringatan Dini<br />
Bagaimanapun, salah sekali pendapat bahwa sebuah serangan jantung datang seperti petir di siang bolong. Serangan jantung adalah puncak bencana dari sebuah proses kerusakan yang berlangsung lama, yang sering melibatkan kejutan-kejutan emosional, kekacauan fisiologis dan kelelahan mental. Tanda-tanda peringatan dini begitu subyektif dan begitu tersamar, sehingga bahkan dokter yang terlatih untuk mengukur segala sesuatu secara obyektif masih bisa mengabaikannya.<br />
Diagnosis<br />
Berdasarkan gejala-gejala yang dirasakan, seorang dokter dapat membuat perkiraan yang nalar tentang apakah gejala-gejala itu mengisyaratkan serangan jantung atau tidak. Kecurigaannya mungkin diperkuat oleh penampilan si penderita, tingkat tekanan darah dan bunyi detak jantung. Dokter mungkin akan mengirimnya ke pemeriksaan ECG dan uji darah, tetapi bila masih merasakan nyeri, dokter barangkali akan memberi suntikan penghilangrasa nyeri sebelum pemeriksaan itu. Ini karena nyeri yang menakutkan dapat membawa ke jurang yang lebih dalam, yang bisa menyebabkan gejala jantung. Nyeri itu juga dapat menimbulkan dampak psikologis jangka panjang. ECG pertama mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda serangan jantung dan mungkin pemeriksaan itu harus diulang. Kadang-kadang uji yang kedua pun masih tidak menunjukkan perubahan, dan selama hal ini, diagnosis akan bergantung pada pemeriksaan darah. Jantung, seperti smeua sel tubuh lain, mengandung bahan-bahan kimia khusus yang disebut enzim. Ketika sel-sel jantung mengalami kerusakan, enzim-enzim yang dilepaskan beredar bersama aliran darah. etelah sebuah serangan jantung, kadar sebagian enzim ini langsung naik, tetapi selanjutnya enzim-enzim tersebut lekas mengurai dan karena itu tidak terdeteksi lagi setelah sehari atau du hari; ada enzim yang baru dilepaskan beberapa jam atau bebera hari kemudian tetap tinggal dalam darah selama beberapa hari atau bahkan beberapa minggu.<br />
10 anggapan salah tentang penyakit jantung<br />
1. Penyakit jantung hanya terjadi pada orang gemuk saja <br />
2. Penyakit jantung tidak bisa pada anak atau orang muda <br />
3. Wanita terbebas dari penyakit jantung <br />
4. Penyakit jantung hanya satu macam <br />
5. Jantungnya sehat, tak mungkin bisa sakit jantung <br />
6. Tidak ada hubungan dengan serangan stroke <br />
7. Penyakit jantung merupakan penyakit keturunan <br />
8. Penyakit jantung tidak dapat dicegah <br />
9. Terkena penyakit jantung sebab sering dikagetkan <br />
10. Penyakit jantung muncul sebab sering mengonsumsi menu jantung pisang <br />
<br />
• Faktor Penyebab Penyakit Serangan Jantung<br />
Adapun secara garis besar faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mengalami penyakit jantung antara lain ; Kelainan jantung bawaan, Gangguan pada fungsi kerja katup jantung dan Terganggunya pembuluh koroner yang berfungsi mengalirkan darah ke seluruh tubuh.<br />
<br />
Dari ketiga hal tersebut, Penyakit jantung yang umumnya ditakuti adalah jantung koroner karena menyerang pada usia produktif dan dapat menyebabkan serangan jantung hingga kematian mendadak. Faktor-faktor diatas erat kaitannya dengan pola konsumsi dan kehidupan yang bersangkutan, diantaranya :<br />
<br />
- Merokok terlalu berlebihan selama bertahun-tahun<br />
- Sering mengkonsumsi makanan jenis lemak (kolesterol) tinggi<br />
- Menderita tekanan darah tinggi<br />
- Menderita penyakit kencing manis (Diabetes)<br />
• Diagnosis Penyakit Serangan Jantung<br />
Dari keluhan yang dirasakan penderita, Dokter umumnya dapat langsung memberikan dugaan apakah itu tanda dan gejala serangan jantung atau bukan. Tentunya untuk memperkuat diagnosa yang ditegakkan, dokter akan melakukan pemeriksaan tekanan darah dan detak jantung si penderita.<br />
<br />
Selanjutnya dokter akan mengirim penderita untuk melakukan pemeriksaan ECG/EKG beserta pemeriksaan darah. Jika penderita saat itu masih merasakan nyeri, Pemberian obat akan dilakukan sebelum pemeriksaan itu dilakukan. Hal ini disebabkan bahwa nyeri yang amat sangat dapat membawa ke jurang yang lebih dalam, yang bisa menyebabkan gejala jantung bahkan kematian.<br />
• Penanganan Penyakit Serangan Jantung<br />
Setengah dari jumlah kematian akibat serangan jantung adalah terjadi pada 3 sampai 4 jam pertama setelah terjadinya gejala serangan dimulai. Jadi tindakan penanganan pada gejala awal serangan jantung adalah hal yang paling penting bagi tim medis.<br />
<br />
Pemberian obat-obatan seperti aspirin tablet secara kunyah dapat membantu jika terjadi pembekuan darah pada pembuluh arteri koroner, Sedangkan jenis tablet beta-blocker diberikan untuk memperlambat kerja jantung sehingga tidak terlalu bekerja keras dan mengurangi kemungkinan rusaknya otot jantung. Selanjutnya yang utama adalah pemberian Oxygen, yang menolong memperkecil kerusakan jaringan otot.<br />
<br />
Penderita yang mengalami serangan jantung (penyakit jantung) tentunya akan dirawat dirumah sakit khususnya pada ruangan intensif penyakit jantung, karena memerlukan pemantauan dan monitor yang intensif. Selain pemberian obat-obatan dirumah sakit, tindakan yang mungkin dilakukan oleh tim kesehatan (medis) adalah angioplasty atau coronary artery bypass surgery (pembedahan/pemotongan bagian artery yang bermasalah).<br />
Pencegahan Penyakit Serangan Jantung<br />
Tindakan pencegahan antara lain yang dapat Anda lakukan adalah hindari obesitas/kegemukan dan kolesterol tinggi, Berhenti merokok merupakan target yang harus dicapai, juga hindari asap rokok dari lingkungan, Kurangi atau stop minum alkohol, Melakukan olah raga secara teratur, Jika mengidap penyakit darah tinggi dan kencing manis hendaknya melakukan pengontrolan sesuai saran dokter secara teraturDebhy blog'shttp://www.blogger.com/profile/10133196045600410778noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8197294170235316985.post-91125392233272429372010-10-27T03:39:00.001-07:002010-11-02T02:17:40.774-07:00memberantas kecoa<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CUsers%5CACER%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CACER%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_editdata.mso" rel="Edit-Time-Data"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CACER%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CACER%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
h2
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-link:"Heading 2 Char";
mso-style-next:Normal;
margin-top:12.0pt;
margin-right:0in;
margin-bottom:3.0pt;
margin-left:0in;
mso-pagination:widow-orphan;
page-break-after:avoid;
mso-outline-level:2;
font-size:14.0pt;
