Sabtu, 13 November 2010

respirasi dispress syndrome

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang paling sering dan penting pada anak, terutama pada bayi, karena saluran pernafasannya masih sempit dan daya tahan tubuhnya masih rendah. Disamping faktor organ pernafasan , keadaan pernafasan bayi dan anak juga dipengaruhi oleh beberapa hal lain, seperti suhu tubuh yang tinggi, terdapatnya sakit perut, atau lambung yang penuh. Penilaian keadaan pernafasan dapat dilaksanakan dengan mengamati gerakan dada dan atau perut.
Neonatus normal biasanya mempunyai pola pernafasan abdominal. Bila anak sudah dapat berjalan pernafasannya menjadi thorakoabdominal. Pola pernafasan normal adalah teratur dengan waktu ekspirasi lebih panjang daripada waktu inspirasi, karena pada inspirasi otot pernafasan bekerja aktif, sedangkan pada waktu ekspirasi otot pernapasan bekerja secara pasif. Pada keadaan sakit dapat terjadi beberapa kelainan pola pernapasan yang paling sering adalah takipneu.
Ganguan pernafasan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh berbagai kelainan organic, trauma, alargi, insfeksi dan lain-lain. Gangguan dapat terjadi sejak bayi baru lahir. Gangguan pernapasan yang sering ditemukan pada bayi baru lahir (BBL) termasuk respiratory distress syndrome (RDS) atau idiopatic respiratory distress syndrome (IRDS) yang terdapat pada bayi premature.
Sindrom gawat nafas pada neonatus (SGNN) dalam bahasa inggris disebut respiratory disstess syndrome, merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispeu atau hiperpneu. Sindrom ini dapat trerjadi karena ada kelainan di dalam atau diluar paru. Oleh karena itu, tindakannya disesuaikan sengan penyebab sindrom ini. Beberapa kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini adalah pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit membram hialin (PMH), pneumonia, aspirasi, dan sindrom Wilson- Mikity (Ngastiyah, 1999).
RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena produksi surfaktan, yang dimulai sejak kehamilan minggu ke 22, makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadi RDS dan kelainan ini merupakanpenyebab utama kematian bayi prematur.
Banyak teori yang menerangkan patogenesis dari syndrom yang berhubungan dengan kerusakan awal paru-paru yang terjadi dimembran kapiler alveolar.
Adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan akibat masuknya cairan ke dalam ruang interstitial, seolah-olah dipengaruhi oleh aktifitas surfaktan. Akibatnya terjadi tanda-tanda atelektasis. Cairan juga masuk dalam alveoli dan mengakibatkan oedema paru. Plasma dan sel darah merah keluar dari kapiler-kapiler yang rusak, oleh karena itu mungkin perdarahan merupakan manifestasi patologi yang umum.
1.2 TUJUAN PENULISAN
Adapun yang menjadi tujuan penulisan adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian RDS.
2. Untuk mengetahui penyebab RDS.
3. Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbukhan oleh RDS pada Neonatus dan juga perjalanan penyakit tersebut.
4. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan dan perawatan pada bayi dengan RDS.
5. Untuk memenuhi tugas praktek Program Profesi Ners Stase Keperawatan Anak.
1.3 MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa praktikan dalam penetalaksanaan RDS pada Neonatus.
2. Sebagai bahan masukan bagi lahan praktek untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya penatalaksanaan kegawatan nafas pada Neonatus.
3. Sebagai sumber reperensi untuk kemajuan perkembangan ilmu Keperawatan, khususnya Keperawatan anak.
1.4 METODE PENULISAN
Metode Penulisan yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Studi literatur yaitu mengambil referensi dari berbagai sumber yang sesuai dengan topik penulisan berdasarkan kaidah ilmiah yang berlaku.
2. Studi kasus yaitu aplikasi materi yang didapat dan langsung dipraktekan terhadap kasus yang sesuai pada topik penulisan.
BAB II
TINJAUAN TEORITS
1.1 DEFINISI
Adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA (Stark,1986).
Sindrom distres pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai Hyaline Membrane Disesae (Suryadi dan Yuliani, 2001).
2.2 PATOFISIOLOGI
Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas disebut sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai max pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein (10%). Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir expirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis.
Hipoksia akan menyebabkan terjadinya :
1. Oksigenasi jaringan menurun>metabolisme anerobik dengan penimbunan asam laktat asam organic>asidosis metabolic.
2. Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris>transudasi kedalam alveoli>terbentuk fibrin>fibrin dan jaringan epitel yang nekrotik>lapisan membrane hialin.
Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantun, penurunan aliran darah keparum, dan mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan, yang menyebabkan terjadinya atelektasis.
Sel tipe II ini sangat sensitive dan berkurang pada bayi dengan asfiksia pada periode perinatal, dan kematangannya dipacu dengan adanya stress intrauterine seperti hipertensi, IUGR dan kehamilan kembar.
2.2.1 Pathway
3.3 GAMBARAN KLINIS
RDS mungkin terjadi pada bayi premature dengan berat badan 15 %.
 Muntah (-)
 Bayi dapat minum dengan baik 7. Observasi intake dan output.
8. Observasi reflek menghisap dan menelan bayi.
9. Kaji adanya sianosis pada saat bayi minum.
10. Pasang NGT bila diperlukan
11. Beri nutrisi sesuai kebutuhan bayi.
12. Timbang BB tiap hari.
13. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.
14. Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diit bayi
4. Kecemasan Ortu b.d kurang pengetahuan tentang kondisi bayinya. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….Kecemasan berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria hasil :
 Orang tua mengerti tujuan yang dilakukan dalam pengobatan therapy.
 Orang tua tampak tenang.
 Orang tua berpartisipasi dalam pengobatan. 1. Jelaskan tentang kondisi bayi.
Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan penjelasan tentang2. penyakit dan tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan penyakit yang diderita bayi.
3. Libatkan orang tua dalam perawatan bayi.
4. Berikan support mental.
5. Berikan reinforcement atas pengertian orang tua.
5. Resiko infeksi tali pusat b.d invasi kuman patogen. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama..Infeksi tali pusat tidak terjadi.
Kriteria hasil :
 Suhu 36-37 C
 Tali pusat kering dan tidak berbau.
 Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat. 1. Lakukan tehnik aseptic dan antiseptic pada saat memotong tali pusat.
2. Jaga kebersihan daerah tali pusat dan sekitarnya.
3. Mandikan bayi dengan air bersih dan hangat.
4. Observasi adanya perdarahan pada tali pusat.
5. Cuci tali pusat dengan sabun dan segera keringkan bila tali pusat kotor atau terkena feses.
6. Observasi suhu bayi.
6. Devisit volume cairan b.d metabolisme yang meningkat. Volume cairan terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria hasil :
 Suhu 36-37 C
 Nadi 120-140 x/mnt
 Turgor kulit baik. 1. Observasi suhu dan nadi.
2. Berikan cairan sesuai kebutuhan.
3. Observasi tetesan infus.
4. Observasi adanya tanda-tanda dehidrasi atau overhidrasi.
5. Kolaborasi pemberian therapy.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Identitas
1. Identitas Bayi
Nama bayi : By. C
Jenis Kedlamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 09 November 2008
Berat Badan Lahir : 2400 gram
APGAR : 4 – 6
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama Ibu : Ny.C Nama Ayah : Tn. D
Umur ibu : 34 tahun Umur ayah : 39 tahun
Jenis kelamin : Perempuan Jenis Kelamin : Laki- laki
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : POLRI
Alamat : Perumnas Gria Intan
B. Keluhan Utama
Klien sesak nafas disertai dengan sianosis pada ektrimitas pada saat lahir.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Bayi datang diantar keluarga pukul 13.45 WIB, ibu melahirkan di bidan Ny. Hj. I. Bayi lahir pada tanggal 09 November 2008 pukul 16.00 WIB, bayi sianosis,retraksi dinding dada berlebihan, nafas 78 x/ menit, disertai badan panas suhu tubuh 37.7 o C.
D. Riwayat Persalinan
Ibu klien melahirkan di bidan dengan partus normal, usia kehamilan 29 minngu dan ststus kehamilan G3 P3 Ao, ketuban jernih, ketuban pecah dini tidak terjadi. Lama persalinan 2 jam dari pembukaan I sampai keluarnya janin.
E. Riwayat Perinatal (ANC)
Jumlah kunjungan : 2 x
Bidan/Dokter ; Bidan 1x dan dokter 1x
HPHT ; Tidak diketahui, kehamilan baru diketahui pada saat kehamilan 16 minggu, karena pada saat kehamilan masih keluar darah sedikit tiap bulan sampai usia tiga bulan
Kenaikan berat badan : 10 kg
Obat-obatan : Obat penambah darah, imunisasi TT 1 x.
Kehamilan direncanakan: Tidak direncanakan
Status Kehamilan : G3 P3 Ao
F. Pengkajian Fisik
a. Refleks
1. Refleks moro
Refleks moro adalah reflek memeluk pada saat bayi dikejutkan dengan tangan. Pada By. C reflek moro (+) ditandai dengan ketika dikejutkan oleh bunyi yang keras dan tiba – tiba bayi beraksi dengan mengulurkan tangan dan tungkainya serta memanjangkan lehernya.