font-family:"Arial","sans-serif";
font-weight:bold;
font-style:italic;}
h3
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-link:"Heading 3 Char";
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0in;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0in;
mso-pagination:widow-orphan;
mso-outline-level:3;
font-size:13.5pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
font-weight:bold;}
h4
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-link:"Heading 4 Char";
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0in;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0in;
mso-pagination:widow-orphan;
mso-outline-level:4;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
font-weight:bold;}
h5
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-link:"Heading 5 Char";
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0in;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0in;
mso-pagination:widow-orphan;
mso-outline-level:5;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
font-weight:bold;}
h6
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-link:"Heading 6 Char";
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0in;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0in;
mso-pagination:widow-orphan;
mso-outline-level:6;
font-size:7.5pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
font-weight:bold;}
p
{mso-style-unhide:no;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0in;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0in;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
span.Heading2Char
{mso-style-name:"Heading 2 Char";
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Heading 2";
mso-ansi-font-size:14.0pt;
mso-bidi-font-size:14.0pt;
font-family:"Arial","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Arial;
mso-hansi-font-family:Arial;
mso-bidi-font-family:Arial;
font-weight:bold;
font-style:italic;}
span.Heading3Char
{mso-style-name:"Heading 3 Char";
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Heading 3";
mso-ansi-font-size:13.5pt;
mso-bidi-font-size:13.5pt;
font-weight:bold;}
span.Heading4Char
{mso-style-name:"Heading 4 Char";
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Heading 4";
mso-ansi-font-size:12.0pt;
mso-bidi-font-size:12.0pt;
font-weight:bold;}
span.Heading5Char
{mso-style-name:"Heading 5 Char";
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Heading 5";
font-weight:bold;}
span.Heading6Char
{mso-style-name:"Heading 6 Char";
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Heading 6";
mso-ansi-font-size:7.5pt;
mso-bidi-font-size:7.5pt;
font-weight:bold;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<h2><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Memberantas Kecoa<o:p></o:p></span></h2><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><img align="left" height="156" hspace="12" src="file:///C:/Users/ACER/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg" v:shapes="_x0000_s1026" width="197" /><span style="font-size: 14pt;">Kecoa seringkali dijumpai di sudut sudut perumahan tidak peduli perumahan kelas bawah maupun perumahan mewah sekalipun.<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;">Bila kita amati, biasanya sudut sudut rumah maupun komplek perumahan merupakan bagian yang disenangi oleh binatang ini karena banyak terdapat makanan yang bisa dinikmati sekaligus bisa dijadikan tempatnya bersarang. Untuk <b><i>memberantas kecoa</i></b>, ikuti artikel ini selengkapnya:<o:p></o:p></span></div><h3><b><span style="font-size: 14pt;">Beda jenis Kecoa beda habitat </span></b><span style="font-size: 14pt;"><o:p></o:p></span></h3><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;">Jenis kecoa dibedakan jenisnya berdasarkan bagian tubuh kecoa. Di wilayah Indonesia terdapat beberapa jenis kecoa, namun jenis yang umumnya dijumpai di perumahan hanya ada 2 yakni kecoa amerika/American cockroach (periplaneta Americana) dan kecoa Jerman/German cockroach (Blattela Germanica).<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;">Hhabitat kedua jenis kecoa ini berbeda, yakni Kecoa Amerika sering berada di dalam tempat yang lembab dan hangat seperti septictak atau saluran sanitari dan secara umum jenis kecoa ini senang berada di luar rumah.<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;">Sedangkan kecoa Jerman senang berada di dalam rumah terutama pada tempat yang lembab, gelap dan banyak makanan seperti dapur, lemari makan, atau di atas plafon rumah. Secara morfologi, perbedaan mencolok antar kedua jenis kecoa ini ada pada garis di pronothumnya dimana kecoa Jerman tidak mempunyai garis coklat.<o:p></o:p></span></div><h4><b><span style="font-size: 14pt;">Penyebab kecoa masuk ke dalam rumah. </span></b><span style="font-size: 14pt;"><o:p></o:p></span></h4><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;">Bilamana sanitasi rumah kita tidak baik maka kecoa akan senang masuk, apalagi bila terdapat jalan bagi kecoa untuk masuk ke dalam rumah, dan populasi kecoa di dalam habitatnya berlebiha. Bilamana populasi dalam habitat asalnya berlebihan, maka kecoa akan keluar dari sarangnya untuk mencari sumber makanan dan sarang yang baru.<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;">Sebagai contohnya Kecoa Amerika, bilamana populasinya didalam septic tank bertambah banyak dan makanan yang tersedia berkurang, maka mereka akan keluar dari habitatnya untuk mencari makanan dan mencari sarang yang baru. Dia akan akan masuk ke rumah melalui saluran pembuangan yang tidak ditutup dengan baik, dan tentunya anda bisa membayangkan akibatnya bilamana binatang ini menghinggapi makanan anda.<o:p></o:p></span></div><h5><b><span style="font-size: 14pt;">Kenali Tempat Yang disenangi kecoa</span></b><span style="font-size: 14pt;"> .<o:p></o:p></span></h5><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;">Secara umum, terdapat 3 sumber utama yang disenangi oleh kecoa yaitu makanan, ceceran sisa makanan dan tempat lembab.<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;">Anda bisa mudah mengenali apakah suatu rumah telah dimasuki kecoa ada tidak, yakni dengan melihat tanda tanda seperti adanya kotoran kecoa, bau, ataupun telurnya. Biasanya kotoran kotoran ini tertinggal pada tempat tempat yang tersembunyi seperti di antara buku2 yang disimpan di rak, celah antara lemari dengan tempat tidur atau dinding, ataupun juga di toilet.<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;">Bilamana ditemukan tanda adanya kecoa, maka segera lakukan penanganan. Yakni dengan menuju langsung ke tempat tempat yang disenangi kecoa diantaranya adalah dapur. Dapur merupakan tempat yang paling disenangi oleh binatang ini. Oleh karenanya, anda harus menyimpan makanan tersebut dengan baik seperti menyimpan makanan di rak atau wadah tertutup. Bilamana anda selesai memasak, usahakan untuk tidak meninggalkan sisa makanan di lantai dapur atau meja dapur. Segera bersihkan ceceran sisa makanan tersebut karena ceceran inilah salah satu makanan bagi kecoa.<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;">Selain ceceran makanan dilantai, sampah makanan di tempat sampah dapur juga merupakan tempat yang disenangi kecoak, usahakan untuk segera membuang sampah tersebut ke tempat sampah di luar rumah dan menutup tempat sampah.<o:p></o:p></span></div><h6><b><span style="font-size: 14pt;">Kendalikan Habitat Kecoa. </span></b><span style="font-size: 14pt;"><o:p></o:p></span></h6><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;">Bilamana kecoa sudah bersarang didalam rumah anda, maka anda perlu mencari sumber habitat nya. Habitat kecoa Amerika biasanya akan anda temukan di saluran pipa sanitasi dan septic tank.Untuk memberantasnya anda memerlukan pestisida baik cair maupun bubuk.<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;">Anda bisa memberantas habitat kecoa dengan menyemprot lubang saluran sanitasi atau saluran pipa pembuangan. Anda juga bisa menggunakan cara pengasapan.<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;">Namun anda perlu ingat bahwa memberantas binatang yang dikenal membawa sumber penyakit ini dilakukan dengan cara bertahap, karena pada saat penyemprotan atau pengasapan pertama binatang ini bisa menyelamatkan diri dan bisa berkembang biak.<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;">Selamat <i><b><span style="color: navy;">memberantas kecoa</span></b></i> dan semoga rumah anda terbebas dari binatang ini.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div>Debhy blog'shttp://www.blogger.com/profile/10133196045600410778noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8197294170235316985.post-10398733928307350952010-10-22T01:53:00.000-07:002010-11-02T02:17:40.775-07:00pengelolaan limbah padat<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CAZLIMIN%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CAZLIMIN%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_editdata.mso" rel="Edit-Time-Data"></link><!--[if !mso]> <style>
v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
</style> <![endif]--><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CAZLIMIN%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CAZLIMIN%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves>false</w:TrackMoves> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="Normal (Web)"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:Wingdings;
panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
h3
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-link:"Heading 3 Char";
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0in;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0in;
mso-pagination:widow-orphan;
mso-outline-level:3;
font-size:13.5pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
font-weight:bold;}
a:link, span.MsoHyperlink
{mso-style-priority:99;
color:blue;
mso-themecolor:hyperlink;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
color:purple;
mso-themecolor:followedhyperlink;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
p
{mso-style-unhide:no;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0in;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0in;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
span.Heading3Char
{mso-style-name:"Heading 3 Char";
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Heading 3";
mso-ansi-font-size:13.5pt;
mso-bidi-font-size:13.5pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-ascii-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-hansi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
font-weight:bold;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:211617266;
mso-list-template-ids:-1393797364;}
@list l0:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:.5in;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l1
{mso-list-id:646710381;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1660739708 67698699 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;}
@list l1:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:1.0in;
mso-level-number-position:left;
margin-left:1.0in;
text-indent:-.25in;
font-family:Wingdings;}
@list l2
{mso-list-id:770900343;
mso-list-template-ids:-1080501942;}
@list l3
{mso-list-id:1750231982;
mso-list-template-ids:1746163222;}
@list l3:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:.5in;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l4
{mso-list-id:1772627163;
mso-list-template-ids:1233967710;}
@list l4:level2
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:o;
mso-level-tab-stop:1.0in;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:"Courier New";
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l4:level1 lfo4
{mso-level-start-at:0;
mso-level-numbering:continue;
mso-level-text:"";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:0in;
text-indent:0in;}
@list l4:level2 lfo4
{mso-level-start-at:0;
mso-level-number-format:arabic;
mso-level-numbering:continue;
mso-level-text:"%2\.";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:0in;
text-indent:0in;}
ol
{margin-bottom:0in;}
ul
{margin-bottom:0in;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style> <![endif]--> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">BAB I<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">A. Latar Belakang<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span>Pengelolaan lingkungan hidup merupakan kewajiban bersama berbagai pihak<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">baik pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat luas. Hal ini menjadi lebih penting<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">lagi mengingat Indonesia sebagai negara yang perkembangan industrinya cukup<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">tinggi dan saat ini dapat dikategorikan sebagai negara semi industri (<i>semi<o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">industrialized country</span></i><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">). Sebagaimana lazimnya negara yang masih berstatus semi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">industri, target yang lebih diutamakan adalah peningkatan pertumbuhan output,<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">sementara perhatian terhadap eksternalitas negatif dari pertumbuhan industri tersebut<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">sangat kurang. Beberapa kasus pencemaran terhadap lingkungan telah menjadi topik<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">hangat di berbagai media masa, misalnya pencemaran Teluk Buyat di Sulawesi Utara<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">yang berdampak terhadap timbulnya bermacam penyakit yang menyerang penduduk<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">yang tinggal di sekitar teluk tersebut.