2. Refleks menggenggam
Reflek menggenggam pada By. C (+) tapi lemah, ditandai dengan membelai telapak tangan, bayi menggenggam tangan gerakan tangan lemah.
3. Refleks menghisap
Reflek menghisap (+) ditandai dengan meletakan tangan pada mulut bayi, bayi menghisap jari, hisapan lemah.
4. Refleks rooting
Reflek rooting (-) ditandai dengan bayi tidak menoleh saat tangan ditempelkan di pipi bayi.
5. Refleks babynsky
Reflek babynsky (+) ditandai dengan menggerakan ujung hammer pada bilateral telapak kaki.
b. Tonus otot
Gerakan bayi sangat lemah tetapi pergerakan bayi aktif ditandai dengan bayi sering menggerek-gerakan tangan dan kakinya.
c. Keadaan umum dan TTV
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Letargi
Lingkar kepala : 33 Cm
Lingkar dada : 30 Cm
Panjang badan : 45 Cm
Berat badan : 2400 Gram
Suhu : 37,1 oC
Respiratory : 78 x/menit
Nadi : 154 x/menit
d. Kepala
Bentuk kepala Normochepal, lingkar kepala 33 cm, pertumbuhan rambut merata, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, fontanel anterior masih lunak, sutura sagital datar dan teraba, gambaran wajah simetris terdapat larugo disekitar wajah dan badan.
e. Mata
Mata simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, mata bersih tidak terdapat sekret, mata bisa mengedip, bulu mata tumbuh, reflek kornea (+) reflek terhadap sentuhan, reflek pupil (+) respon terhadap cahaya, replek kedip (+)
f. Telinga
Letak telinga kanan dan kiri simetris, lubang telinga bersih, tidak terdapat serumen, tidak ada lesi, bentuk telinga baik, lunak dan mudah membalik, ( Cartilago car ) baik, terdapat rambut larugo.
g. Hidung
Hidung bentuk simetris, terpasang O2 binasal 2 liter/menit, keadaan hidung bersih tidak terdapat peradangan atau pembengkakan hidung, pernafasan cuping hidung (PCH) (+).
h. Mulut
Bentuk bibir simetris, bibir terdapat bercak putih pada membran mukosa, Stomatitis (-), refleks hisap (+),reflek rooting (-).
i. Dada dan Paru-paru
Dada simetris ( Sama antara kiri dan kanan ), bentuk dada menonjol, PX terlihat jelas, bentuk dada burung ( pektus karinatum) pergerakan dada sama antara dada kiri dan kanan, retraksi dinding dada (+), retraksi dinding epigastrium (+), frekuensi nafas 78 x/menit, mamae bentuk datar, suara nafas rales (+)
j. Jantung
Nadi apikal 154 x/menit, bunyi jantung reguler BT1 + BT2, palapasi nadi brakhialis (+) lemah, radialis (+) lemah, femoralis lemah dan nadi karotis (+)
k. Abdoment
Bentuk abdomen dan cekung pada bagian px, bising usus dapat terdengar 4x/menit, tali pusay belum putus, keadaan kering, tidak terdapat kemerahan, tidak terdapat haluaran nanah, perut diraba lunak, lingkar perut 38 cm tidak ada pembengkakan hepar.
l. Genitalia
Lubang penis terdapat di gland penis, kedua testis dapat teraba pada scrorum.
m. Anus
Anus paten, ditandai dengan bayi sudah BAB, mekonium sudah keluar berwarna hitam dan lembek
n. Punggung
Terdapat banyak rambut larugo, bentuk simetris, tidak terdapat ruam kemerahan atau rush.
o. Ekstrimitas
Ekstrimitas dapat bergerak bebas, ujung jari merah muda/tidak sianosis, CRT dalam waktu 2 detik, jumlah jari komplit, kaki sama panjang, lipatan paha kanan dan kiri simetris, pergerakan aktif
p. Kulit
Warna kulit merah seluruh tubuh, sianosis (-), tidak terdapat tanda lahir, Skin Rush (-), Ikterik (-), turgor kulit jelek, kulit longgar disebabkan karena lemak subkutan berkurang, terdapat larugo.
q. Eliminasi
Eliminasi BAK 6-8 x/hari, BAB 2-4 x/hari
r. Suhu
Suhu tubuh 37,1 oC, Setting Inkubator 32 oC
G. Hubungan Psikososial Orang tua dengan Bayi
a. Budaya
Keluarga klien memiliki budaya sunda, akan tetapi bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa indonesia. Ibu klien pada saat masa kehamilan dan setelah melahirkan tadak ada suatu pantanganan yang dilakukan ibu klien.
b. Agama
Agama yang dianut keluarga klien yaitu agama islam, ibu klien selalu melaksanakan shalat dan berdo’a bagi kesembuhan anaknya.
c. Psikologis
Psikologis ibu klien sangat labil dikarenakan kondisi yang dialami anaknya saat ini, dia selalu menangis hal itu dapat terlihat pada saat ibu klien datang ke RS untuk menjenguk anakanya.