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span>Para pelaku industri kadang mengesampingkan pengelolaan lingkungan yang<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">menghasilkan berbagai jenis-jenis limbah dan sampah. Limbah bagi lingkungan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">hidup sangatlah tidak baik untuk kesehatan maupun kelangsungan kehidupan bagi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">masyarakat umum, limbah padat yang di hasilkan oleh industri-industri sangat<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">merugikan bagi lingkungan umum jika limbah padat hasil dari industri tersebut tidak<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">diolah dengan baik untuk menjadikannya bermanfaat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">B. Tujuan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span>Adapun tujuan yang diharapkan antara lain:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a. lebih mengetahui dampak yang bisa ditimbulkan dari sampah atau limbah padat yang berasal dari limbah B3.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b. lebih mengetahui resiko-resiko yang bisa menyebabkan suatu lingkungan menjadi tercemar akibat sampah atau limbah padat atau limbah B3<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">C. Manfaat<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span>Manfaat yang bisa kita dapatkan dari beberapa isi dari makalah ini yaitu:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a. kita dapat memahami atau menambah pengetahuan kita mengenai cara-cara pengolahan sampah padat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b. kita juga dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan limbah atau sampah padat B3 tersebut. Dan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c. kita juga dapat mengetahui damapk apa saja yang akan disebabkan oleh limbah atau sampah padat/ limbah B3 tersebut.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">BAB II<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">PEMBAHASAN<o:p></o:p></span></b></div><div style="line-height: 200%;"><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">A. Definisi limbah B3<o:p></o:p></span></b></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (<em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">toxicity</span></em>, <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">flammability</span></em>, <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">reactivity</span></em>, dan <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">corrosivity</span></em>) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">B. Klasifikasi Limbah B3<o:p></o:p></span></b></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:<o:p></o:p></span></div><ul type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Primary sludge</span></em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Chemical sludge</span></em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Excess activated sludge</span></em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengn lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil proses tersebut<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Digested sludge</span></em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.<o:p></o:p></span></li>
</ul><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><em><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">C. Karekteristik Limbah B3</span></b></em><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></b></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Limbah B3 dikarakterisasikan berdasarkan beberapa parameter yaitu <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">total solids residue</span></em> (TSR), kandungan <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">fixed residue</span></em> (FR), kandungan <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">volatile solids</span></em> (VR), kadar air (<em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">sludge moisture content</span></em>), volume padatan, serta karakter atau sifat B3 (toksisitas, sifat korosif, sifat mudah terbakar, sifat mudah meledak, beracun, serta sifat kimia dan kandungan senyawa kimia).<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Contoh limbah B3 ialah logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg, dan Zn serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol dan sebagainya. Cd dihasilkan dari lumpur dan limbah industri kimia tertentu sedangkan Hg dihasilkan dari industri klor-alkali, industri cat, kegiatan pertambangan, industri kertas, serta pembakaran bahan bakar fosil. Pb dihasilkan dari peleburan timah hitam dan accu. Logam-logam berat pada umumnya bersifat racun sekalipun dalam konsentrasi rendah. Daftar lengkap limbah B3 dapat dilihat di </span><a href="http://majarimagazine.com/wp-content/uploads/2008/01/pdf_1038452290.pdf" title="PP No. 85 Tahun 1999: Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">PP No. 85 Tahun 1999: Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)</span></a><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">. Silakan klik link tersebut untuk daftar lengkap yang juga mencakup peraturan resmi dari Pemerintah Indonesia.