H. Hubungan Orang tua dengan Bayi
Tingkah laku Ibu Anak
Menyentuh
Memeluk
Berbicara
Berkunjung
Memanggil nama
Kontak mata -
-



√ -
-
-

-
-
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium 11 November 2008
Jenis Pemeriksaan Hasil Normal
Hematologi
 WBC
 RBC
 HGB
 HCT
 PLT
20,4 ……………….
5,91 106/mm3
16,6 L
49,5 L
337 103/mm3
Photo Thorax 11 November 2008
Gambaran :
Cor : besar dan bentuk baik
Pulmo : Infiltrat di perikardia bilateral dengan gambaran air Bronchogram
Air diafraghma baik
Hasil : HMD grade II
J. Therapy
Aminoppillin 2 x 0,2 cc/hari
Ulcumet 2 x 0,15 cc/hari
K. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Masalah
1 Ds : -
Do :
 RR 78 x/menit
 Retraksi dinding dada (+)
 Retraksi dinding efigastrium (+)
 bayi tampak lemah Surfaktan menurun
Fungsi paru menurun
Atelaksasis
Menurunnya ventilator
Co2 meningkat
Perfusi perifer jaringan
Sulfaktan menurun
Gangguan pola nafas
2 Ds : -
Do :
 Reflek hisap lemah
 Retensi lambung 0,5cc
 Bayi puasa.
 Bising usus 4x/mnt
 Bayi tampak lemah Reflek bayi lemah
Bayi puasa
Kebutuhan nutrisi dibatasi
Kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
Gangguan kebutuhan nutrisi
3 Ds : -
Do :
 Turgor kulit jelek
 Pada bibir terdapat keputihan pd mukosa bibir
 Bayi sering BAK
 Bayi terpasang infus Reflek bayi lemah
Bayi puasa
Kebutuhan cairan dibatasi
BAB dan Bak sering
Kebutuhan cairan kurang dari kebutuhan Resiko tinggi gangguan kebutuhan cairan kurang dari kebutuhan
4 Ds : -
Do :
 Suhu bayi 37,10 C
 Bayi didalam inkubator dengan suhu 320 C
 Bayi tidak menggunakan baju Lapisan lemak subkutan
berkurang matabolisme menurun
Bayi tidak bisa memproduksi panas tubuh sesuai kebutuhan
Panas tubuh mudah hilang
Resiko tinggi hipotermi
Resiko tinggi gangguan termoregulasi: hipotermi
5 Ds : ibu klien mengatakan kapan anaknya bisa pulang.
Do :
 Ibu tampak cemas
 Ibu menangis Anak sakit
Hospitalisasi
Kurangnya pengetahuan
cemas Gangguan rasa aman cemas
L. DIAGNOSA KEPERAWAT
1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan belum terbentuknya zat sulfaktan dalam tubuh
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
3. Resiko tinggi gangguan kebutuhan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan seringnya BAB dan BAK
4. Resiko tinggi gangguan termoregulasi: hipotermi berhubungan dengan belum terbentuknya lapisan lemak pada kulit.
5. Kecemasan ortu berhubungan dengan kurang pengetahuan ortu tentang kondisi bayi
M. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NEONATUS DENGAN RDS
Nama : By. C No Medrek : 561148
Umur : 10 Hari Diagnosa : RDS
No Diagnosa Keperawatan Tujuan intervensi Rasional
1
2
3
4
5 Gangguan pola nafas berhubungan dengan belum terbentuknya zat sulfaktan dalam tubuh. Ditandai dengan :
Ds : -
Do :
 RR 78 x/menit
 Retraksi dinding dada (+)
 Retraksi dinding efigastrium (+)
 bayi tampak lemah
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. Ditandai dengan :
Ds : -
Do :
 Reflek hisap lemah
 Retensi lambung 0,5 cc
 Bayi puasa.
 Bising usus 4x/mnt
 Bayi tampak lemah
Resiko tinggi gangguan kebutuhan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan seringnya BAB dan BAK. Ditandai dengan :
Ds : -
Do :
 Turgor kulit jelek
 Pada bibir terdapat keputihan pd mukosa bibir
 Bayi sering BAK
 Bayi terpasang infus
Resiko tinggi gangguan termoregulasi: hipotermi berhubungan dengan belum terbentuknya lapisan lemak pada kulit. Ditandai dengan :
Ds : -
Do :
 Suhu bayi 37,10 C
 Bayi didalam inkubator dengan suhu 320 C
 Bayi tidak menggunakan baju
Kecemasan ortu berhubungan dengan kurang pengetahuan ortu tentang kondisi bayi. Ditandai dengan :
Ds :
Ibu klien mengatakan kapan anaknya bisa pulang.
Do :
 Ibu tampak cemas
 Ibu menangis Tupan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan gangguan pola nafas dapat teratasi
Tupen :
 RR 60 x/menit
 Sesak (-)
 Sianosis (-)
 Retraksi dinding dada (-)
 Reaksi diafragma (-)
Tupan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Tupen :
 Reflek hisap (+)
 Retensi lambung (-)
 Bayi puasa.
 Bising usus 8x/mnt
Tupan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan resiko tinggi gangguan kebutuhan cairan tidak terjadi.
Tupen :
Tupan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan suhu tubuh tetap normal.
Tupen
 Suhu 37 oC
 Bayi tidak kedinginan
Tupan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan cemas keluarga klien berkurang
Tupen
 Ibu tidak menangis
 Mimik verbal tidak cemas  Observasi pola nafas
 Observasi TTV
 Monitor SPO2
 Atur posisi semi ekstensi
 Tempatkan bayi pada tempat yang hangat
 Atur suhu dalam inkubator
 Berikan terapy O2 sesuai dengan kebutuhan
 Kolaborasi pemberian terapy obat Bronchodilator
 Pertahankan pemberian cairan melalui IVFD, Glukosa 10%
 Kaji kesiapan bayi untuk minum
 Retensi cairan lambung
 Berikan minum sesuai jadwal
 Timbang BB
 Kaji turgor kulit
 Pertahankan pemberian cairan IVFD
 Beri minum sesuai jadwal
 Pantau frekuensi BAB + BAK
 Tempatkan bayi pada tempat yang hangat
 Atur suhu inkubator
 Pantau suhu tubuh setiap 2 jam
 Kaji tingkat kecemasan
 Berikan penjelasan tentang keadaan klien saat ini
 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk mengungkapkan perasaan
 Anjurkan keluarga untuk tetap mengunjungi bayinya  Mengetahui frekuensi nafas
 Mengetahui keadaan umum bayi
 Mengetahui kadar O2 dalam darah
 Memudahkan paru-paru mengembang saat ekspansi
 Mempertahankan suhu tubuh
 Membantu memenuhi suplai O2
 Membantu kemudahan dalam bernafas
 Obat Bronchodilator berfungsi untuk membuka broncus guna memudahkan dalam pertukaran udara
 Mempertahankan kebutuhan cairan dalam tubuh
 Mengetahui reflek hirup
 Mengetahui cairan lambung dan konsistensinya
 Memberikan cairan tambahan melalui oral
 Mengetahui status nutrisi
 Mengetahui tanda dehidrasi
 Mempertahankan kebutuhan cairan tubuh
 Untuk mencegah terjadinya kekurangan cairan
 Untuk mengetahui out put tubuh
 Mencegah terjadinya hipotermi
 Menjaga kestabilan suhu tubuh
 Memonitor perkembangan suhu tubuh bayi
 Mengetahui koping individu
 Meningkatkan pengetahuan orang tua
 Membina hubungan saling percaya
N. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No DX Tgl / hari Implementasi keperawatan Respon hasil
I Selasa
11 Nov 2008
Pukul 14.00 WIB 1. Mengobservasi pola nafas
2. Mengobsevasi TTV
3. Memonitor SPO2
4. Mengatur posisi semi ekstensi
5. Menempatkan bayi pada tempat yang hangat
6. Mengatur suhu dalam inkubator
7. Memberikan terapy O2 sesuai dengan kebutuhan
8. Melakukan kolaborasi pemberian terapy obat Bronchodilator
1. R: klien menangis
H: retraksi dinding dada berlebihan Respirasi : 78 x/menit
2. R : Klien Tampak lemah
H : Suhu: 37. 1 o C
Nadi: 154 x/menit
Respirasi : 78x/menit
3. R : Klien menangis
H : SpO2: 98%
4. R : klien tertidur
H : Posisi kepala semi
ektensi.