<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">D. Penanganan Limbah B3<o:p></o:p></span></b></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Penanganan atau pengolahan limbah padat atau lumpur B3 pada dasarnya dapat dilaksanakan di dalam unit kegiatan industri (<em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">on-site treatment</span></em>) maupun oleh pihak ketiga (<em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">off-site treatment</span></em>) di pusat pengolahan limbah industri. Apabila pengolahan dilaksanakan secara <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">on-site treatment</span></em>, perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:<o:p></o:p></span></div><ul type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">jenis dan karakteristik limbah padat yang harus diketahui secara pasti agar teknologi pengolahan dapat ditentukan dengan tepat; selain itu, antisipasi terhadap jenis limbah di masa mendatang juga perlu dipertimbangkan<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">jumlah limbah yang dihasilkan harus cukup memadai sehingga dapat menjustifikasi biaya yang akan dikeluarkan dan perlu dipertimbangkan pula berapa jumlah limbah dalam waktu mendatang (1 hingga 2 tahun ke depan)<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">pengolahan<em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"> on-site</span></em> memerlukan tenaga tetap (<em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">in-house staff</span></em>) yang menangani proses pengolahan sehingga perlu dipertimbangkan manajemen sumber daya manusianya<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">peraturan yang berlaku dan antisipasi peraturan yang akan dikeluarkan Pemerintah di masa mendatang agar teknologi yang dipilih tetap dapat memenuhi standar<o:p></o:p></span></li>
</ul><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><h3 style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><o:p> </o:p></span></h3><h3 style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">E. Teknologi Pengolahan<o:p></o:p></span></h3><div style="line-height: 200%;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling populer di antaranya ialah <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">chemical conditioning</span></em>, <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">solidification/Stabilization</span></em>, dan <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">incineration</span></em>.<o:p></o:p></span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><em><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Chemical Conditioning</span></b></em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><br />
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">chemical conditioning</span></em>. TUjuan utama dari <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">chemical conditioning</span></em> ialah: <o:p></o:p></span></li>
<ul type="circle"><li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">mendestruksi organisme patogen<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">memanfaatkan hasil samping proses <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">chemical conditioning</span></em> yang masih memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">digestion</span></em><o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman dan dapat diterima lingkungan<o:p></o:p></span></li>
</ul></ol><div style="line-height: 200%; margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Chemical conditioning</span></em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"> terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 1in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><span>6.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Concentration thickening</span></em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><br />
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan pada tahapan ini ialah <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">gravity thickener</span></em> dan <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">solid bowl centrifuge</span></em>. Tahapan ini pada dasarnya merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada tahapan <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">de-watering</span></em> selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">gravity thickener</span></em> dan <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">centrifuge</span></em>, beberapa unit pengolahan limbah menggunakan proses <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">flotation </span></em>pada tahapan awal ini.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 1in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><span>7.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Treatment, stabilization, and conditioning</span></em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><br />
Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan destruksi. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada tahapan ini ialah <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">lagooning</span></em>, <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">anaerobic digestion</span></em>, <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">aerobic digestion</span></em>, <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">heat treatment</span></em>, <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">polyelectrolite flocculation</span></em>, <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">chemical conditioning</span></em>, dan <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">elutriation</span></em>. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 1in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><span>8.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">De-watering and drying</span></em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><br />
<em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">De-watering and drying</span></em> bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">drying bed</span></em>, <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">filter press</span></em>, <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">centrifuge</span></em>, <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">vacuum filter</span></em>, dan <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">belt press</span></em>.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><span>9.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Disposal</span></em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><br />
Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">pyrolysis</span></em>, <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">wet air oxidation</span></em>, dan <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">composting</span></em>. Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">sanitary landfill</span></em>, <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">crop land</span></em>, atau <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">injection well</span></em>.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; text-align: justify; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><strong><i><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Solidification/Stabilization</span></i></strong><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><br />
Di samping <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">chemical conditiong</span></em>, teknologi <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">solidification/stabilization</span></em> juga dapat diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama. Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6 golongan, yaitu: <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><span>0.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Macroencapsulation</span></em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah dibungkus dalam matriks struktur yang besar<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><span>1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Microencapsulation</span></em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><span>2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Precipitation</span></em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><span>3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Adsorpsi</span></em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><span>4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Absorbsi</span></em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke bahan padat<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><span>5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Detoxification</span></em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">in-drum mixing, in-situ mixing</span></em>, dan <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">plant mixing</span></em>. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; text-align: justify; text-indent: 0in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><em><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Incineration</span></b></em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><br />
Teknologi pembakaran (<em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">incineration </span></em>) adalah alternatif yang menarik dalam teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil. <o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (<em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">heating value</span></em>) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">rotary kiln</span></em>, <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">multiple hearth</span></em>, <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">fluidized bed</span></em>, <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">open pit</span></em>, <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">single chamber</span></em>, <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">multiple chamber</span></em>, <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">aqueous waste injection</span></em>, dan <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">starved air unit</span></em>. Dari semua jenis insinerator tersebut, <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">rotary kiln</span></em> mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan. <o:p></o:p></span></div><h3 style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">F. Penanganan Limbah B3<o:p></o:p></span></h3><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><!--[if gte vml 1]><v:shapetype id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600"
o:spt="75" o:preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f"
stroked="f"> <v:stroke joinstyle="miter"/> <v:formulas> <v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"/> <v:f eqn="sum @0 1 0"/> <v:f eqn="sum 0 0 @1"/> <v:f eqn="prod @2 1 2"/> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"/> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"/> <v:f eqn="sum @0 0 1"/> <v:f eqn="prod @6 1 2"/> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"/> <v:f eqn="sum @8 21600 0"/> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"/> <v:f eqn="sum @10 21600 0"/> </v:formulas> <v:path o:extrusionok="f" gradientshapeok="t" o:connecttype="rect"/> <o:lock v:ext="edit" aspectratio="t"/> </v:shapetype><v:shape id="Picture_x0020_1" o:spid="_x0000_i1027" type="#_x0000_t75"
alt="Hazardous Material Container" style='width:187.5pt;height:74.25pt;
visibility:visible;mso-wrap-style:square'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\AZLIMIN\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.jpg"
o:title="Hazardous Material Container"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img alt="Hazardous Material Container" border="0" height="99" src="file:///C:/DOCUME%7E1/AZLIMIN/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.jpg" v:shapes="Picture_x0020_1" width="250" /><!--[endif]--></span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Hazardous Material Container<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Limbah B3 harus ditangani dengan perlakuan khusus mengingat bahaya dan resiko yang mungkin ditimbulkan apabila limbah ini menyebar ke lingkungan. Hal tersebut termasuk proses pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya. Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari karat dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan limbah yang disimpan di dalamnya. Untuk limbah yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap di mana kemasan bagian dalam harus dapat menahan agar zat tidak bergerak dan mampu menahan kenaikan tekanan dari dalam atau dari luar kemasan. Limbah yang bersifat <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">self-reactive</span></em> dan peroksida organik juga memiliki persyaratan khusus dalam pengemasannya. Pembantalan kemasan limbah jenis tersebut harus dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak mengalami penguraian (dekomposisi) saat berhubungan dengan limbah. Jumlah yang dikemas pun terbatas sebesar maksimum 50 kg per kemasan sedangkan limbah yang memiliki aktivitas rendah biasanya dapat dikemas hingga 400 kg per kemasan.<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit produksi dalam sebuah pabrik harus disimpan dengan perlakuan khusus sebelum akhirnya diolah di unit pengolahan limbah. Penyimpanan harus dilakukan dengan sistem blok dan tiap blok terdiri atas 2×2 kemasan. Limbah-limbah harus diletakkan dan harus dihindari adanya kontak antara limbah yang tidak kompatibel. Bangunan penyimpan limbah harus dibuat dengan lantai kedap air, tidak bergelombang, dan melandai ke arah bak penampung dengan kemiringan maksimal 1%. Bangunan juga harus memiliki ventilasi yang baik, terlindung dari masuknya air hujan, dibuat tanpa plafon, dan dilengkapi dengan sistem penangkal petir. Limbah yang bersifat reaktif atau korosif memerlukan bangunan penyimpan yang memiliki konstruksi dinding yang mudah dilepas untuk memudahkan keadaan darurat dan dibuat dari bahan konstruksi yang tahan api dan korosi.