5. R : klien tampaklemah
H : lien berada dalam
inkubator
6. R : Suhu inkubator 35 0C
H.: Suhu Bayi 37.1 0C
7. R : Klien menangis pada
saat selang O2
dipasang
H : O2 telah dipasang 1
liter/menit
8. R : Klien menangis kuat
H : Obat bronkodilator
telah diinjek melalui
IV Aminopilin
2 x 0.2cc.
II Selasa 11 November 2008 pukul 15.00 WIB 1. Mempertahankan pemberian cairan melalui IVFD, Glukosa 10%
2. Mengkaji kesiapan bayi untuk minum
3. Meretensi cairan lambung tiap 2 jam
1. R : Klien tampak lemah
H : Kebutuhan cairan
240 cc/hari atau
10tts/menit
2. R : Klien tampak lemah
H : Reflek hisap lemah
3. R : Klien lemah
H : Cairan lambung 0,5
cc berwarna kuning
terang
III 1. Mengkaji turgor kulit
2. Mempertahankan pemberian cairan IVFD sesuai kebutuhan
3. Memantau frekuensi BAB + BAK 1. R : Klien tampak tertidur
H : Turgor kulit jelek
pada saat dicubit
dinding perut kembali
> 1 detik
2. R : Infus telah terpasang
Dextros 10%
H : Kebutuhan cariran
240 cc/hari atau
2tts/menit
3. R : Klien tampak lemah
H : Klien BAB 2-4 x/hari
sebanyak 4 cc dan
BAK 6-8x/hari
sebanyak 6 cc.
IV 1. Menempatkan bayi pada tempat yang hangat
2. Mengatur suhu inkubator
3. Memantau suhu tubuh setiap 2 jam
1. R : Klien tampak lemah
H : Klien sudah berada
pada inkubator
2. H : Suhu inkubatator
35 0C Suhu tubuh
klien 37.1 0C.
3. R : Klien menangis
H : Suhu : 37.1 0C
V 1. Mengkaji tingkat kecemasan
2. Memberikan penjelasan tentang keadaan klien saat ini
3. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengungkapkan perasaan
4. Menganjurkan keluarga untuk tetap mengunjungi bayinya 1. R : Orang tua klien mau
menjawab pertayaan
perawat
H : Orang tua klien
tampak cemias dan
tingkat
kecemasannya
sedang
2. R : Keluarga bertanya
mengenai keadaan
bayinya
H : Keluarga mengetahui
keadaan bayinya.
3. R : Keluarga mau
mengungkapkan
perasaannya
H : Keluarga khawatir
dengan keadaan
bayinya saat ini dan
berharap bayinya
cepat dibawa pualng
4. H : Orang tua tampak
mengunjungi
bayinya tiap hari
pada pagi dan sore
hari.
I Rabu
12 November 2008
Pukul 14.00 WIB 1. Mengobservasi pola nafas
2. Mengobsevasi TTV
3. Memonitor SPO2
4. Memberikan terapy O2 sesuai dengan kebutuhan
5. Melakukan kolaborasi pemberian terapy obat Bronchodilator
1. R : Klien bergerak aktif
H : Retraksi rongga dada
berkurang Frekuensi
nafas 68x/menit
2. R : Klien menangis
H : Suhu 36.6 0 C
Nadi 140x/menit
Respirasi : 68x/menit
3. R : Klien bergerak aktif
H : SpO2 97 %
4. R : Klien menangis saat
selang 02 dibetulkan
H : O2 tetap terpasang
1 liter/ menit
5. R : Klien menangis saat
obat diinjekan
H : Aminofilin telah
diinjekan sebanyak
0.2 cc per IV.
II Rabu
12 November 2008
Pukul 14.00 WIB 1. Mempertahankan pemberian cairan melalui IVFD, Glukosa 10%
2. Mengkaji kesiapan bayi untuk minum
3. Melepas NGT 1. R : Klien tampak
bergerak aktif
H : Cairan diberikan
melalui Infus,
kebutuhan cairan
264 cc/hari atau 11
tetes/ menit
2. R : Klien berespon saat
jari ditempelkan pada
mulut bayi
H : Replek hisap ada tapi
masih lemah.
3. R : Bayi menangis
H : NGT telah dilepas
III Rabu
12 November 2008
Pukul 14.00 WIB 1. Mengkaji turgor kulit
2. Mempertahankan pemberian cairan IVFD sesuai kebutuhan
3. Memantau frekuensi BAB + BAK 1. R : Bayi bergerak aktif
H : Turgor kulit jelek
2. H : Infusan tetap
terpasang Dextros
10%
3. R : Klien menangis saat
diganti popok
H : Klien BAB dan BAK
IV Rabu
12 November 2008
Pukul 14.00 WIB 1. Menempatkan bayi pada tempat yang hangat
2. Mengatur suhu inkubator
3. Memantau suhu tubuh setiap 2 jam
1. H : Klien berada pada
inkubator.