<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Mengenai pengangkutan limbah B3, Pemerintah Indonesia belum memiliki peraturan pengangkutan limbah B3 hingga tahun 2002. Namun, kita dapat merujuk peraturan pengangkutan yang diterapkan di Amerika Serikat. Peraturan tersebut terkait dengan hal pemberian label, analisa karakter limbah, pengemasan khusus, dan sebagainya. Persyaratan yang harus dipenuhi kemasan di antaranya ialah apabila terjadi kecelakaan dalam kondisi pengangkutan yang normal, tidak terjadi kebocoran limbah ke lingkungan dalam jumlah yang berarti. Selain itu, kemasan harus memiliki kualitas yang cukup agar efektivitas kemasan tidak berkurang selama pengangkutan. Limbah gas yang mudah terbagak harus dilengkapi dengan <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">head shields</span></em> pada kemasannya sebagai pelindung dan tambahan pelindung panas untuk mencegah kenaikan suhu yang cepat. Di Amerika juga diperlakukan rute pengangkutan khusus selain juga adanya kewajiban kelengkapan <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Material Safety Data Sheets</span></em> (MSDS) yang ada di setiap truk dan di dinas pemadam kebarakan.<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="Picture_x0020_2" o:spid="_x0000_i1026"
type="#_x0000_t75" alt="Secured Landfill" style='width:234pt;height:129pt;
visibility:visible;mso-wrap-style:square'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\AZLIMIN\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.png"
o:title="Secured Landfill"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img alt="Secured Landfill" border="0" height="172" src="file:///C:/DOCUME%7E1/AZLIMIN/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.jpg" v:shapes="Picture_x0020_2" width="312" /><!--[endif]--></span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><strong><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Secured Landfill.</span></strong><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"> Faktor hidrogeologi, geologi lingkungan, topografi, dan faktor-faktor lainnya harus diperhatikan agar <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">secured landfill</span></em> tidak merusak lingkungan. Pemantauan pasca-operasi harus terus dilakukan untuk menjamin bahwa badan air tidak terkontaminasi oleh limbah B3.<o:p></o:p></span></div><h3 style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">G. Pembuangan Limbah B3 (<em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Disposal</span></em>)<o:p></o:p></span></h3><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Sebagian dari limbah B3 yang telah diolah atau tidak dapat diolah dengan teknologi yang tersedia harus berakhir pada pembuangan (<em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">disposal</span></em>). Tempat pembuangan akhir yang banyak digunakan untuk limbah B3 ialah <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">landfill </span></em>(lahan urug) dan <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">disposal well</span></em> (<em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">sumur pembuangan</span></em>). Di Indonesia, peraturan secara rinci mengenai pembangunan lahan urug telah diatur oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) melalui Kep-04/BAPEDAL/09/1995.<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Landfill </span></em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">untuk penimbunan limbah B3 diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu: (1) <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">secured landfill double liner</span></em>, (2) <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">secured landfill single liner</span></em>, dan (3) <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">landfill clay liner</span></em> dan masing-masing memiliki ketentuan khusus sesuai dengan limbah B3 yang ditimbun.<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Dimulai dari bawah, bagian dasar <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">secured landfill </span></em>terdiri atas tanah setempat, lapisan dasar, sistem deteksi kebocoran, lapisan tanah penghalang, sistem pengumpulan dan pemindahan lindi (<em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">leachate</span></em>), dan lapisan pelindung. Untuk kasus tertentu, di atas dan/atau di bawah sistem pengumpulan dan pemindahan lindi harus dilapisi geomembran. Sedangkan bagian penutup terdiri dari tanah penutup, tanah tudung penghalang, tudung geomembran, pelapis tudung drainase, dan pelapis tanah untuk tumbuhan dan vegetasi penutup. <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Secured landfill</span></em> harus dilapisi sistem pemantauan kualitas air tanah dan air pemukiman di sekitar lokasi agar mengetahui apakah <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">secured landfill </span></em>bocor atau tidak. Selain itu, lokasi <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">secured landfill </span></em>tidak boleh dimanfaatkan agar tidak beresiko bagi manusia dan habitat di sekitarnya.<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="Picture_x0020_3" o:spid="_x0000_i1025"
type="#_x0000_t75" alt="Deep Injection Well" style='width:261.75pt;height:211.5pt;
visibility:visible;mso-wrap-style:square'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\AZLIMIN\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image004.png"