2. H : Suhu inkubator 34
0C, suhu tubuh klien
6.6 0C
3. H : Suhu tubuh klien
36.6 0C
V Rabu
12 November 2008
Pukul 14.00 WIB 1. Mengkaji tingkat kecemasan
2. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengungkapkan perasaan
3. Menganjurkan keluarga untuk tetap mengunjungi bayinya 1. R : Keluarga tampak
tenang
H : Kecemasan keluarga
berkurang
2. R : Kelarga tampak
senang dengan
perubahan status
kesehantan bayinya
H : Keluarga menyatakan
senang dan ingin
segera bayinya
dibawa pulang
O. EVALUASI
No Diagnosa Evaluasi Kepeawatan
1 I Tanggal 13 November 2008/pukul 15.00 WIB
S : -
O : Keadaan Bayi aktif, klien menangis kuat, retraksi
dinding dada sedikit berkurang, nafas cepat
2 x / menit
A : Gangguan pola nafas belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
I :
o Kaji pola nafas klien
o Observasi TTV tiap 2 jam
o Monitor SpO2 tiap 3 jam
o Atur posisi bayi semiekstensi
o Terapi O2 sesuai kebutuhan
o Kolaborasi pembererian obat bronckodilator sesuai kebutuhan.
2 II Tanggal 13 November 2008/Pukul 15.30
S : -
O : Reflek hisap (+), Klien minum 5 cc/3jam, Minum
menggunakan dot
A : Gangguan kebutuhan nutrisi ; kurang dari
kebutuhan teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I :
o Tingkatkan frekuensi minum
o Pertahankan cairan infus
3 III Tanggal 13 November 2008/pukul 14.00
S :
O : IVFD terpasang 11 tetes/menit
A : Resiko tinggi kebutuhan cairan ; kurang dari
kebutuhan cairan teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
o Pertahankan cairan infus
4 IV S :
O : Suhu tubuh 37,1 oC, badan bayi hangat, suhu
inkubator 32 oC
A : Resiko tinggi Gangguan termoregulasi
Hypotermoregulasi teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I :
o Kaji suhu tubuh setiap hari
o Atur suhu inkubator
5 V S : Ibu klien mengatakan senang melihat kondisi
anakanya
O : Ibu klien tersenyum, ibu tidak menangis
A : Gangguan rasa aman cemas teratasi
P : Tingkatkan pengetahuan keluarga
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab pembahasan ini penulis mencoba membahas kasus yang penulis laporkan. Dalam hal ini akan diuraikan pula keterkaitan antara landasan teori dengan asuhan keperawatan secara langsung pada By.C dengan diagnosa medis HMD grade II ( hialin Membran Desease ) yang dirawat diruang NICU RSUD Gunung jati Cirebon.
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan, pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan klien dengan memekai norma-norma kesehatan keluarga maupun social yang merupakan system integritasi ( Nasrul Effendi, 1995 )
Dalam faktor yang mendukung dalam pelaksanaan pengkajian diantaranya, adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan pihak keluarga. Kerja sama yang dilakukan melalui komunikasi terapeutik dengan tujuan untuk menjalin rasa saling percaya antara penulis dengan klien, dalam pengkajian ini penulis menggunakan metode observasi dan pemeriksaan fisik.
Untuk menguatkan pengkajian data permasalahan, penulis memperoleh data tambahan atau penunjang yaitu dari hasil pemeriksaan laboratorium hematology dan pemeriksaan foto thoraks dan juga menemukan tanda dan gejala adanya retraksi dinding dada, adanaya pernafasan cuping hidung, pernafasan takipneu, pernafasan lebih dari 60 x/menit. Oleh karena itu diagnosa HMD ini akan dibahas oleh penulis lebih lanjut.
Adanya hasil pengkajian yang dilakukan pada By.C selama 4 hari penulis memunculkan 5 diagnosa, yaitu :
1. Gangguan Pola nafas.
Menurut Carpenito, 2002. Gangguan pola nafas adalah suatu pernyataan kondisi tentang seseorang beresiko mengalami ancaman terhadap system pernafasan baik pada saluran nafas maupun pertukaran gas CO2 dan O2 diantara paru-paru dan system pembuluh darah. Diagnosa ini menjadi prioritas utama karena nafas merupakan suatu kebutuhan utama dalam tubuh. Jika kekurangan suplai O2 dalam tubuh bisa menyebabkan kematian pada jaringan atau yang lebih parah lagi bias menyebabkan kematian secara klinis. Masalah gangguan Pola nafas dapat teratasi pada hari ke 4. setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam ditemukan criteria hasil klien dapat bernafas secara spontan, O2 binasal dilepas, SPO2 100, retraksi dinding dada berkurang.
Intervensi untuk mengatasi masalah :
a. Mengobservasi pola nafas
b. Memonitor saturasi O2
c. Mengatur posisi semi retraksi
d. Memberikan therapy O2 sesuai dengan kebutuhan
e. Memberikan therapy obat bronchodilator
2. Gangguan Kebutuhan Nutrisi
Menurut Carpenito, 2002. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan adalah suatu keadaan dimana individu yang tidak puas mengalami atau beresiko mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan tidak adequatnya asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolistik. Diagnosa ini diangkat sebagai diagnosa ke 2 karena kebutuhan nutrisi sangat berperan penting dalam proses tumbuh kembang pada neonatus. Masalah gangguan kebutuhan nutrisi dapat teratasi pada hari ke 3. setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam ditemukan criteria hasil klien dapat minum susu 15 cc setiap 2 jam
Intervensi yang dilakukan :
a. Memberikan cairan IVFD
b. Memberikan minum sesuai jadwal
c. Menimbang berat badan
3. Resiko Tinggi gangguan Kebutuhan cairan Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Berdasarkan konsep dari pengkajian yang di peroleh prioritas diagnosa tersebut dirumuskan sebagai diagmosa ke tiga karena menurut penulis diagnosa tersebut hanya merupakan suatu resiko dan belum terjadi secara actual.
Intervesi yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa di atas :
a. mempertahankan cairan infus
b. mengkaji intake dan output.
c. Mengkaji tanda-tanda dehidrasi
d. Memberikan minum sesuai dengan jadwal yang diberikan
4. Resiko Tinggi Gangguan Thermoregulasi ; Hipotermi
Pada neonatus pada HMD biasanya terjadi pada bayi prematur sehingga kulitnya sangat tipis dan jaringan lemaknya belum terbentuk dan pengaturan suhu belum sempurna, maka hal ini akan menyebabkan resiko hilangnya panas tubuh
5. Gangguan Rasa Aman Cemas ; Keluarga
Gangguan rasa aman cemas biasanya terjadi pada keluarga dikarenakan melihat kondisi anaknya, hal ini dikarenakan koping individu/keluarga yang labil dan ketidak tahuan tentang kondisi penyakit yang dialami anaknya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Sindrom distres pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai Hyaline Membrane Disesae (Suryadi dan Yuliani, 2001).
Pada saat pemilihan kasus yang sesuai dengan bahasan di atas, untuk menguatkan pengkajian data permasalahan, penulis memperoleh data tambahan atau penunjang yaitu dari hasil pemeriksaan laboratorium hematology dan pemeriksaan foto thoraks dan juga menemukan tanda dan gejala adanya retraksi dinding dada, adanaya pernafasan cuping hidung, pernafasan takipneu, pernafasan lebih dari 60 x/menit. Oleh karena itu diagnosa RDS ini akan dibahas oleh penulis lebih lanjut yaitu:
6. Gangguan pola nafas berhubungan dengan belum terbentuknya zat sulfaktan dalam tubuh
7. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
8. Resiko tinggi gangguan kebutuhan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan seringnya BAB dan BAK
9. Resiko tinggi gangguan termoregulasi: hipotermi berhubungan dengan belum terbentuknya lapisan lemak pada kulit.
10. Kecemasan ortu berhubungan dengan kurang pengetahuan ortu tentang kondisi bayi.
a. SARAN
Adapun saran yang penulis tujukan kepada:
i. Mahasiswa Praktek
Seorang mahasiswa praktikan haruslah mampu mengetahui pengertian dan penyebab dari penyakit RDS mengenai pengertian, penyebab, patofisiologi dan penatalaksanaan yang akan di lakukan dan resiko yamg akan mungkin terjadi.
ii. Lahan Praktek
Sebagai bahan masukan bagi lahan praktek untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terama pada penyakit RDS pada Neonatus, guna menurunkan angka kegawatan dan kematian bayi akibat RDS.
iii. Institusi pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan khususnya disiplin ilmu keperawatan anak, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan
http://icoel.wordpress.com/askep-anak-2/askep-anak/respiratory-distress-syndrome/

0 komentar:

Posting Komentar