o:title="Deep Injection Well"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img alt="Deep Injection Well" border="0" height="282" src="file:///C:/DOCUME%7E1/AZLIMIN/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.jpg" v:shapes="Picture_x0020_3" width="349" /><!--[endif]--></span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><strong><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Deep Injection Well.</span></strong><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"> Pembuangan limbah B3 melalui metode ini masih mejadi kontroversi dan masih diperlukan pengkajian yang komprehensif terhadap efek yang mungkin ditimbulkan. Data menunjukkan bahwa pembuatan sumur injeksi di Amerika Serikat paling banyak dilakukan pada tahun 1965-1974 dan hampir tidak ada sumur baru yang dibangun setelah tahun 1980.<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Sumur injeksi atau sumur dalam (<em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">deep well injection</span></em>) digunakan di Amerika Serikat sebagai salah satu tempat pembuangan limbah B3 cair (<em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">liquid hazardous wastes</span></em>). Pembuangan limbah ke sumur dalam merupakan suatu usaha membuang limbah B3 ke dalam formasi geologi yang berada jauh di bawah permukaan bumi yang memiliki kemampuan mengikat limbah, sama halnya formasi tersebut memiliki kemampuan menyimpan cadangan minyak dan gas bumi. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pemilihan tempat ialah strktur dan kestabilan geologi serta hidrogeologi wilayah setempat.<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Limbah B3 diinjeksikan se dalam suatu formasi berpori yang berada jauh di bawah lapisan yang mengandung air tanah. Di antara lapisan tersebut harus terdapat lapisan <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">impermeable </span></em>seperti <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">shale </span></em>atau tanah liat yang cukup tebal sehingga cairan limbah tidak dapat bermigrasi. Kedalaman sumur ini sekitar 0,5 hingga 2 mil dari permukaan tanah.<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Tidak semua jenis limbah B3 dapat dibuang dalam sumur injeksi karena beberapa jenis limbah dapat mengakibatkan gangguan dan kerusakan pada sumur dan formasi penerima limbah. Hal tersebut dapat dihindari dengan tidak memasukkan limbah yang dapat mengalami presipitasi, memiliki partikel padatan, dapat membentuk emulsi, bersifat asam kuat atau basa kuat, bersifat aktif secara kimia, dan memiliki densitas dan viskositas yang lebih rendah daripada cairan alami dalam formasi geologi.<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Hingga saat ini di Indonesia belum ada ketentuan mengenai pembuangan limbah B3 ke sumur dalam (<em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">deep injection well</span></em>). Ketentuan yang ada mengenai hal ini ditetapkan oleh Amerika Serikat dan dalam ketentuan itu disebutkah bahwa:<o:p></o:p></span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Dalam kurun waktu 10.000 tahun, limbah B3 tidak boleh bermigrasi secara vertikal keluar dari zona injeksi atau secara lateral ke titik temu dengan sumber air tanah.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Sebelum limbah yang diinjeksikan bermigrasi dalam arah seperti disebutkan di atas, limbah telah mengalami perubahan higga tidak lagi bersifat berbahaya dan beracun.<o:p></o:p></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 0.25in; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">BAB III<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 0.25in; text-align: center;"><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">KESIMPULAN DAN SARAN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">A. Kesimpulan<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 0.25in;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><span> </span>Dari apa yang tadi dinyatakan diatas maka kita dapat menarik kesimpulan antara lain :<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (<em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">toxicity</span></em>, <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">flammability</span></em>, <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">reactivity</span></em>, dan <em><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">corrosivity</span></em>) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:<o:p></o:p></span></div><ul type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Primary sludge</span></em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Chemical sludge</span></em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Excess activated sludge</span></em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengn lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil proses tersebut<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Digested sludge</span></em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.<o:p></o:p></span></li>
</ul><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><em><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">B. Saran</span></b></em><em><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; font-style: normal; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></b></em></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><span> </span>Memberikan penyuluhan kepada para pemilik industri betapa pentingnya agar tidak sembarangan membuang limbah di tempat-tempat atau sumber aktivitas masyarakat sekitar yang mungkin dapat berbahaya bagi kehidupan manusia, serta lebih mengefektifkan dinas yang bersangkutan dalam hal melakukan pengawasab agar pihak industri tidak membuang limbah sembarangan sebelum diketahui apakah limbah itu tidak berbahaya bagi kesehatan.</span></em><em><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; font-style: normal; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></em></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><em><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">DAFTAR PUSTAKA</span></b></em><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></b></div><div style="line-height: 200%; margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;"><span>Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Referensi: <strong><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Pengelolaan Limbah Industri - Prof. Tjandra Setiadi</span></strong>, </span><a href="http://www.wikipedia.org/"><strong><span style="color: windowtext; font-family: "Arial","sans-serif";">Wikipedia</span></strong></a><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">, </span><a href="http://www.epa.gov/"><strong><span style="color: windowtext; font-family: "Arial","sans-serif";">US EPA</span></strong></a><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin: 0in 0in 0.0001pt 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><span>Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><a href="http://majarimagazine.com/2008/01/teknologi-pengolahan-limbah-b3/"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;">http://majarimagazine.com/2008/01/teknologi-pengolahan-limbah-b3/</span></a><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div>Debhy blog'shttp://www.blogger.com/profile/10133196045600410778noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8197294170235316985.post-46906229803034349162010-10-22T01:50:00.001-07:002010-11-10T02:09:16.220-08:00makalah pengelolaan limbah padatDebhy blog'shttp://www.blogger.com/profile/10133196045600410778noreply@blogger.com0